Putra Mahkota Saudi Lakukan Rangkaian Lawatan ke Luar Negeri
23 November 2018
Pangeran Mahkota Mohammad bin Salman (MbS)memulai lawatan luar negeri, dimulai di Uni Emirat Arab. Minggu depan, MbS dijadwalkan ke Argentina menghadiri KTT G-20.
Iklan
Pangeran Mohammed bin Salman yang sering disebut hanya dengan inisialnya MbS, akan melakukan rangkaian kunjungan luar negeri yang pertama kali, sejak kasus pembunuhan jurnalis Jamal Kashoggi mengguncang kalangan diplomatik dan media.
Kantor berita pemerintah Saudi Press Agency memberitakan. MbS akan mengunjungi sejumlah negara-negara Arab "yang bersaudara" atas permintaan ayahnya, Raja Salman. Namun laporan itu tidak menyebut negara mana saja yang akan dikunjungi.
Pada pemberhentian pertamanya di Uni Emirat Arab (UEA), MbS disambut oleh Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed. Kantor berita Emirat WAM menyebutkan, UEA adalah sekutu dekat Arab Saudi dalam memerangi pemberontak Huthi di Yaman. MbS dan Mohammed bin Zayed membahas perkembangan "regional dan internasional" dan "tantangan serta ancaman yang dihadapi kawasan Timur Tengah", kata WAM.
Sementara itu, kantor kepresidenan Tunisia melaporkan, Selasa (27/11), MbS akan berkunjung ke Tunis. Setelah rangkaian lawatan di negara-negara tetangga, Putra Mahkota Arab Saudi diberitakan akan berkunjung ke Argentina untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.
MbS mungkin bertemu Erdogan di G20
Seorang jurubicara kepresidenan Turki mengatakan, Presiden Recep Tayyip Erdogan dapat bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi di sela-sela KTT G20. Pertemuan itu akan menjadi tatap muka pertama antara keduanya sejak ketegangan diplomatik yang muncul setelah Jamal Kashoggi dibunuh di dalam konsulat Arab Saudi di Istanbul, 2 Oktober lalu.
Erdogan menyatakan, perintah untuk membunuh Khashoggi berasal dari "tingkat tertinggi" di pemerintahan Arab Saudi, namun tidak menyebut nama Pangeran Mohammed bin Salman secara langsung.
Arab Saudi mengatakan telah menahan 21 orang yang terlibat dalam pembunuhan Kashoggi. Namun Menteri Luar Negeri Adel al-Jubeir menegaskan, penyebutan nama Mohammed bin Salman yang dikaitkan dengan kasus pembunuhan itu "adalah garis merah" yang tidak akan ditoleransi oleh Arab Saudi.
Trump bantah CIA punya bukti keterlibatan MbS
Presiden AS Donald Trump hari Kamis (22/11) membantah bahwa CIA telah menyimpulkan MbS mengetahui rencana pembunuhan Kashoggi. Trump mengatakan "mungkin dunia harus bertanggung jawab, karena dunia adalah tempat yang keji. Dunia adalah tempat yang sangat, sangat kejam."
Sebelumnya Trump mengatakan dia tidak akan memaksakan sanksi yang lebih keras pada Arab Saudi atau Pangeran Mahkota atas kematian Jamal Khashoggi, yang sering menulis untuk harian Washington Post dan menetap di AS.
"Kebijakan saya sangat sederhana: Amerika pertama, membuat Amerika menjadi hebat lagi, itulah yang saya lakukan," kata Trump kepada wartawan setelah mengucapkan selamat hari Thanksgiving kepada anggota militer.
Trump juga mengatakan, Putra Mahkota dan ayahnya, Raja Salman, "tidak melakukan kekejaman ini."
"Faktanya adalah ... mereka menciptakan kekayaan luar biasa, pekerjaan yang sangat luar biasa, dalam pembelian (senjata) mereka dan yang sangat penting (bagi AS), mereka menekan harga minyak."
Seorang pejabat AS yang tidak mau disebut namanya mengatakan kepada kantor berita AFP, badan-badan intelijen AS telah menarik kesimpulan bahwa MbS yang memerintahkan pembunuhan di Konsulat Saudi di Turki.
Di Balik Gemerlap Putri-putri Arab Saudi
Kerap jadi sorotan, karena dipandang jelita, punya harta melimpah dan bagai hidup dalam dongeng. Bagaimana kehidupan putri-putri Arab Saudi ini?
Foto: Getty Images/F. Nel
Bertemu pangeran
Setelah orangtuanya bercerai, Putri Ameerah binti Aidan bin Nayef Al-Taweel Al-Otaibi dibesarkan ibu dan kakek-neneknya di Riyadh. Ia menikah dengan Pangeran Alwaleed Bin Talal, keponakan mantan Raja Arab Saudi, sekaligus saudara tiri Raja Arab Saudi saat ini Salman bin Abdulaziz al-Saud, almarhum Abdullah bin Abdulaziz Al Saud. Keduanya bercerai pada tahun 2013.
Foto: Getty Images/F. Nel
Bergerak di bidang kemanusiaan
Harta melimpah tak membuat Putri Ameerah binti Aidan bin Nayef Al-Taweel Al-Otaibi sering berleha-leha. Putri Ameera pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Yayasan Al Waleed bin Talal yang bergerak dalam bidang kemanusiaan, seperti mengatasi kemiskinan, edukasi dan pemberdayaan pemuda dan perempuan. Perempuan kelahiran 1983 ini merupakan lulusan terbaik Universitas New Haven.
Foto: Getty Images/D. Berehulak
Melawan tabu
Selain terkenal gemar beramal dan membantu orang tidak mampu, Putri Ameerah juga disorot karena kenekatannya memerangi diskriminasi jender. Ia mendorong kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki, misalnya menentang larangan bagi perempuan untuk menyetir kendaraan di Arab Saudi. Ia juga berjuang agar perempuan di negerinya tak lagi jadi warga kelas dua.
Putri Deena Aljuhani Abdulaziz merupakan istri Sultan bin Fahad bin Nasser bin Abdulaziz, keturunan mantan Raja Arab Saudi, Aziz bin Abdul Rahman Al Saud. Mereka dikaruniai tiga orang anak, seorang anak perempuan dan sepasang putra kembar. Juli 2016 lalu Condé Nast International mengumumkan Putri Deena Aljuhani Abdulaziz sebagai pemimpin editor majalah fesyen Vogue Arabia.
Foto: Getty Images for Burberry/S. C. Wilson
Si rambut pixie
Putri Deena Aljuhani Abdulaziz diakui sebagai salah satu ikon fesyen dunia. Berteman dengan banyak desainer top, sosialita satu ini terkenal trendi. Jika banyak putri digambarkan berambut panjang, ia setia berambut pendek, melengkapi gayanya yang mengikuti perkembangan mode dunia. Kadang tampil dengan rok mini, lain waktu ia muncul dengan gaya musisi rock.
Foto: Getty Images/V. Boyko
Berbisnis di bidang fesyen
Banyak bergaul dengan desainer internasional, Putri Deena pun terjun ke dunia fesyen, dengan membuka butik internasional dengan merek dagang D’NA. Ia berujar: "Memang benar bahwa wilayah kami adalah konservatif karena lingkungannya, tetapi perempuan Arab tidak berbeda dari rekan-rekan mereka di seluruh dunia, bahwa kita ingin merasa diberdayakan dan terlihat cantik."
Foto: Getty Images/C. Ord
Putri pengemplang
Majalah Vanity Fair mengungkap, Putri Maha binti Mohammed bin Ahmad al-Sudairi pada tahun 2009 habiskan Rp. 200-an milyar /hari kala belanja di Paris. 2012, sepupu Pangeran Alwaleed bin Talal ini dilaporkan menunggak tagihan US$ 7 juta di Hotel Shangri-La, dimana ia menginap 5 bulan dan menyewa 41 kamar. Ditambah lagi, utang dari butik-butik. Utang-utang itu akhirnya dilunasi Arab Saudi.
Foto: vanityfair
Marah karena difoto diam-diam?
Sementara itu, media memberitakan putri Hassa pernah melarikan diri ke Paris tahun 2016, setelah diduga memerintahkan pengawalnya untuk membunuh seorang pelukis yang juga dekorator. Metro dan Newscrunch memberitakan,anak perempuan raja Salman itu marah, pelukis itu memotrtnya dengan ponsel di apartemennya. Ed: ap/yf