Debat Sengit Arab Saudi Dengan Iran Menjelang Sidang OPEC
2 Juni 2016
Arab Saudi terlibat debat sengit dengan Iran menjelang sidang OPEC soal politik minyak. Para produsen minyak khawatir Arab Saudi akan membanjiri pasar dan menekan harga terus merendah.
Iklan
Wakil Arab Saudi mengatakan hari Kamis (02/06) di Wina, pihaknya tidak akan membanjiri pasar minyak dengan produksi berlebihan, seandainya perundingan OPEC gagal lagi.
Produsen minyak terbesar dunia ini ingin agar produksi minyak mentah dibatasi, sehingga harga minyak dunia bisa ditahan tinggi dan stabil. Semntara Iran menuntut agar produksi minyak secara bertahap di bebaskan.
Ketegangan antara Arab Saudi dan Iran sudah berlangsung sejak akhir tahun lalu, ketika sidang OPEC gagal menyepakati target dan kuota produksi. Arab Saudi bersaing dengan Iran tidak hanya di sektor minyak, tapi juga di politik kawasan. Arab Saudi misalnya mendukung kubu pemberontak di Suriah, sementara Iran mendukung penguasa Bashar al Assad.
Beberapa sumber OPEC mengatakan, Arab Saudi dan negara-negara sekutunya di Kawasan Teluk ingin tetap ada sistem kuota untuk membatasi produksi minyak dan emnopang harga minyak yang cenderung terus turun.
Kegagalan mencapai kesepakatan di Wina, Austria, dikhawatirkan akan membangkitkan lagi 'perang minyak' di pasar internasional, ketika setiap negara produsen melempar minyak ke pasaran tanpa koordinasi, sehingga penawaran menjadi berlebihan dan harga terus anjlok.
Kami akan sangat hati-hati dan memastikan tidak akan terjadi syok di pasar manapun", kata Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih kepada wartawan.
"Kami akan bertindak penuh tanggung jawab, tetapi kami juga akan mengantisipasi," kata Falih ketika ditanya apakah Arab Saudi bisa membanjiri pasar dengan minyaknya. Dia menambahkan, pihaknya siap mendengarkan suara Iran di meja perundingan.
Bulan April lalu, Arab Saudi menyatakan siap membekukan produksi minyaknya pada tingkat yang sekarang, hanya jika Iran juga membekukan produksi minyaknya.
Kalangan pengamat menilai, jika tercapai kesepakatan antara Riyadh dan Teheran di Wina, itu saja sudah merupakan kejutan besar. Iran menuntut hak untuk bisa meningkatkan produksi minyaknya, terutama setelah sanksi ekonomi negara-negara Barat sudah diakhiri.
Menteri Minyak Iran, Bijan Zanganeh menjelaskan, negaranya menuntut kuota yang layak. "Tanpa kuota, OPEC tidak akan bisa mengendalikan apa-apa," katanya kepada wartawan. Dia bersikeras Teheran pantas mendapat kuota sampai 14,5 persen dari produksi OPEC secara keseluruhan.
Sidang OPEC di Wina juga akan memilih Sekretaris Jendral yang baru. Tiga nama disebut-sebut punya peluang baik: Ali Rodriguez Araque dari Venezuela, Mohammed Barkindo dari Nigeria dan Mahendra Siregar dari Indonesia.
Negara Dengan Harga BBM Termurah Sedunia
Harga minyak mentah terus melorot. Namun bukan berarti harga BBM juga ikut turun. Walau begitu 10 negara ini mematok harga bensin paling murah sedunia.
Foto: picture alliance/dpa
10. Iran
Dengan harga bensin pada kisaran 42 sen US Dollar, Iran menempati ranking ke 10 negara dengan harga BBM paling murah sedunia. Data dari lembaga kerjasama pembangunan Jerman menunjukkan, kisaran harga rata-rata bensin dunia saat ini 0,99 Dollar/Liter. Hitungan kurs 1 USD saat ini Rp.13.000. (Foto: lalulintas di Teheran)
Foto: picture alliance/dpa/A. Taherkenareh
9. Uni Emirat Arab
Negara Teluk anggota OPEC ini menempati peringkat ke 9 negara dengan harga bensin termurah sedunia. Harga seliter bensin di Uni Emirat Arab sekitar 41 sen US Dollar. (Foto: Panorama Abu Dhabi)
Foto: picture alliance/AP Images/K. Jebreili
8. Kazakhstan
Negara bekas Uni Sovyet ini mematok harga bensin pada kisaran 40 sen US Dollar/Liter. Kazakhstan memiliki cadangan minyak mentah setara 30 milyar Barrel, terutama di kawasan laut Kaspia. Seiring berkah minyak pemerintah di Astana menerapkan politik harga bensin murah bagi rakyatnya. (Foto: Astana dengan lalulintas lengang)
Foto: AFP/Getty Images/S. Filippov
7. Oman
Negara di kawasan Teluk ini berdasar data lembaga kerjasama pembangunan Jerman, memasang harga bensin 40 sen US Dolar/ Liter. Oman seperti negara Teluk lainnya adalah negara yang kaya cadangan minyak bumi (Foto: pariwisata di Muscat)
Foto: picture-alliance/dpa/P. Grimm
6. Ecuador
Inilah satu-satunya negara di Amerika Selatan yang masih menerapkan harga bensin murah. Anggota OPEC ini mematok harga bensin 39 sen US Dollar/Liter. Minyak bumi memberi kontribusi sekitar 30 persen bagi hasil ekspornya. (Foto: jalanan di ibukota Quito yang bersih tapi sepi lalulintas)
Foto: Imago/Zuma Press/P.R. Bravo
5. Qatar
Seperti negara Teluk lainnya, Qatar mematok harga bensin murah. Kisaran harga 1 Liter bensin di negara anggota OPEC ini rata-rata 39 sen US Dollar. (Foto: Skyline di ibukota Doha)
Foto: imago/imagebroker
4. Aljazair
Negara di Afrika Utara ini masih menetapkan harga BBM murah walau diguncang serangkaian badai Politik dan anjloknya harga minyak mentah di pasar dunia. Anggota OPEC ini mematok harga bensin 31 Sen Dolar/Liter. (Foto: bagian kota tua Kasbah di ibukota Aljir)
Foto: picture-alliance
3. Turkmenistan
Negara di Asia Tengah Yang bekas Republik Uni Sovyet ini memanen berkah dari cadangan minyak dan gas buminya yang berlimpah. Harga satu liter bensin bekisar pada 30 sen US Dollar. (Foto: monumen untuk presiden Gurbanguly Berdymukhamedov di ibukota Ashgabat)
Foto: Getty Images/AFP/I. sasin
2. Arab Saudi
Negara anggota OPEC ini menempati ranking kedua dalam harga BBM termurah sedunia berdasar data lembaga kerjasama pembangunan Jerman. Dengan cadangan minyak bumi berlimpah, harga seliter bensin di Arab Saudi bekisar pada 26 sen US Dollar. (Foto: ibukota Riyadh modern dan gemerlap)
Foto: Hassan Ammar/AFP/Getty Images
1. Kuwait
Negara keemiran di kawasan Teluk ini menjadi pemuncak peringkat harga BBM termurah sedunia. Dengan cadangan minyak lebih dari 100.000 milyar barrel dan uang melimpah dari ekspor minyak, harga seliter bensin bekisar pada 23 sen US Dollar. (Foto: Panorama Kuwait City)