Bagaimana Anda bisa mendeteksi perilaku yang mengarah pada tindak terorisme? Simak opini Monique Rijkers berikut ini.
Iklan
Sepekan sebelum Natal 2017, saya sempat mengontak seorang pakar terorisme untuk menanyakan "Bagaimana cara mendeteksi perilaku yang harus diawasi”. Kawan saya ini kemudian mengajak saya makan siang dan memperkenalkan dengan pakar deteksi perilaku terkait terorisme, ia orang Arab Suriah kewarganegaraan Australia. Pria berkulit putih ini sekarang bekerja sebagai konsultan keamanan di Indonesia yang jasanya digunakan hingga ke Malaysia untuk pelatihan anti teror. Kawan yang mempertemukan kami mengatakan beliau ini "the real terrorist hunter”.
Singkat cerita dari percakapan kami, saya baru menyadari ternyata banyak sekali tenaga satuan pengamanan (satpam) bahkan polisi yang tidak tahu apa yang harus diamati dan di mana harus mencari teroris berdasarkan perilakunya. Satpam di mal, hotel atau perkantoran dan di rumah ibadah umumnya cuma memeriksa tas dan jaket, tidak menggeledah benda tajam seperti pisau. Karena itu sungguh mengherankan seseorang bisa membawa pedang masuk ke dalam ruang ibadah di Sleman kemarin. Ibarat payung, pedang saya kira cukup mudah terlihat jika berukuran panjang dan harus ditenteng atau jika tidak panjang, bisa dimasukkan dalam ransel atau dilakban di dada.
Upaya gangguan keamanan bukan hal baru di Indonesia. Sasaran gereja Katolik sudah terjadi pada tanggal 21 Desember 2017 jam 03.30 pagi Gereja Katolik Santa Maria Ratu Rosari di Ratulindo, Touna, Sulawesi Utara ketika disasar bom molotov yang dilempar oleh orang tidak dikenal. Kejadian ini dianggap gangguan keamanan yang bersifat lokal dan pelaku sering sekali dianggap melakukan aksi individual. Akibatnya pihak keamanan lalai menelusuri kelompok dan jaringannya sehingga skenario yang sedang atau akan dilakukan kelompok tertentu terus dapat berlangsung.
Namun jika didata secara nasional, upaya terorisme terus muncul di berbagai lokasi. Sepanjang tahun 2017 terduga teroris yang ditangkap Densus 88 sebanyak 172 orang! Pada tahun 2018, paling tidak sudah ada penangkapan di tiga lokasi. Tanggal 1 Januari 2018 di Makassar ada terduga teroris yang ditangkap namun usai diinterogasi tewas dan langsung dimakamkan. Tanggal 2 Januari 2018 Densus 88 menangkap terduga teroris di Buton, Sulawesi Tenggara (sebelumnya ada terduga teroris yang menyamar sebagai buruh ditangkap di Kendari). Yang terbaru tanggal 9 Februari 2018, terduga teroris dan istrinya ditangkap di Indramayu, Jawa Barat. Di Makassar pun ada terduga teroris yang ditangkap namun belakangan tewas.
Berdasarkan rekaman kejadian, kenalan saya menjelaskan ciri teror Jemaah Islamiyah (JI) selalu mencari hari baik, misal Bom Natal 2000 dan Bom Bali 2002 dan 2003. Bom Bali 2002 contohnya dilakukan satu hari, satu bulan dan satu tahun setelah 11 September di New York.
Serangan Teror Global 2017
Serangan teror dengan berbagai motif dan latar belakang juga marak di tahun 2017. Dunia mencatat, aksi teror mengatasnamakan agama tetap jadi pemicu terorisme nomor wahid.
