1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bewährungsprobe

Gero Schließ2 Mei 2014

Kunjungan ke Washington untuk membahas krisi di Ukraina akan menjadi lawatan yang sulit bagi Kanselir Jerman Angela Merkel. Setelah skandal NSA, hubungan Jerman AS kembali diuji.

Foto: SAUL LOEB/AFP/Getty Images

Pidato di depan Kongres Amerika Serikat atau penghargaan Medal of Freedom hanyalah kenangan manis kunjungan Kanselir Merkel di Amerika Serikat. Bagi Merkel, lawatan di tengah krisis Ukraina kali ini merupakan kunjungan kepada teman yang “telah menjadi asing “. Setelah skandal penyadapan yang dilakukan dinas rahasia AS NSA, kini krisis Ukraina menjadi cobaan bagi kedua negara ini.

Menurut Nile Gardiner dari Heritage Foundation, hubungan Jerman-AS terancam semakin buruk. “Ada kesenjangan besar antara Berlin dan Washington dalam menghadapi Rusia.” Kepada Deutsche Welle, Nile Gardiner mengatakan bahwa Jerman dan beberapa negara Eropa lebih memilih solusi dengan “kebijakan peredaan“ mengingat ketergantungan pasokan energi.

Namun menurut Karen Donfried dari German Marshall Fund, yayasan kerjasama dan hubungan transatlantik, koordinasi Jerman-Amerika sejauh ini berjalan dengan sangat baik. "Negara-negara Eropa memiliki hubungan energi dan perdagangan penting dengan Rusia. Meskipun demikian, mereka tetap menekan Rusia.“

Waktu yang Tepat

Karena Donfried, yang beberapa pekan lalu masih menjabat sebagai penasehat Eropa bagi Presiden Obama, juga yakin bahwa Presiden Rusia Putin melihat adanya solidaritas di antara negara-negara Eropa.

Agenda utama kunjungan Kanselir Merkel di AS adalah krisis Ukraina. Di Washington, Merkel tidak hanya harus memikul berbagai harapan yang berbeda dari Eropa tapi juga harus bertemu seorang presiden yang tengah menghadapi tekanan di dalam negerinya untuk menghadapi Rusia dengan cara keras. “Pertemuan ini berlangsung pada waktu yang tepat dan sangat penting,“ dikatakan Heather Conley dari Center for Strategic and International Studies (CSIS). “Kedua kepala negara bertemu di saat kebijakan Barat seputar Rusia berada diambang akhir yang dramatis. Satu kebijakan baru harus digagas. Peran Jerman sangat penting untuk keberhasilan,“ dikatakan Heather Conley.

Ketidakpuasan dengan Sekutu Eropa

Laporan media baru-baru ini menunjukkan ketidakpuasaan dalam kalangan dekat di sekitar Presiden Obama. Menurt Washinton Post (29/04/14), beberapa pejabat pemerintahan Obama merasa kecewa karena mereka harus menunggu selama satu minggu untuk memberlakukan sanksi-sanksi baru terhadap Rusia. Melakukan koordinasi dengan 28 negara Uni Eropa merupakan” resep terbaik untuk tidak bertindak“, demikian dikatakan seorang pejabat kepresidenan Obama seperti dikutip New York Times.

Yang menjadi tumpahan kekecewaan adalah Kanselir Merkel yang di mata Amerika merupakan sekutu paling penting di Eropa yang memainkan peran utama dalam mengambil kebijakan bersama Uni Eropa untuk menghadapi Rusia. “Saya pikir, AS akan memperkuat sanksi. Dan Jerman enggan untuk bergabung. Saya yakin, Ukraina berpotensi dapat memperburuk hubungan Jerman-AS,“ dikatakan Nile Gardiner.

Karen Donfried dari German Marshall Fund berpendapat sebaliknya,“Saya meilihat hubungan Jerman-AS sangat berbeda. Saya pikir hubungan ini sangat kuat, hubungan tahun lalu juga kuat.“ Skandal NSA memang satu babak yang sulit, diakui Donfried. “Tapi dalam masalah Ukraina serta masalah lainnya seperti Iran dan Suriah, bisa dilihat betapa erat kerjasama yang terjalin.“

yf/ap (rtr/ap/afp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait