Persaingan India dan Cina
8 Oktober 2012Perbedaan antara kedua negara tetangga itu tidak bisa lebih besar. India gemar menyebut dirinya sebagai demokrasi terbesar dunia. Memiliki pers yang bebas, sektor hukum yang independen, tapi juga jutaan anak yang kelaparan. Cina dikenal sebagai negara otoriter yang dikuasai partai komunis dan ekonominya melejit ke peringkat kedua terbesar di dunia. Kedua negara ini terpisah perbatasan sepanjang 3500 kilometer, yang hingga kinipun belum disepakati letak persisnya, padahal perang perbatasan berakhir 50 tahun silam.
"Sumber konflik kedua negara sangat besar“, begitu analisa ahli politik Eberhard Sandschneider. India merasa tengah bersaing dengan Cina, dan tak putusnya membandingkan capaiannya dengan Cina. Dan hasilnya? Masih banyak yang harus dilakukan untuk menyusul posisi Cina. Lalu ada faktor kebijakan keamanan, lanjut Sandschneider. "India dengan seksama mengamati strategi “Rangkaian Mutiara”, yang digulirkan Cina dengan membangun pangkalan maritim di sekitar kawasan India“. Konflik perbatasan juga belum teratasi. Selain itu hubungan India dengan Tibet merupakan tema sensitif, apalagi India hingga kini menjadi tuan rumah bagi Dalai Lama dan pemerintah eksil Tibet.
Air Sumber Konflik
Ke depan Sandschneider melihat adanya konflik lain, yaitu sengketa air dari sungai-sungai yang mengalir dari Himalaya. Sungai-sungai terpenting di Asia Selatan dan Tenggara bersumber di Tibet, termasuk Sungai Brahmaputra yang memasok kebutuhan air di India dan Bangladesh. "Kondisi kekeringan dan paceklik di kawasan Utara, bisa menimbulkan pertanyaan baik di pihak Cina maupun India, mengenai penggunaan sungai itu,Ini berpotensi konflik besar," keluh Sandschneider.
Penelitian Kementrian Luar Negeri Amerika Serikat mencapai konklusi serupa. Penulis "Global Water Security" memprediksi semakin banyak konflik akibat perebutan sumber air. Kebutuhan semakin tinggi dengan menciutnya sumber alam. Dua faktor penentunya adalah pertumbuhan penduduk dunia dan perubahan iklim. Belakangan, Cina juga merealisasi sejumlah proyek waduk raksasa di sungai Mekong, Salween dan Brahmaputra.
Negara-negara di hilirnya mengkhawatirkan pengurangan aliran air sungai-sungai itu. Apalagi Beijing tak menutupi keinginan mengalihkan sebagian air sungai Brahmaputra ke kawasan Cina Utara yang kekeringan. Secara teknis, rencana ini belum bisa direalisasi. Namun Perdana Menteri India, Manmohan Singh sangat khawatir dan sudah mengangkat tema ini dalam pembicaraan dengan para pimpinan Cina.
Menurut pakar Cina di Institute Studi dan Analisa Pertahanan di New Delhi, Jagarnath Panda, air sebelumnya tidak bermain peran dalam hubungan bilateral kedua negara. Kini air menjadi masalah utama dalam hubungan Cina dan India. "Bukan isu perbatasan maupun peranan India dan Cina di tingkat regional atau global yang akan menentukan, dalam lima hingga 10 tahun ke depan, air akan menjadi masalah paling besar antara kedua negara.”
Kecurigaan Mendalam
Sejak perang perbatasan di tahun 1962, India memiliki kecurigaan terhadap Cina. Kecurigaan ini dibakar oleh pendapat bahwa Cina berusaha menjegal lagu perkembangan India. Salah satu contohnya, adalah upaya India untuk mendapatkan kedudukan tetap dalam Dewan Keamanan PBB. "Cina tidak senang dengan ide bahwa India bisa memiliki kursi tetap di sana“, konfirmasi ahli politik Gu Xuewu di Bonn. "Cina belum pernah mengatakan itu secara terbuka, tapi kerap berargumentasi bahwa sebuah reformasi seperti itu membutuhkan persetujuan luas di tingkat internasional."
Menurut Gu Xuewu, "Cina tidak memandang India sebagai pemain di liga yang sama. Cina berambisi untuk bersaing dengan Amerika, karenanya Cina membutuhkan Pakistan sebagai mitra strategis di bidang keamanan energi, akses ke Lautan Hindia, dan pengamanan lalu-lintas perdagangan Cina."
Nyatanya hubungan antara Cina dengan Pakistan, musuh bebuyutan India, sangat erat.
Sengketa Minyak
Bahkan dalam sengketa soal laut Cina Selatan, Cina akan berkonflik dengan India sehubungan isu minyak bumi. Pasalnya, Cina menghak milik seluruh kawasan laut itu dan menawarkan 9 kawasan pemboran minyak di pesisir Vietnam ke investor internasional. Padahal dua di antaranya sudah dijanjikan oleh Vietnam kepada India.
Lingkungan pengamat Cina seringkali mengutip ungkapan bahwa „hanya satu yang lebih cepat berkembang daripada ekonomi Cina, yaitu rasa percaya diri Cina“. Dalam berbagai konflik, Cina pun bersikap sesuai dan memproyeksikan kekuatan militernya.
Rasa percaya diri India juga menguat seiring kemajuan ekonominya belasan tahun terakhir ini. Meskipun, motor pertumbuhannya sering tersandung, seperti pada musim panas lalu, saat mati listrik terbesar dalam sejarah India dan 300 juta penduduknya tak punya akses listrik. India adalah importir senjata terbesar dunia. Militernya tidak hanya bersiap diri untuk ancaman dari Pakistan, tapi juga dari Cina.