Foto: DW/M. Hallam
Barcelona 17 Agustus 2017
Teroris menyerang turis di bulevar Las Ramblas, Barcelona dengan menabrakkan mobil van dengan kecepatan tinggi. Sedikitnya 13 orang tewas dan 100 terluka akibat serangan keji dan pengecut itu. Pelaku berhasil meloloskan diri dan masih terus dikejar aparat keamanan Spanyol. dalam aksi serupa di Cambrils, 100 km dari Barcelona, yang melukai 7 orang, polisi menembak mati 5 teroris.
Foto: picture-alliance/AP Photo/O. Duran
Jakarta 24 Mei
Bom bunuh diri menyasar target anggota polisi meledak di terminal Kampung Melayu, Jakarta Rabu (24/5). Sedikitnya 3 anggota polisi dan dua terduga pelaku serangan teror tewas. Puluhan terluka. Aparat keamanan menduga pelaku terkait jaringan Kalifat Islamic State-ISIS.
Foto: picture-alliance/AP Photo/D. Alangkara
Manchester 22 Mei
Manchester diguncang serangan teror bom bunuh diri yang menyasar "target lunak", remaja yang usai nonton konser musik pop. Sedikitnya 22 orang tewas dan 59 cedera. Banyak korban adalah anak-anak, yang termuda berusia 8 tahun. Terduga pelakunya Salman Abedy (22) kelahiran Inggris dari keluarga migran Libya. Polisi Inggris menduga Salman terkait jaringan teror ISIS.
Sebuah serangan bom bunuh diri menyasar konvoi tokoh politik Abdul Ghafoor Haidary yang meninjau kawasan krisis Baluchistan di Pakistan menewaskan 28 orang dan melukai 37 lainnya. Lagi-lagi Islamic State-ISIS yang menyatakan bertanggung jawab.
Foto: Getty Images/AFP/B. Khan
Mashar i Sharif 21 April
Sebuah serangan ke kamp militer Afghanistan di Mashar i Sharif menewaskan 266 tentara Afghanistan dan lukai 160 lainnya. Penyerang adalah anggota Taliban yang menyamar jadi anggota militer dan menembaki tentara yang sedang tidur.
Foto: Getty Images/AFP/F. Usyan
Tanta dan Alexandria 9 April
Dua serangan bom bunuh diri simultan dilancarkan saat upacara Minggu Palem kaum Kristen Koptik di Mesir. Dalam serangan teror di Tanta (foto) sedikitnya 30 orang tewas dan 70 cedera. Serangan serupa di Saint Mark (Mar Amina) Church di Alexandria tewaskan 17 orang dan lukai 66 lainnya. Aparat keamanan Mesir menyebut ISIS sebagai dalang serangan.
Foto: Reuters/M. Abd El Ghany
St.Petersburg 3 April
Sebuah serangan bom bunuh diri di stasiun kereta bawah tanah St.Petersburg Rusia, menewaskan sedikitnya 16 orang dan melukai 64 lainnya. Serangan dilancarkan menjelang kunjungan presiden Putin ke kota tersebut. Batalion Imam Shamil yang berafiliasi dengan Al-Qaida menyatakan bertanggung jawab atas aksi teror itu.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Y. Kurskov
London 22 Maret
Sedikitnya 6 orang tewas akibat aksi yang dilakukan Khalid Masood (52). Mula-mula ia mengemudikan mobilnya dan menyeruduk pejalan kaki di kawasan Westminster, menewaskan 4 orang. Pelaku keluar dari mobil membawa senjata tajam dan menusuk mati seorang polisi, sebelum ditembak mati petugas polisi lain. Pelaku adalah mualaf yang teradikalisasi di Arab Saudi.
Foto: picture-alliance/AP/J.West
Gao 10 Januari
Serangan bom bunuh diri di dekat markas tentara NATO di Gao, Mali tewaskan 77 orang dan lukai 177 lainnya. Tidak ada tentara NATO yang jadi korban. Milisi jihadis Al Mourabitun yang berafiliasi dengan Al Qaida di Maghreb menyatakan bertanggung jawab.
