1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perpustakaan Multikultural di Duisburg

Andrea Groß17 Juli 2013

Perpustakaan multikultural ingin membantu anak-anak migran. Tapi perpusatakaan ini juga digunakan oleh orangtua mereka untuk mendapat informasi tentang Jerman.

Mencari buku di Perpustakaan Multikultural Duisburg
Perpusatakaan Anak DuisburgFoto: DW/A.Groß

Huseyin Coktas datang setiap hari Sabtu ke perpustakaan di Duisburg membawa anaknya Nebi yang berusia 7 tahun. Nebi memilih sebuah buku berbahasa Jerman tentang kapal laut, dan sebuah buku cerita bahasa Turki. Tokohnya bernama Keloglan. "Ini lucu. Dia rambutnya sedikit", kata Nebi sambil menunjukkan buku itu kepada ayahnya. Huseyin tertawa. Waktu kecil, dia juga senang cerita tentang Keloglan.

Huseyin Coktas ingin anaknya memahami budaya Jerman dan budaya Turki. Di Perpustakaan Duisburg, dia bisa menemukan banyak buku dan CD dengan lagu anak-anak berbahasa Turki. Mereka juga bisa meminjam DVD berbahasa Turki.

Dengan perpustakaan multikultural, kota Duisburg ingin membantu anak-anak migran. Tapi banyak juga orang dewasa yang menggunakan sarana ini. Pengajar taman kanak-kanak sering meminjam bahan-bahan dari perpustakaan ini. Perpustakaan multikultural menawarkan bahan bacaan dan multimedia dalam 13 bahasa, antara lain Inggris, Turki, Spanyol, Arab, Perancis, Yunani, Bulgaria dan Rumania.

Banyak Migran

Duisburg adalah kota industri tua. Sejak tahun 1960-an, perusahaan batubara dan baja di sekitar kota ini merekrut pekerja dari Eropa selatan dan dari Turki. Sepertiga dari sekitar 500.000 penduduk Duisburg adalah kelompok migran. Sejak 1974, Duisburg punya bus perpustakaan yang membawa buku-buku berbahasa asing. Tahun 2011 didirikan perpustakaan internasional untuk anak-anak.

Divisi internasional untuk anak-anak dikoordinasi Yilmaz Holtz-Ersahin. Ada ribuan buku dan bahan multimedia. Saat ini, yang banyak dicari adalah buku berbahasa Arab. "Saya ingin membeli lebih banyak buku cerita dalam bahasa Arab, tapi sayangnya tidak terlalu banyak buku dwi-bahasa," kata Yilmaz. Selain itu, dia juga ingin membeli lebih banyak buku dalam bahasa Albania dan Rumania. Akhir-akhir ini, makin banyak migran dari kedua negara itu yang datang ke Duisburg.

Yilmaz Holtz-Ersahin dengan buku Pippi Langstrumpf bahasa ArabFoto: DW/A.Groß

Perpustakaan ini juga punya program teater dan pembacaan buku. Program itu dibawakan dalam bahasa Jerman dan bahasa asing. "Ini terutama ditujukan pada keluarga Turki, Yunani dan yang berbahasa Perancis", tutur Yilmaz. "Tapi banyak juga orang yang menonton karena tertarik dengan bahasa dan ceritanya."

Tujuan pendirian perpustakaan multikultural adalah mempertemukan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya. Karena proyek ini, Perpustakaan Duisburg masuk dalam agenda lembaga PBB UNESCO sebagai program yang membantu saling pengertian antar bangsa.

Bisa Belajar Lebih Baik

Charlotte, 10 tahun, duduk di sebuah sofa bersama dua teman perempuannya. "Ayah saya pernah membawa sebuah buku berbahasa Inggris". Sejak itu, dia senang membaca buku-buku berbahasa Inggris di perpustakaan internasional ini.

Charlotte mengaku bisa belajar bahasa Inggris lebih baik setelah sering datang ke perpustakaan. Kawannya Laura, 11 tahun, membenarkan hal itu. "Saya juga belajar bahasa Latin di sekolah. Jadi saya sering melihat buku bahasa Latin di sini."