1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiAfrika

Perlahan dan Pasti, Pemuda Afrika Sambut Cryptocurrency

Ineke Mules
16 Oktober 2020

Transaksi dengan mata uang kripto atau cryptocurrency di Afrika tengah berkembang pesat. Di benua ini, mata uang virtual tawarkan keuntungan bagi kaum muda yang melek teknologi.

Gambar ilustrasi Bitcoin
Gambar ilustrasi BitcoinFoto: Getty Images/D. Kitwood

Afrika sedang mengalami revolusi ekonomi yang disokong teknologi digital. Dalam setahun belakangan ini, transfer bulanan dengan menggunakan mata uang kripto atau cryptocurrency di benua itu mencatatkan lonjakan hingga 55 persen. Transfer bulanan fulus virtual ini mencapai puncaknya di Afrika pada bulan Juni 2020 hingga senilai 316 juta dolar Amerika Serikat (sekitar Rp 4,65 triliun).

Angka-angka ini berdasarkan pada data perusahaan riset Blockchain di AS, yakni Chainalysis, dan diprediksi akan terus meningkat. Selama ini mata uang kripto lebih umum digunakan oleh pedagang finansial di belahan dunia lain, tapi Afrika melawan tren ini dan menggunakannya untuk perdagangan sehari-hari.

Para individu dan pengusaha kecil di negara-negara seperti Nigeria, Afrika Selatan, dan Kenya tercatat paling banyak bertransaksi dengan menggunakan mata uang ini.

Apa itu mata uang kripto?

Sederhananya, mata uang kripto atau cryptocurrency adalah uang virtual yang dapat digunakan seperti uang sungguhan untuk membeli barang atau bisa juga untuk dikirimkan ke orang lain. Crypto dalam kata crytocurrency berasal dari kriptografi rumit dengan kode terenkripsi yang digunakan untuk membuat mata uang ini dan mencatat transaksi.

Mata uang kripto bertujuan memotong pihak perantara, seperti perusahaan kartu kredit atau bank, sehingga lebih murah untuk mentransfer uang dari satu dompet virtual ke dompet virtual lainnya. Mata uang kripto juga tidak dikendalikan oleh otoritas pusat, ini artinya secara teori mata uang ini juga terlindung dari adanya campur tangan pemerintah di suatu negara.

“Bagi kebanyakan orang, ketika mereka mendengar cryptocurrency, mereka mengira itu hanya uang di internet,” ujar Elisha Owusu Akyaw, pemasar mata uang kripto yang berbasis di Ghana dan pendiri BlockNewsAfrica, kepada DW.

Cryptocurrency pada dasarnya mengisi fungsi uang bagi banyak orang dan menggunakan teknologi untuk membuatnya lebih transparan dan tidak terpusat, sehingga setiap orang memiliki tempat dalam masa depan keuangan,” ujar Akyaw melalui telepon dari ibu kota Ghana, Accra. 

Ethereum termasuk salah satu mata uang kripto yang populer di benua AfrikaFoto: picture-alliance/NurPhoto/M. Romano

Bitcoin, salah satu mata uang kripto generasi pertama yang juga paling populer - dibuat pada tahun 2008 oleh orang atau sekelompok orang yang tidak dikenal dengan menggunakan nama samaran Satoshi Nakamoto. Sejak itu, lebih dari 6.000 jenis mata uang kripto telah dibuat, termasuk Ethereum dan Litecoin.

Pengusaha teknologi asal Ghana dan pemasar digital blockchain, Emmanuel Tokunbo Darko, mengatakan kepada DW bahwa Afrika adalah “garda depan berikutnya bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi global.”

Dengan meningkatnya jumlah orang Afrika yang menggunakan layanan uang seluler seperti M-Pesa, para pemain industri ini mengatakan tidak heran apabila mata uang kripto dengan cepat mendapatkan daya tarik di benua itu.

Ladang subur bagi uang virtual

Mata uang kripto pada dasarnya berfungsi seperti uang seluler, kata pengusaha Emmanuel Darko. “Jadi lebih mudah dipahami bagi orang Afrika bila dibandingkan dengan orang-orang di Barat yang tingkat inklusi keuangannya lebih tinggi dan punya akses lebih mudah ke berbagai sistem perbankan.”

Afrika memang berada dalam posisi yang baik dalam memanfaatkan mata uang kripto. Benua ini memiliki generasi profesional muda yang mudah beradaptasi dan bercita-cita menjadi pengusaha. Ditambah lagi, tingginya angka pengangguran di banyak negara di Afrika mendorong kaum muda untuk meninggalkan sektor tradisional dan mencari cara baru untuk menghasilkan uang.