Foto: Getty Images/AFP
9 foto1 | 9
Ciri aksi terorisme JI adalah masif. Sedangkan bagi ISIS yang penting adalah ada pelaku yang berani turun, bukan bom bunuh diri, bom paket, bom mobil tapi pelaku yang bisa menembak, menusuk dan aksi kekerasan berdasarkan kemampuan individu. Sasaran umumnya terbagi dua yaitu hard target yang dilakukan secara terencana dan matang dengan target institusi, simbol pemerintah, sedangkan soft target dilakukan secara maraton karena aksi dadakan, perencanaan seadanya, bersifat reaktif dengan target warga masyarakat. Pelaku di lapangan yang digerakkan oleh JI cenderung birokratis sementara pelaku yang digerakkan oleh ISIS lebih fleksibel memilih target, waktu kejadian dan alat yang digunakan. Kenalan saya memetakan motif menjadi dua yakni JI digerakkan oleh konsensus (harus ada perintah amir untuk bikin amaliyah) dan ISIS oleh narasi kebencian. Kenalan saya ini menyakini umumnya yang didasari kebencian akan berteriak dulu sebelum melakukan aksinya.
Memetakan dan mendeteksi perilaku bagi orang awam tentu tidak serta merta bisa dikuasai tanpa pelatihan, kelak setelah pelatihan petugas keamanan akan mampu membedakan bagaimana perilaku orang yang punya masalah pribadi dengan yang punya kebencian dari tindak-tanduknya (gelisah atau berkeringat karena masalah psikis dengan gugup akan melakukan aksi bisa dibedakan).
Memahami pola pikir teroris berguna untuk memetakan perilaku teroris. Jika tidak mengerti pola pikir teroris, tidak akan bisa mengetahui indikator profil seorang teroris. Body language atau bahasa tubuh tidak bisa menipu, kata kenalan saya: "You can act but you can't fake your reaction.” Lalu apa saja yang harus dideteksi?
Berikut lima ciri perilaku yang dideteksi termasuk dalam profil pelaku terorisme:
- menggunakan baju longgar untuk menutupi alat yang digunakan untuk kekerasan
- tampil rapi bahkan klimis
- menggunakan wewangian non alkohol
- gaya jalan palsu (robotic walk)
- pandangan fokus pada target (tunnel vision)
Potret Desa Muslim AS Yang Dicap "Sarang Teroris"
Pada dekade 1980-an sekelompok muslim membangun sebuah desa di tepi kota New York, AS, buat mencari kedamaian. Kini desa Islamberg dianggap sarang terorisme dan menjadi simbol permusuhan bagi kaum kanan Amerika.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Mencari Damai di Desa Kecil
Sebuah desa kecil sekitar 190 km dari New York menampung migran muslim dan menamakan diri "Islamberg." Suasana desa berpenduduk sekitar 40 keluarga yang asri dan nyaman terkesan kontras dengan tudingan miring yang dilayangkan kelompok kanan AS. Islamberg dianggap sebagai sarang terorisme,
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Mengasingkan Diri
Adalah pengikut tokoh Sufi asal Pakistan, Syeikh Mubarik Gilani, yang membangun pemukiman muslim di New York. Penduduknya kebanyakan adalah generasi kedua atau ketiga pendatang Afro-Amerika. Kendati banyak yang bekerja di luar kota, penduduk Islamberg cenderung tertutup. Satu-satunya kontak dengan dunia luar adalah lewat klub olahraga lokal.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Oase Terpinggirkan
Islamberg terletak agak terpencil di tepi gunung Catskill. Satu-satunya akses ke dunia luar adalah sebuah jalan sempit berbatu. Sebuah supermarket kecil memasok bahan pangan dan kebutuhan pokok untuk penduduk lokal. Hingga baru-baru ini semua warga terbiasa membiarkan pintu rumah terbuka saat berpergian.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
"Mimpi Buruk Terparah AS"?
