Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menerangkan, proses pembacaan data black box AirAsia bisa berlangsung seminggu. Setelah itu dilakukan pemeriksaan dan analisa, yang bisa makan waktu sampai satu tahun.
Iklan
Dua bagian kotak hitam AirAsia QZ 8501, yaitu Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) saat ini sudah ada di kantor Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) di Jakarta.
Tim Investigasi KNKT menerangkan, proses pengunduhan dan pembacaan data-data yang ada di dalam kotak hitam AirAsia QZ8501 mungkin bisa selesai dalam satu minggu. Setelah itu, pemeriksaan dan analisa data-data tersebut bisa berlangsung sampai tiga bulan atau malah satu tahun.
"Kalau kondisi rekamannya bagus dan tidak terganggu suara-suara lain, bisa selesai satu minggu," kata Mardjono Siswosuwarno, Kepala Tim Investigasi QZ 8501 di Jakarta, Rabu (14/01/14).
Bantuan tim ahli internasional
Untuk membaca kotak hitam itu, KNKT bekerjasama dengan tim ahli penerbangan Bureau d'Enquêtes et d'Analyses (BEA) dari Perancis dan tim pakar dari Singapura. Sesuai prosedur, KNKT akan menerbitkan laporan awal dalam waktu 30 hari.
Black Box AirAsia QZ 8501 Ditemukan
Setelah pencarian selama 16 hari, tim penyelam Basarnas berhasil menemukan kotak hitam AirAsia QZ 8501. Pesawat tipe Airbus A320-200 itu jatuh ke Laut Jawa 28 Desember 2014 dalam penerbangan dari Surabaya ke Singapura.
Foto: Reuters/Darren Whiteside
Main Body AirAsia QZ 8501 ditemukan
Pihak Basarnas menyatakan, tim pencari sudah menemukan bagian utama pesawat (main body). Diperkirakan masih banyak jenazah korban di dalam badan pesawat itu. Posisinya sekitar 1,7 mil laut dari lokasi ekor pesawat, kata Direktur Operasional Basarnas, Marsma SB Supriyadi di Pangkalanbun, Kalimantan Tengah.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Flight Data Recorder (FDR) diangkat
Flight data recorder (FDR) pesawat AirAsia QZ 8501 berhasil diangkat oleh tim penyelam ke atas kapal hari Senin, 12 Januari 2015. Alat ini merekam data.data penerbangan terakhir pesawat tipe Airbus A320-200 itu, yang jatuh ke dasar laut dalam penerbangan dari Surabaya ke Singapura.
Foto: Reuters/Darren Whiteside
Kehilangan kontak di tengah laut
Pesawat AirAsia QZ 8501 kehilangan kontak dengan menara pengawas sekitar 40 menit setelah lepas landas dari bandara Juanda, Surabaya, 28 Desember 2014. Sebelumnya, pilot sempat meminta ijin untuk naik ke ketinggian 28 ribu kaki guna menghindari cuaca buruk.
Foto: Reuters/Darren Whiteside
Dibawa ke Pelabuhan Kumai
Bagian ekor AirAsia QZ 8501 dibawa ke Pelabuhan Kumai, dekat Pangkalanbun, Kalimantan Tengah. Tim penyelam berusaha menemukan kotak hitam yang sudah didteksi lokasinya lewat sinyal ping. Tapi Basarnas menegaskan, prioritas utama adalah mengevakuasi korban.
Foto: REUTERS/Darren Whiteside
Bagian ekor AirAsia diangkat
Bagian ekor pesawat akhirnya berhasil diangkat ke kapal Crest Onyx 11 Januari 2015, setelah upaya itu tertunda beberapa hari karena gangguan cuaca buruk. Tapi black box pesawat tidak ditemukan pada bagian ini.
Foto: Reuters/Darren Whiteside
Diangkat dengan balon pengapung
Bagian ekor AirAsia berhasil diangkat dari dasar laut dengan menggunakan balon gas pengapung khusus. Kerja keras rim penyelam Basarnas akhirnya berhasil menemukan lokasi ekor pesawat dan melakukan pengapungan.
Foto: Reuters/A. Berry
Cuaca buruk hambatan utama
Gangguan cuaca buruk menjadi hambatan utama proses evakuasi korban dan potongan badan pesawat yang ada di dasar laut. Ombak besar dan jarak pandang sangat rendah di bawah air membuat upaya evakuasi tertunda beberapa kali.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Berry
Gambar pertama ekor AirAsia
Basarnas pertama kali merilis foto ekor pesawat di dasar laut 7 Januari 2015. Tapi tim penyelanm tidak menemukan kotak hitam yang dicari-cari. Kapal pencari kemudian menerima sinyal ping dari kotak hitam beberapa ratus meter dari lokasi ekor pesawat.
Foto: picture-alliance/Zuma Press/Xinhua
Kotak hitam diharap bisa menjelaskan musibah
Kotak hitam terdiri dari dua alat rekam, yaitu perekam data penerbangan, Flight Data Recorder (FDR), dan perekam suara kokpit, Cockpit Voice Recorder (VCR). Gambar ini menunjukkan kotak hitam pesawat Asiana Airlines 214 yang jatuh di bandara San Fransisco 7 Juli 2013 saat akan mendarat.
Foto: picture alliance/AP Images
9 foto1 | 9
Flight Data Recorder merekam data-data penerbangan, seperti penggunaan bahan bakar, kecepatan, ketinggian pesawat dll. Ada lebih dari seribu parameter yang direkam. Sedangkan Cockpit Voice Recorder merekam percakapan di kokpit pesawat selama dua jam terakhir.
Sampai hari Rabu, 14 Januari, tim pencari Badan SAR Nasional (Basarnas) berhasil mengemukan dan mengevakuasi 48 jenazah korban.
Bisa sampai satu tahun
Data-data dari black box AirAsia diharapkan bisa mengungkap apa yang terjadi di pesawat dan mengapa pesawat tipe Airbus A320-200 itu jatuh ke laut. AirAsia QZ 8501 jatuh di Selat Karimata 28 Desember lalu dalam penerbangan dari Surabaya ke Singapura.
Dibutuhkan waktu lama untuk menganalisa seluruh data. "Bisa sampai satu tahun. Memang begitu lama," kata Ony Soeryo Wibowo, investigator KNKT.
Menurut para ahli, kecelakaan AirAsia QZ8501 mirip dengan kecelakaan yang dialami oleh pesawat Airbus 330-200 Air France AF 447 dalam penerbangan dari Rio de Janeiro ke Paris, 1 Juni 2009.
Pesawat tipe Airbus A330-203 itu jatuh di lautan Atlantik. Seluruh 228 penumpangnya tewas. Hasil akhir pemeriksaan jatuhnya Air France AF 447 baru dipublikasi 5 Juli 2012, tiga tahun setelah kejadian.
Menurut prosedur standar pemeriksaan kecelakaan pesawat, KNKT akan merilis sebuah laporan awal dalam 30 hari mendatang, yang diteruskan ke organisasi penerbangan International Civil Aviation organization (ICAO).