Elisha Owusu Akyaw dari Ghana kembali menjelaskan bahwa kaum muda tertarik pada uang virtual karena kurangnya pekerjaan bagi lulusan sekolah dan universitas.

Banyak orang di Afrika merasa familiar dengan layanan perusahaan transfer uang seluler seperti M-Pesa.Foto: DW

"Dengan sistem cryptocurrency, orang dapat memulai bisnis mereka sendiri, juga dapat bekerja untuk perusahaan-perusahaan pemegang merk besar di luar negara mereka (dan dibayar) dengan cryptocurrency, serta mencari nafkah untuk diri mereka sendiri," katanya.

Hindari ketidakstabilan dan permudah pengiriman uang

Mata uang lokal yang tidak dapat diandalkan dan hiperinflasi juga berperan dalam memicu ledakan penggunaan mata uang kripto di Afrika. Tahun 2015, saat dolar Zimbabwe meroket, beberapa orang beralih ke perdagangan Bitcoin.

“Kini Anda punya alternatif selain mata uang tradisional yang dikelola pemerintah, yang secara historis memiliki begitu banyak kelemahan dan efek samping negatif,” Chris Becker, pemimpin teknologi blockchain di grup perbankan internasional Investec yang berbasis di Afrika Selatan, mengatakan kepada DW.

Dalam skenario kasus terbaik, Becker memprediksi kemunculan mata uang digital ini sebenarnya dapat membantu  perkembangan ekonomi Afrika dalam jangka panjang.

Selain dinilai lebih stabil daripada mata uang yang dikeluarkan resmi oleh pemerintah, diaspora Afrika juga menggunakan mata uang kripto untuk mengirim uang ke kerabat mereka di kampung halaman karena biaya transfernya bisa hingga 20 persen lebih murah, bahkan gratis.

Salah satu layanan populer adalah perusahaan pengiriman uang BitPesa yang berbasis di ibu kota Kenya, Nairobi. BitPesa menggunakan Bitcoin sebagai media transfer uang internasional untuk menghindari biaya bank dan biaya konversi mata uang.

Apa risikonya?

Terjunnya Afrika ke dalam cryptocurrency bukan tanpa risiko. Sifat dasar mata uang digital ini sangat tidak stabil. Selain itu, karena tidak ada aturannya di sebagian besar negara Afrika, status hukumnya juga sering tidak jelas. Ini berarti tidak ada jaring pengaman yang dapat mengompensasi hilangnya dana.

Selain itu, investor jangka pendek lebih mungkin merugi karena nilai mata uang yang tiba-tiba merosot. Darko memperingatkan bahwa siapa pun yang ingin berdagang cryptocurrency harus berhati-hati dan mendidik diri sendiri sebelum memasuki dunia mata uang kripto.

Sedangkan pemasar mata uang kripto seperti Akyaw memperingatkan bahwa orang-orang yang punya sedikit pengalaman dalam teknologi baru paling berisiko menjadi korban penipuan kripto yang juga semakin banyak.

Seperti apa prospeknya di masa depan?

Sejumlah negara di Afrika mulai berbondong membuat undang-undang baru untuk mempersiapkan kemungkinan di masa depan, saat penggunaan mata uang kripto diprediksi telah sangat mengakar.

Negara dengan ekonomi terbesar di Afrika, yakni Nigeria termasuk yang terdepan dalam pembuatan aturan ini. Nigeria baru-baru ini membuat mata uang kripto legal dan menerbitkan pedoman peraturan untuk mata uang digital dan perusahaan atau start-up berbasis kripto.

Negara seperti Afrika Selatan dan Kenya juga tidak mau ketinggalan. Regulator keuangan papan atas di Afrika Selatan, termasuk South African Reserve Bank, pada April lalu merilis kebijakan dengan rekomendasi untuk regulasi mata uang kripto.

Sementara itu, Kenya akan bereksperimen dengan pajak digital mulai Januari 2021, langkah ini kemungkinan membuka pintu bagi lebih banyak lagi bagi regulasi kripto.
Saat ini masih terlalu dini untuk mengatakan seberapa luas publik di Afrika akan dapat mengadopsi mata uang jenis ini.

Namun sebagai pedagang cryptocurrency, Akyaw percaya bahwa ini adalah sesuatu yang harus dipertimbangkan oleh anak muda di Afrika.

“Banyak merk besar pada awalnya menolak potensi cryptocurrency, mengatakan mata uang ini akan menghilang begitu saja. Sudah lebih dari sepuluh tahun dan cryptocurrency masih tumbuh, dan semakin kuat.” (ae/hp)
 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait