Kejaksaan di Lüneburg menolak permohonan pengampunan Oskar Gröning, 96 tahun, eks bendaara NAZI yang dijatuhi hukuman 4 tahun penjara. Dia sekarang harus menjalani hukumannya.
Iklan
Oskar Gröning yang sekarang berusia 96 tahun dijatuhi hukuman empat tahun penjara karena turut bertanggung jawab atas kematian 300.000 orang di kamp konsentrasi NAZI di Auschwitz.
Bulan Desember lalu, Mahkamah Konstitusi Jerman menolak permohonan bandingnya. Ini berarti, segala upaya hukum bagi Oskar Gröning sudah dilewati. Sebelumnya, para pengacaranya sudah gagal dengan upaya naik banding di Pengadilan Lüneburg dan di Pengadilan Tinggi Celle.
Langkah terakhir para pengacara untuk menghindar dari hukuman penjara bagi kliennya adalah permohonan pengampunan dengan alasan usia yang sudah lanjut. Namun Pengadilan Lüneburg hari Rabu (17/1) menyatakan, permohonan pengampunan atas alasan kesehatan juga ditolak.
Jurubicara Kejaksaan Lüneburg Wiebke Bethe menerangkan, Gröning masih bisa mengajukan keberatan terhadap penolakan itu ke kejaksaan tinggi di Hannover sesuai aturan hukum Negara Bagian Niedersachsen.
"Jika memang ada perubahan kondisi kesehatannya, dia setiap saat bisa mengajukan (permohonan pengampunan) lagi,” kata Wiebke Bethe.
Oskar Gröning pernah bertugas di bagian pembukuan dan keuangan di kamp konsentrasi terbesar NAZI di Ausschwitz, yang sekarang terletak di Polandia. Dia antara lain turut menyita uang dan perhiasan dari para tahanan NAZI untuk diregistrasi dan dikirim ke Berlin.
"Tidak Akan Pernah Terulang Lagi" - Monumen tentang Kengerian
Properti warga Yahudi di Jerman disita November 1938, dan ribuan orang diangkut ke kamp konsentrasi. Berbagai monumen di Jerman didirikan sebagai peringatan agar peristiwa itu tidak pernah terulang lagi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Schreiber
Wannsee House (Rumah Wannsee)
Vila di tepi danau Wannsee di Berlin adalah lokasi menentukan dalam perencanaan Holocaust, yaitu pembantaian warga Yahudi di jaman PD II. 15 anggota pemerintahan NAZI dan satuan SS bertemu di sini 20 Januari 1942 untuk merencanakan deportasi dan pembantaian warga Yahudi di seluruh kawasan yang dikuasai Jerman. 1992 villa ini dijadikan tugu peringatan dan museum.
Foto: picture-alliance/dpa
Dachau
Kamp konsentrasi pertama dibuka di Dauchau, tidak jauh dari München. Hanya beberapa pekan setelah Adolf Hitler mulai berkuasa, kamp ini digunakan satuan SS untuk memenjara, menyiksa dan membunuh penentang rezim. Dachau juga jadi prototipe bagi sejumlah kamp yang dibangun setelahnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Lahan Tempat Demonstrasi Kekuatan
Nürnberg adalah kota di mana tempat propaganda terbesar partai NAZI dari 1933 sampai dimulainya PD II tahun 1939. Kongres partai tahunan serta demonstrasi yang dihadiri sekitar 200.000 orang diadakan di area seluas 11 km². Sekarang, Gedung Kongres yang tak selesai dibangun ini menjadi pusat dokumentasi dan museum.
Foto: picture-alliance/Daniel Karmann
Bergen-Belsen
Kamp konsentrasi Bergen-Belsen di Niedersachsen awalnya penjara tawanan perang, kemudian menjadi kamp konsentrasi. Tahanan yang terlalu sakit untuk bekerja diangkut ke sini dari kamp konsentrasi lain. Banyak juga yang meninggal akibat penyakit. Dari 50.000 yang tewas di sini, salah satunya Anne Frank, anak perempuan Yahudi yang dikenal karena buku hariannya yang dipublikasikan internasional.
