Hasil Ketat Pemilu Ulang Israel, Netanyahu Tersungkur?
18 September 2019
PM Israel Benjamin Netanyahu dan rivalnya Benny Gantz bersaing ketat tanpa mayoritas. Media Israel hari Rabu (18/09) memberitakan, tidak ada kubu yang mampu membentuk pemerintahan tanpa mitra koalisi.
Iklan
Partai Likud pimpinan Benjamin Netanyahu dan Partai Biru Putih pimpinan Benny Gantz dalam pemilu ulang hari Selasa (17/9) sama-sama diproyeksikan merebut 32 kursi di parlemen Israel Knesset yang beranggotakan 120 orang. Masih belum jelas, siapa yang mampu membentuk koalisi dengan mayoritas 61 kursi dan menjadi perdana menteri baru.
Blok tengah-kiri yang mendukung Benny Gantz kemungkinan merebut 55 kursi dan sayap kanan dan blok agama yang mendukung Benjamin Netanyahu mengumpulkan 56 kursi.
Yang kemungkinan besar menjadi penentu adalah Partai ultra kanan Yisrael Beitenu pimpinan Avigdor Liberman, yang merebut 9 kursi. Lieberman tidak termasuk dalam blok mana pun, namun dulu menjadi pesaing keras Benjamin Netanyahu.
Partai Biru Putih dan Yisrael Beitenu pernah menyatakan akan mendukung koalisi besar dengan Likud, asalkan PN Benjamin Netanyahu mengundurkan diri dan Likud mengajukan calon perdana menteri baru.
Benjamin Netanjahu masih menghadapi beberapa pengusutan dengan tuduhan korupsi, namun bertekad tetap memimpin pemerintahan Israel. Kepada pendukungnya dia mengatakan hari Rabu (18/09), Israel perlu "pemerintahan yang kuat, stabil dan zionis."
Partai-partai Arab jadi kekuatan ketiga
Aliansi partai-partai Arab pada pemilu hari Selasa (17/09) berhasil muncul sebagai kekuatan ketiga di Knesset dengan merebut sekitar 14 kursi. Mereka sebelumnya menyatakan akan mencegah Benjamin Netanyahu menjadi perdana menteri lagi, dan lebih cenderung mendukung Benny Gantz. Namun aliansi itu biasanya tidak masuk dalam koalisi dan hanya mendukung dari luar pemerintahan.
Partai-partai ultra kanan dan ultra ortodoks Shas dan Persatuan Tirah Yudaisme masing-masing memenangkan sembilan dan delapan kursi; sementara partai Yasmina merebut 7 kursi. Partai Buruh Israel mendapat enam kursi dan Uni Demokrat memenangkan lima kursi.
Presiden Israel Reuven Rivlin dalam beberapa hari ke depan akan memutuskan, siapa yang mendapat peluang pertama untuk membentuk pemerintahan.
Tiga Skandal Mengancam Nasib Netanyahu
Tanpa oposisi kuat di dalam negeri, PM Israel Benyamin Netanyahu seharusnya bisa merasa jumawa. Namun karirnya kini berada di ujung tanduk menyusul skandal korupsi yang melibatkan orang-orang terdekatnya.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Lane
Tiga Menohok Netanyahu
Sejumlah skandal pernah menerpa orang nomor satu di Israel ini. Tapi karir politik Benjamin Netanyahu tidak pernah menyurut. Terutama ketika kelompok oposisi melemah dan Donald Trump menduduki Gedung Putih, Sang Perdana Menteri sepantasnya merasa tak tersentuh. Namun tiga kasus dugaan korupsi kini mengancam menamatkan karirnya.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Lane
Perhiasan buat Sara
Skandal pertama yang membelit Netanyahu melibatkan hadiah bernilai tinggi yang ia dapat dari Arnon Milchan, taipan Yahudi yang memiliki bisnis hiburan di Amerika Serikat. Polisi meyakini Milchan memberikan beragam hadiah bernilai hingga 180.000 Dollar AS, termasuk di antaranya cerutu, champagne dan perhiasan buat sang Isteri, Sara.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sultan
Kepentingan Bisnis Konglomerat Hiburan
Dugaan korupsi dilayangkan karena Milchan pada saat itu memiliki stasiun televisi Israel Channel 10 yang membutuhkan bantuan dana dari pemerintah untuk bertahan hidup. Polisi sedang menyidik apakah kepentingan bisnis Milchan berkaitan dengan pemberian hadiah bernilai mahal tersebut.
Foto: Ben Horton/Getty Images for Magnolia Pictures
Bola Panas Mozes
Skandal kedua melibatkan konglomerat lain, Arnon Mozes, pemilik koran beroplah terbesar kedua di Israel, Yedioth Achronoth. Meski awalnya bermusuhan secara politis, Netanyahu kemudian bersedia membantu Mozes menggembosi oplah Israel Today yang merupakan pesaing terbesar Yedioth Achronoth. Sebagai imbalannya Mozes menjanjikan dukungan lewat harian miliknya tersebut.
Foto: Reuters/G. Tibbon
Pengkhianatan Teman Lama
Rekaman percakapan antara Mozes dan Netanyahu jatuh ke tangan kepolisian secara tidak sengaja, ketika penyidik sedang menginvestigasi kasus lain. Kebocoran itu menjadi petaka buat Netanyahu karena Sheldon Adelson, pemilik harian Israel Today, banyak membiayai kampanye Netanyahu sebelum menjadi perdana menteri. Sheldon lantas terang-terangan mengaku "kecewa" terhadap bekas anak didiknya itu.
Foto: Getty Images/W. McNamee
Kapal Selam Datangkan Petaka
Adapaun skandal terakhir yang menerpa Netanyahu dipicu oleh perjanjian pembelian kapal selam dari Jerman senilai dua miliar Dollar AS. Tersangka utama kasus korupsi dalam pembelian kapal selam itu adalah David Shimron, kuasa hukum dan keponakan Netanyahu. Ia ditangkap polisi bersama Mickey Ganor yang melobi pemerintah Israel untuk membeli produk ThyssenKrupp.
Foto: picture alliance/Photoshot/Pool/A. Cohen
Status Tersangka dari Kepolisian
Kasus terakhir tergolong pelik karena bekas kepala staf Netanyahu, Ari Harow, telah sepakat untuk menjadi saksi kunci dalam kasus tersebut. Bersamaan dengan itu polisi mengumumkan bahwa Netanyahu secara resmi menjadi tersangka dalam setidaknya dua kasus "penipuan dan korupsi."
Foto: Getty Images/AFP/J. Guez
Tak Surutkan Dukungan Politik
Skandal seputar Netanyahu akhirnya membuat Partai Likud ketar ketir. Petinggi partai berulangkali terlibat adu mulut antara satu sama lain di depan publik mengenai masa depan sang Perdana Menteri. Namun hingga kini Likud belum mengubah sikap terkait Netanyahu. "Perdana menteri tidak perlu mengundurkan diri. Dia cuma harus membuktikan diri tak bersalah," kata Ketua Dewan Koalisi Likud, David Bitan.