1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perkokoh Bangunan Sebelum Ada Gempa

3 September 2009

Sebagai negara rawan gempa, mitigasi bencana sudah menjadi keharusan. Demikian benang merah yang ditarik berbagai pakar gempa, dalam menyikapi tragedi gempa yang terjadi di Jawa Barat.

Korban gempa di CianjurFoto: AP

Salah satu upaya penting adalah dengan memperkuat kontruksi bangunan agar tahan gempa. Pakar masalah gempa bumi Budi Waluyu menyebutkan, selain karena longsor, tidak sedikit korban gempa terenggut nyawanya akibat terkena reruntuhan bangunan:

"Yang punya ancaman bahaya tinggi: bagian barat Sumatera, selatan Jawa, hingga Nusa Tenggara, maluku hingga ke Filipina, Jepang. ketika hal itu terjadi, yang bahaya itu gempanya, getarannya bergerak mengenai target. Targetnya rumah, kalau rumahnya rentan maka akan roboh."

Pakar gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Danny Hilman Natawijaya mencemaskan banyak bangunan di kota-kota yang pernah hancur akibat gempa, seperti di Jogyakarta maupun Aceh, dibangun kembali tanpa memperhatikan kaidah keamanan bencana.

Bila hal itu terjadi di pusat bisnis atau pemerintahan, dampaknya tidak terbayang. Jakarta kemarin saja sempat merasakan dampak dari gempa yang terjadi di sekitar Tasikmalaya. Danny mengisahkan tentang gempa yang terjadi di Los Angeles dan tindakan preventif untuk meminimalisasi dampak negatif bencana berikutnya yang mungkin terjadi.

"Sebelum gempa tahun 1994 banyak sumber atau patahan gempa di bawah Los Angeles yang tidak diketahui. Sehingga disain bangunan dibangun dengan salah. Saya lihat hampir semua banguan kemudian dibangun dipasang reprovit atau bahan tahan gempa."

Sudarjatmo dari Lembaga Konsumen Indonesia menambahkan sebenarnya sudah ada undang-undang mengatur banguan, sayangnya masih lemah dalam pelaksaaannya:

"Namun sifatnya masih umum dan seharusnya ditindaklanjuti dalam bentuk peraturan daerah. Ini ada kaitannya juga dengan kapasitas SDM daerah. Izin pembangunan masih belum memasukkan poin apakah didisain untuk anti gempa atau tidak."

Tidak hanya memperhatikan bangunan, namun infrastuktur yang dibangun di wilayah rawan gempa pun, dalam perencanaannya wajib mengacu pada kekuatan gempa yang telah diketahui berdasarkan riset selama ini. Misalnya dalam rencana pembangunan jembatan Jawa-Sumatera. Staf ahli Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT, Yusuf Surachman mengingatkan terjadinya gempa di sekitar Tasikmalaya, mungkin dapat mengusik mekanisme kegempaan di Selat Sunda sehingga menimbulkan gempa yang lebih besar, tanpa diketahui waktunya.

"Sebelum gempa, kita menemukan potensi di Selat Sunda, ada terusan patahan Sumatera, spenajang 300 km, ini menjadi satu bidang slip untuk bidang blok ke arah Jawa Barat. karena ada dorongan atau subduksi Eurasia. Sementara di lampung, lempeng ini tertahan. terjadi akumulasi energi di situ. Ini bisa menimbulkan gempa, berskala besar di Selat Sunda."

Para pakar juga mengingatkan pemerintah untuk mempercepat koordinasi badan penanggulan bencana. Termasuk pemberian penyuluhan jangka panjang maupun pendek pada masyarakat. tentu salah satunya membuat peta penyelamatan bila gempa disertai ancaman tsunami. langkah penyelamatan merupakan hal yang tidak bisa ditawar lagi dalam penanggulangan bencana, sebab banyak korabn terenggut nyawanya bukan hanya karena gempa atau tsunami itu sendiri, melainkan karena kelambanan dalam menyelamatkan korban.

Ayu Purwaningsih

Editor : Hendra Pasuhuk