1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Perlukah Ada Sanksi untuk Raffi Ahmad?

14 Januari 2021

Ikut pesta usai disuntik vaksin perdana, Raffi Ahmad jadi sorotan. Terkait hal ini, pakar menyinggung tentang pentingnya edukasi soal vaksin.

Raffi Ahmad saat menjalani program vaksinasi perdana di Istana Merdeka, Rabu (13/01)
Raffi Ahmad saat menjalani program vaksinasi perdana di Istana Merdeka, Rabu (13/01)Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden

Artis Raffi Ahmad jadi sorotan gegara ikut pesta setelah divaksinasi perdana dalam program pemerintah. Polisi kini turun tangan menyelidiki kerumunan di pesta itu.

"Itu yang kerumunan ya, saya lagi di Kecamatan, lagi koordinasi," kata Kapolsek Kebayoran Baru Kompol Supriyanto saat dihubungi detikcom, Kamis (14/01).

Supriyanto mengatakan kegiatan tersebut dilakukan di sebuah rumah pribadi di daerah Prapanca, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Polisi akan mendatangi pemilik rumah untuk menanyakan perihal kegiatan itu.

"Kita mau tegur nanti, kita akan panggil," imbuhnya.

Terkait adanya proses hukum dari kerumunan itu, Supriyanto menyebut masih harus menggali keterangan dari pemilik rumah.

"Iya, nanti justru itu kita lihat ini acara apa gitu ya," jelasnya.

Raffi buka suara dan meminta maaf

Raffi Ahmad akhirnya buka suara terkait ikut serta dirinya dalam pesta setelah divaksinasi corona perdana. Raffi Ahmad meminta maaf atas tindakannya.

Permintaan maaf itu disampaikan Raffi Ahmad pada akun Instagram-nya, Kamis (14/01). Raffi Ahmad mulanya menyampaikan permintaan maafnya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan seluruh masyarakat Indonesia.

"Terkait peristiwa tadi malam, di mana saya terlihat berkumpul dengan teman-teman tanpa masker dan tanpa jaga jarak, pertama saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Presiden Republik Indonesia Bapak @jokowi, Sekretariat Presiden, KPCPEN, dan juga kepada seluruh masyarakat Indonesia atas peristiwa tersebut," tutur Raffi Ahmad.

Raffi Ahmad menjelaskan peristiwa yang terjadi semalam merupakan keteledoran dan kesalahannya. Dia pun berjanji ke depannya akan lebih mematuhi protokol kesehatan.

"Jujur bahwa kejadian tadi malam adalah murni karena keteledoran saya, karena kesalahan saya. Ke depan, saya akan lebih menaati protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan). Saya juga berharap teman-teman dan seluruh masyarakat Indonesia agar terus menjalankan protokol kesehatan, meskipun vaksinasi sedang berjalan. Vaksin dan protokol kesehatan adalah satu kesatuan," paparnya.

Data kasus harian COVID-19 per satu juta penduduk di beberapa negara di dunia

Raffi Ahmad pun menyampaikan terima kasihnya kepada semua pihak yang sudah mengingatkannya. Dia juga meminta semua masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan.

"Terima kasih banyak untuk teman-teman yang sudah mengingatkan dan saya harap kita terus saling koreksi demi kesehatan kita, orang-orang yang kita sayangi, dan buat Indonesia," tutur Raffi.

Perlukah ada sanksi untuk Raffi Ahmad?

Pakar biomolekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo sepakat jika pemerintah memberi sanksi pada Raffi Ahmad. Pasalnya, penting untuk memberikan contoh wajibnya menjalani 3M (menjaga jarak, memakai masker. dan memcuci tangan), usai disuntik vaksin corona.

"Pemerintah harus tegas apalagi di foto itu berkerumun kan, dan mereka tidak menggunakan masker, yang pakai cuma dikit kan, tolong berikan apa namanya sanksi yang sepadan lah, karena supaya jadi pelajaran melakukan 3M pasca vaksinasi itu serius," tegasnya.

Selain itu, ia juga menyinggung edukasi tentang vaksin. Menurutnya, vaksin corona tak bisa membuat seseorang benar-benar kebal corona. Seseorang masih bisa terinfeksi, hanya saja nantinya vaksin mampu mencegah seseorang mengalami gejala berat akibat COVID-19.

"Jadi itu kan memang tidak didesain untuk mencegah infeksi," tegasnya.

"Tak langsung kebal setelah disuntik vaksin"

Ketua ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization) Prof Dr Sri Rezeki S Hadinegoro menyebut, seseorang tidak langsung 100 persen kebal setelah disuntik vaksin COVID-19. Perlu waktu untuk meningkatkan antibodi di dalam tubuh.

"Jadi kalau pun ia sudah diimunisasi kena COVID-19 InsyaAllah tidak berat kalau dia memang imun, karena kita tidak bisa tahu apakah virus yang kena itu ganas," kata Prof Sri dalam konferensi pers yang disiarkan secara daring oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada Senin (11/01).

"Lalu, setelah disuntik dua kali, itu kita nggak langsung tinggi antibodinya, kita perlu waktu untuk meningkatkan antibodi, paling tidak setelah dua kali suntik itu 14 hari sampai 1 bulan baru dia maksimal antibodi," tambahnya.

Selain itu, Prof Sri juga mengingatkan, ketika seseorang masih rentan untuk terpapar virus corona masker yang digunakan tidak boleh lepas. Dan ditambah orang-orang tidak menolak untuk divaksin.

"Itu yang menjadi semuanya tidak aman, maka di sini harus sama-sama kita diimunisasi bersama-sama imun," pungkasnya. (Ed: gtp/rap)

 

Baca artikel selengkapnya di: DetikNews

Raffi Ahmad Ikut Pesta Usai Divaksin di Istana, Polisi Turun Tangan

Ikut Pesta Usai Divaksin, Raffi Ahmad Minta Maaf ke Presiden dan Masyarakat

Polisi Sampai Turun Tangan, Perlukah Ada Sanksi untuk Raffi Ahmad?

Setelah Vaksin COVID-19 Masih Terinfeksi? Ahli Imunisasi: Bisa, Tapi Tidak Parah

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait