Di daerah rawa di Freising, juga di Jerman selatan, pembasahan kembali lahan disertai dengan pengukuran dan pendataan ilmiah.
Iklan
Di kawasan rawa Schwäbisches Donaumoos di Jerman selatan kini juga dipelihara kerbau, seperti yang biasa ditemukan di Indonesia. Selain itu, di sini sekarang juga ada sejenis kuda poni yang disebut Exmoor-Pony. Dulu, kawasan rawa itu dikeringkan dan dijadikan lahan pertanian, sehingga melepas CO2 dalam jumlah besar. Tapi sejak kembali dijadikan lahan basah, dari kawasan gambut itu hanya terlepas sedikit CO2. Dua jenis hewan tersebut juga bisa tinggal di kawasan basah itu.
Tapi apakah petani tetap mendapat hasil pertanian cukup? Itulah yang sedang diusahakan ahli agraria Anja Schumann dari kelompok kerja ARGE Schwäbisches Donaumoos. Timnya ingin mencoba kemungkinan baru, dan perlu dukungan petani.
"Awalnya para petani menentang ide rawa harus basah. 50 tahun lalu mereka harus mengeringkan rawa. Sekarang mereka sulit paham, mengapa harus basah. Tapi itulah yang penting bagi iklim.“ Anya Schumann menambahkan, ia dan timnya ingin mencari alternatif, di mana petani bisa membiarkan hewannya merumput di sini dan mendapat penghasilan.
Beternak kerbau di Jerman selatan
Christian Mayer adalah salah seorang petani yang sudah berhasil diyakinkan. Ia bahkan sudah menambah jumlah kerbaunya di sini. Bisa dibilang itu kelewat berani. Tapi dia sudah melihat bahwa di kawasan padang rumput yang basah itu, hewan ternaknya ternyata merasa senang:
"Sapi perahan atau yang berwarna hitam putih mungkin tidak senang di sini. Sedangkan dengan kerbau, kami tidak menghadapi masalah sama sekali,“ kata Mayer. “Hewan merumput dengan baik, dan dagingnya bisa dijual dengan mudah. Tidak bisa dibandingkan dengan ras sapi yang biasa berkembang di sini.“
Untuk upaya perawatan lahan, Christian Mayer mendapat subsidi. Juga untuk pekerjaan memotong rumput di area yang tidak digunakan untuk penggembalaan.
Iklan
Pembasahan lahan sekaligus untuk penelitian
Di daerah rawa di Freising, juga di Jerman selatan, pembasahan kembali lahan disertai dengan pengukuran dan pendataan ilmiah.
Ahli ekologi vegetasi Dr. Tim Eickenscheidt, menjelaskan, "Kami meneliti jumlah emisi CO2-nya. Kami menggunakan sistem yang otomatis mengukur jejak gas. Itu bisa dilihat dari semacam pembatas petak tanah yang ditanam ke dalam tanah, dan dilengkapi kubah di atasnya.“
Di dalam kubah itu, mereka mengukur, apakah gas, misalnya CO2 atau metana, bertambah atau berkurang. Berdasarkan itu, mereka memperhitungkan emisi CO2 bagi pengembangan tanaman tertentu, dengan ketinggian air tertentu.
Air tidak boleh terlalu tinggi. 10 sampai 15 cm di bawah permukaan tanah sepertinya ideal, sehingga sesedikit mungkin CO2 keluar ke atmosfir.
10 Kota Dengan Jejak Karbon Tertinggi Di Dunia
Kota-kota menyumbangkan sebagian besar emisi karbon global. 100 pusat perkotaan membentuk 18 persen emisi di seluruh dunia. Inilah 10 kota metropolitan dengan jejak karbon tertinggi.
Foto: picture-alliance/AP/Joseph Nair
10. Riyadh, Arab Saudi
Kota terbesar di Arab Saudi ini adalah juga kota paling tercemar, terutama karena aktivitas industrinya. Para peneliti menemukan bahwa kota berpenduduk padat menyumbang sebagian besar emisi total di sebuah negara. Area kota besar menghabiskan lebih dari 70 persen total energi dunia - yang berarti bahwa kota-kota metropolitan punya pengaruh besar mengubah situasi iklim global.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Schreiber
9. Tokyo, Jepang
Hanya sekitar 2 persen mobil baru yang dijual di Tokyo ramah lingkungan. Daerah perkotaan Tokyo-Yokohama, dengan populasi urban terbesar dunia, memancarkan CO2 dalam jumlah besar setiap tahun - 62 juta ton untuk Tokyo saja. Tetapi Deklarasi Tokyo baru-baru ini memberi harapan: 22 metropolitan telah berkomitmen untuk mengatasi polusi udara dan mempromosikan kendaraan nol-emisi.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Tödt
8. Chicago, Amerika Serikat
Inilah kota ketiga terpadat di AS, dan memiliki jejak karbon terbesar ketiga. Polusi di wilayah metropolitan Chicago meningkat secara signifikan antara 2014 dan 2016, menurut sebuah studi dari American Lung Association. Chicago juga digolongkan sebagai kota terkotor ketiga di AS. Lalu kota manakah yang kedua lainnya?