Belakangan Islamberg sering menjadi sasaran ujaran kebencian kelompok kanan AS. Blog Freedom Daily misalnya pernah mengklaim sebuah penggerebekan di Islamberg atas perintah Presiden Donald Trump mengungkap "mimpi buruk paling parah buat Amerika," yakni kamp pelatihan Jihad buat teroris. Tudingan tersebut kemudian dibantah oleh berbagai media besar.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Disambangi Kaum Kanan
Serangan terhadap Islamberg tidak sebatas ujaran kebencian. Tidak lama setelah geng motor "American Bikers Against Jihad" menyambangi Islamberg, seorang penduduk Tenessee ditangkap karena menyerukan pembakaran mesjid di Islamberg. Wali Kota Islamberg, Rashid Clark, menganggap kabar palsu dan ujaran kebencian terhadap desanya sebagai ancaman terbesar.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Pembelaan Kepolisian
Kepolisian setempat juga menepis tudingan tersebut. "Penduduk di sini adalah warga negara AS. Mereka telah hidup di sini sejak lebih dari 30 tahun. Mereka membangun komunitas dan menjalin kontak dengan dunia luar. Di sini tidak pernah ada masalah," kata James Barnes dari Biro Investigasi Kriminal Kepolisian New York.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Label Teror dari Dekade Lampau
Tudingan miring terhadap Islamberg antara lain terkait keberadaan organisasi Muslims of America (MoA) yang bermarkas di sana. Menurut pemerintah AS MoA adalah pecahan dari kelompok kriminal "Jemaat al-Fuqra" yang aktif pada dekade 1980-an. "Kalau kami melatih teroris sejak 30 tahun," kata Ketua MoA Hussein Adams, "kenapa sampai sekarang belum ada serangan?"
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Setumpuk Rasa Frustasi
Tudingan miring tersebut membuat frustasi penduduk Islamberg. "Mereka tidak mengganggu siapa pun," kata Sally Zegers, editor harian lokal Hancock Herald kepada Associated Press.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Normalisasi Kebencian
Hingga kini gelombang kebencian terhadap Islamberg belum mereda. Tahirah Clark yang bekerja sebagai pengacara hanya bisa berdoa sembari berharap segalanya akan berakhir. Namun hingga saat ini penduduk Islamberg harus membiasakan diri terhadap celotehan pedas kelompok konservatif kanan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
9 foto1 | 9
Apakah kita butuh pengetahuan deteksi perilaku terorisme?
Ya, sangat butuh. Abu Muhammad al-Adnani, pentolan ISIS menyatakan, "Kalau tertutup pintu hijrah ke Suriah, bukalah pintu jihad di tempatmu sendiri”. Ini kutipan yang dibagikan seorang kenalan saya di grup WA. Ia mengajak media untuk melawan terorisme bukan fokus pada kronologi, sebab "There is no terrorism without media”. Ia menyarankan menggunakan tagar #KamiBerani bukan #KamiTidakTakut sebab diksi "tidak takut” justru yang akan terekam di alam bawah sadar malah kata "takut”. Kita dapat berpartisipasi melawan terorisme dan radikalisme melaui kegiatan kontra radikalisme dan deradikalisme, bisa memilih berpartisipasi terlibat di hulu atau hilir.
Melalui tulisan singkat ini, saya menginformasikan masyarakat dan para pemilik gedung, rumah ibadah atau tempat publik untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan tenaga keamanan, orang awam yang tidak berlatar belakang polisi atau tentara untuk bisa mengikuti pelatihan mendeteksi perilaku teroris agar saat insiden terjadi dapat bertindak secara tepat dan tahu apa yang harus dilakukan.