Foto: picture alliance/Klaus Nowottnick
Monumen Perlawanan Warga Jerman terhadap NAZI
Gedung Bendlerblock di Berlin dulunya tempat berkumpul kelompok mililter penentang NAZI. 20 Juli 1944, sekelompok perwira NAZI yang dipimpin Kolonel Claus von Stauffenberg melaksanakan upaya pembunuhan terhadap Hitler, namun gagal. Pemimpin kelompok itu ditembak mati pada hari yang sama di lapangan di tengah gedung Bendlerblock. Sekarang menjadi Pusat Peringatan Perlawanan Jerman terhadap NAZI.
Foto: picture-alliance/dpa
Pusat Eutanasia Hadamar
Dari 1941 orang-orang yang punya kelemahan fisik dan mental dibunuh di rumah sakit Hadamar di Hesse. Karena dinyatakan "tidak diinginkan" oleh Nazi, sekitar 15.000 orang dibunuh dengan suntikan obat mematikan atau dengan gas. Di seluruh Jerman sekitar 70.000 dibunuh sebagai bagian dari program Eutanasia NAZI. Sekarang Hadamar jadi monumen bagi para korban.
Foto: picture-alliance/dpa
Monomen Holocaust
Monumen berdiri di sebelah Gerbang Brandenburg, dan jadi monumen bagi warga Yahudi yang dibantai di Eropa. Monumen diresmikan 60 tahun setelah berakhirnya PD II, tanggal 10 Mei 2005. Karya arsitek Peter Eisenman ini berupa 2.711 kotak beton yang memenuhi lahan luas. Di bawah monumen terhadap pusat informasi, di mana dicantumkan seluruh warga Yahudi korban NAZI, yang diketahui namanya.
Foto: picture-alliance/dpa
Monumen bagi Warga Homoseksual
Tidak jauh dari monumen Holocaust di Berlin, berdiri monumen peringatan bagi ribuan warga homoseksual yang jadi korban NAZI antara 1933 dan 1945. Monumen setinggi empat meter ini diresmikan 27 Mei 2008.
Foto: picture alliance/Markus C. Hurek
Monumen bagi Warga Sinti dan Roma
Di seberang gedung parlemen, Reichstag di Berlin, sebuah taman diresmikan 2012 jadi peringatan bagi 500.000 warga Sinti dan Roma yang dibunuh rezim NAZI. Di tepian sebuah kolam peringatan tercantum puisi berjudul Auschwitz, karya pujangga Roma Santino Spinelli. Puisi ditulis dalam bahasa Inggris, Jerman dan Romani.
Foto: picture-alliance/dpa
Stolpersteine: Batu Sandungan Sebagai Monumen
Tahun 1990-an, seniman Gunther Demnig memulai proyek untuk mengkonfrontasikan orang dengan masa lalu Jerman, tepatnya NAZI. Karyanya berupa sejumlah batu beton yang dilapis kuningan, yang ditempatkan di depan rumah korban NAZI. Pada batu tercantum nama dan tanggal deportasi serta kematiannya, jika diketahui. Lebih dari 45.000 Stolpersteine (batu sandungan) ditempatkan di 18 negara Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa
Brown House (Rumah Coklat) di München
Tepat di sebelah Führerhaus (rumah pemimpin), di mana kantor Adolf Hitler dulu berada, terdapat markas besar Partai NAZI, yaitu di gedung bernama Brown House. Bangunan berupa kubus berwarna putih kini berdiri di lokasi itu, dan menjadi Pusat Dokumentasi bagi Sejarah NAZI, diresmikan 30 April 2015. Penulis: Max Zander, Ille Simon (ml/as).
Foto: picture-alliance/dpa/Sven Hoppe
11 foto1 | 11
Proses pengadilan Oskar Gröning disebut-sebut sebagai proses pengadilan terakhir yang berkaitan dengan Holocaust, pembunuhan massal yang dilakukan rezim Nazi Hitler terhadap kaum Yahudi.
Jaksa penuntut di pengadilan menyatakan, walau Oskar Gröning tidak membunuh seorang pun dengan tangan sendiri ketika bekerja di kamp konsentrasi Ausschwitz, dia tetap turut bertanggung jawab atas kematian 300.000 orang.
Oskar Gröning beberapa kali meminta pengadilan tidak menjatuhkan hukuman penjara, karena usia lanjutnya. Setelah dijatuhkan vonis, dia juga mengajukan permohonan penangguhan penahanan. Sampai saat ini, Gröning belum masuk penjara. Namun setiap saat, kejaksaan Lüneburg bisa mengirimkan surat pemanggilan menjalani tahanan, sekaligus menetapkan di penjara mana dia harus menjalani masa hukumannya.