Foto: picture-alliance/AA/B. S. Sasmaz
7. Singapura
Banyak industri di Singapura masih terbelakang, menurut besarnya emisi emisi CO2. Sektor manufaktur akan mencapai 60 persen dari seluruh emisi kota ini pada tahun 2020. Tetapi pemerintah Singapura telah menyadari bahwa inilah saatnya untuk bertindak, dan menyatakan 2018 sebagai tahun aksi iklim. Singapura juga mengumumkan pajak karbon atas fasilitas-fasilitas yang sangat polutif.
Foto: picture-alliance/AP/Joseph Nair
6. Shanghai, Cina
Tidak mengherankan kalau Shanghai masuk peringkat 10 besar, karena kota ini termasuk kota terpadat dunia. Kemacetan telah menyebabkan masalah lingkungan yang serius, termasuk polusi udara dan air. Seperti di banyak kota Cina lainnya, pembangkit listrik dan lalu lintas adalah penyebab utama emisi karbonnya.
Foto: picture-alliance/Imaginechina/Z. Yang
5. Los Angeles, Amerika Serikat
Kualitas udara di kota ini digolongkan sebagai yang terburuk di AS. Tapi Negara Bagian California telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sampai 40 persen pada 2030. Terutama dengan menggunakan energi bersih dan mendukung mobil listrik atau hibrida. Gubernur California Jerry Brown telah mengambil peran utama dalam perang melawan perubahan iklim.
Foto: picture-alliance/Bildagentur-online/Rossi
4. Hong Kong, Cina
Wilayah otonomi khusus Cina ini berpenduduk padat. Ribuan kendaraan setiap hari memenuhi jalan. Selain itu, pembangkit listrik tenaga batu bara dan industri memuntahkan asap dan mencemari udara. Menurut Departemen Perlindungan Lingkungan, sektor pengiriman kargo juga bertanggung jawab sampai 50 persen dari emisi karbon Hongkong.
Foto: picture alliance/dpa/L. Xiaoyang
3. New York, Amerika Serikat
Kota terpadat di AS ini menempati ranking ketiga dalam peringkat kota dengan jejak karbon tertinggi dunia. Tapi Los Angeles bekerja keras untuk mengurangi emisinya. Pada bulan Januari, pemerintah kota menggugat lima perusahaan minyak terbesar dunia - BP, Chevron, ConocoPhillips, ExxonMobil, dan Royal Dutch Shell - karena kontribusi mereka terhadap perubahan iklim dan dampaknya terhadap kota.
Foto: picture-alliance/Sergi Reboredo
2. Guangzhou, Cina
Di kota terpadat ketiga di Cina ini, pabrik dan kendaraan terus menerus mengeluarkan emisi berbahaya. Smog menjadi pemandangan sehari-hari. Tapi Guangzhou telah berkomitmen untuk mengganti seluruh armada bus dan taksi berbahan bakar fosil dengan kendaraan listrik murni sampai tahun 2020. Langkah itu diambil setelah kampanye besar-besaran oleh kelompok-kelompok lingkungan seperti Greenpeace.
Foto: CC/Karl Fjellstorm, itdp-china
1. Seoul, Korea Selatan
Seoul adalah kota metropolitan dengan jejak karbon tertinggi di dunia. Polusi udara jadi masalah lingkungan dan kesehatan terbesar: Lebih 30.000 ton polutan berbahaya dikeluarkan ke udara hanya dari 10 pembangkit listrik tenaga batu bara. Dalam beberapa tahun terakhir, kota ini telah menghentikan operasi pembangkit listrik ini untuk mengatasi masalah tersebut. (hp/vlz)
Foto: Getty Images/AFP/E. Jones
10 foto1 | 10
Kegunaan tanaman untuk isolasi dinding
Pada saat bersamaan, para ilmuwan meneliti, tanaman mana yang senang lahan basah dan paling menguntungkan untuk pertanian. Sekarang petani belum tahu, seberapa menguntungkannya panen rumput jenis Carex. Tapi jenis rumput Schilf jelas banyak penggunaannya.
"Rumput bisa dimakan. Jadi makanan pokok bagi hewan. Itu jelas akan kami coba. Itu juga makanan bagi bakteri di instalasi gas bio, yang memproduksi energi.“ Selain itu, rumput juga bisa digunakan untuk keperluan termal. Yaitu untuk dibakar, atau sebagai lapisan dinding. Misalnya, dari tumbuhan Rohrkolben, bisa dibuat bongkah berbentuk persegi empat, yang bisa membantu dinding untuk menahan suhu panas keluar di musim di dingin.
Ujicoba akan selesai 2022. Proyek penggunaan lahan rawa bisa jadi kesuksesan besar bagi pertanian dan perlindungan alam di Jerman, dan tentu juga bagi perlindungan iklim global. (ml/yp)