Rekaman Video Amatir Bom Surabaya
00:40
Modul pelatihan deteksi perilaku teroris ini meliputi: cara untuk lebih waspada, bagaimana melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda, cara mengenali anomali, apa saja yang termasuk kategori mencurigakan dan bagaimana cara merespons. Harapannya jika masyarakat dan tenaga pengamanan sudah dibekali pengetahuan deteksi perilaku teroris maka kejadian seperti di Sleman, Jogyakarta Minggu 11 Februari, serangan terhadap ulama, tokoh NU dan pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayah Cicalengka, Bandung KH Umar Basri pada 27 Januari 2018, serangan pada ulama dan Pimpinan Pusat Persis H.R Prawoto pada 1 Februari 2018 serta penusukan di dalam masjid di dekat Mabes Polri, Jakarta Juli 2017 tidak perlu terjadi.
Namun pengetahuan deteksi perilaku terorisme bukan solusi mencegah terorisme dan radikalisme, yang dibutuhkan adalah membangun kesadaran untuk hidup damai bersama-sama. Narasi kebencian seharusnya tidak laku dijual di Indonesia karena semua warga negara Indonesia mengakui dan menghargai keberagaman. Pancasila sudah final menjadi dasar negara kita sehingga ide untuk mengubah Indonesia yang majemuk ini dan upaya menantang pemerintah dengan aksi teror tidak dapat ditolerir.
Penulis:
Monique Rijkers adalah wartawan independen, IVLP Alumni, pendiri Hadassah of Indonesia, inisiator Tolerance Film Festival dan inisiator #IAMBRAVEINDONESIA.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis
Fakta Serangan Teror di New York
Serangan teror menggunakan truk pick up untuk seruduk pejalan kaki di New York, tewaskan sedikitnya 8 orang. Sejumlah fakta yang terungkap sejauh ini.
Foto: picture-alliance/AP/dpa/M. Lennihan
Sedikitnya 8 Korban Tewas
Pelaku serangan, seorang imigran asal Uzbekistan berusia 29 tahun, menyeruduk pejalan kaki dan pesepeda di tepi sungai Hudson di Manhattan menggunakan truk pick up sewaan. Sedikitnya 8 tewas dan 11 terluka, sebelum truk berhenti karena menabrak bus sekolah.
Foto: Reuters/A. Kelly
Pelaku Serangan Teror Dilumpuhkan
Pejabat di New York menyebutkan, pelaku juga mengacungkan pistol "paintball". Sementara media melaporkan berdasar keterangan saksi mata, pelaku meneriakkan "Allahu Akbar," saat menabrak puluhan orang tak berdosa. Polisi berhasil melumpuhkannya dengan menyarangkan "timah panas" yang melukai teroris itu.
Foto: picture-alliance/AP Photo/NYPD/M. Speechley
Pelaku Bekerja Sebagai Sopir Uber
Pelaku kelahiran Uzbekistan datang ke Amerika Serikat lewat jalur legal 2010. Perusahaan layanan taksi online Uber menegaskan beberapa jam setelah serangan, bahwa pelaku adalah salah seorang sopirnya. Kondisi teroris setelah ditembak cukup serius, tapi diduga nyawanya tidak akan melayang.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Matthews
Serangan Dilancarkan Sendirian
Walikota New York City, Bill de Blasio menyebut serangan sebagai aksi teror. Presiden Donald Trump memerintahkan departemen keamanan dalam negeri, untuk memperketat pemeriksaan imigran. Pejabat pemerintah meyakini, pelaku teror itu beraksi sendirian.
Foto: picture-alliance/AP/dpa/M. Lennihan
Korban Mayoritasnya Turis
Pelaku melmacu truknya sejarak 1.280 meter di sepanjang jalur pesepeda. Korban tewas kebanyakan turis, diantaranya lima warga Argentina dan seoranmg warga Belgia. Warga Argentina itu datang ke New York merayakan 30 tahun kelulusan mereka dari sekolah menengah atas.
Foto: Reuters/B. McDermid
Warga Diimbau Bagi Informasi ke Polisi
Investigator kini menganalisa catatan yang ditinggalkan pelaku teror di dalam mobil truk maut itu. NYPD dan FBI mengimbau warga untuk membagi informasi serta rekaman foto maupun video dari insiden mematikan tersebut.