Siapakah Hitler?
Pertanyaan tentang "Siapakah Hilter" menjadi fokus buku Hermann Pölking dan diadaptasi menjadi film dokumentasi yang epik karena berisi kutipan pendapat dari sejumlah tokoh yang sezaman dengan Adolf Hitler.
Foto: picture-alliance/AP
Adolf Hitler Cilik (tahun 1890)
"Dia berbeda dari seluruh anggota keluarga lainnya." - Ibu Klara Hitler, dikutip oleh August Kubizek.
Foto: picture-alliance/dpa
Foto angkatan di sekolah Linz, 1900/01
"Dia sangat berbakat, tapi juga tak stabil, walaupun dia tidak bertindak kasar, dia bisa dianggap berjiwa pemberontak. Dia juga bukan pekerja keras." Dr. Eduard Huemer, guru bahasa Perancis (Adolf Hitler berada di sebelah paling kanan atas)
Foto: picture-alliance/akg-images
Potret diri Adolf Hitler
"Seluruh keluarganya menganggap Hitler bukan seorang idealis, yang suka menghindar dari kerja keras." - August Kubizek, teman sepermainan Adolf Hitler
Foto: picture-alliance/dpa
Hitler ketika berpangkat kopral pada Perang Dunia I
"Saya tak pernah bisa mengungkap apa penyebab kefanatikan Hitler membenci kelompok Yahudi. Pengalaman ketika bersama prajurit yahudi saat perang dunia tidak mungkin berkontribusi besar terhadap hal ini." - Fritz Wiedemann, Letnan di Regimen "List" (Hitler di posisi paling kiri bawah)
Foto: Getty Images
Peringatan Kudeta Beer Hall (sekitar tahun 1929)
"Tujuan mereka hanya satu: taat. Mereka bersedia dikerahkan untuk tujuan apapun, dan mampu melakukan apapun, dilatih untuk mengikuti Hilter. Sedadu berseragam coklat yang direkrut adalah mereka yang tidak puas, tidak sukses, ambisius, penuh rasa iri hati dan kebencian, dari seluruh lapisan masyarakat - yang bersedia untuk membunuh dan melakukan kekerasan." - Carl Zuckmayer, dramawan Jerman
Foto: Getty Images/H.Hoffmann
Hitler di Bayreuth (1938)
"Sebelum saya berangkat ke San Fransisco, Saya menyadari niat Hitler yang ingin mengenyahkan pasien yang tak tersembuhkan - bukan hanya yang cacat mental - ketika perang berlangsung. Sebagai alasan dia katakan: mereka adalah "mulut yang perlu makan" namun tak diperlukan." - Fritz Wiedemann, ajudan Adolf Hilter di Partai Nazi hingga 19 Januari 1939.
Foto: picture-alliance/akg-images
Albert Speer dan Adolf Hitler, 1938
"Sepanjang perang, Adolf Hitler tidak pernah mengunjungi kota yang hancur akibat bom." - Albert Speer, Menteri era Hitler bidang Persenjataan dan Produksi Perang
Foto: picture-alliance/akg-images
Hitler pasca serangan terhadap markas militer Nazi, Wolf's Lair, 1944
"Di sana saya melihat Hilter, yang menatap penuh pertanyaan atas ekspresi putus asa saya. Dengan pelan dia berkata, "Linge, seseorang telah berusaha membunuhku." Heinz Linge, pelayan Adolf Hitler.
Foto: picture-alliance
Adolf Hitler dan Hermann Göring, 1944
"Saya sadar kita kalah perang. Kemenangan mereka nyata. Saya ingin menembak kepala saya sekarang. [Tapi] kita tidak akan menyerah. Tidak akan pernah. Kita bisa jatuh terperosok. Tapi kita akan membawa seluruh dunia ikut serta." - disampaikan Hitler kepada ajudannya Nicolaus von Below pada akhir Desember 1944.
Foto: picture-alliance/dpa/Fine Art Images
Surat kabar laporkan kematian Hitler, 1945
"Kematian Hitler dianggap tak lagi bermakna. Dia seharusnya sudah tewas sejak lama. Saya bertanya-tanya berapa banyak orang yang menenangkan diri dan berpikir dia sinting." - Naomi Mitchison, penulis asal Skotlandia