Pertempuran berlanjut di Aleppo walau gencatan senjata sudah disepakati Selasa malam. Pihak yang bertikai saling menuduh melanggar. Sementara itu evakuasi pemberontak Suriah dan warga sipil dari Aleppo tertunda.
Iklan
Pertempuran di sekitar bagian timur Aleppo kembali berkobar. Militer Suriah dilaporkan memulai lagi gempuran ke kubu pemberontak, walau Selasa malam sudah disepakti gencatan senjata untuk memberi kesempatan kepada para "jihadis" dan keluarganya mengungsi dari Aleppo. Menteri luar negeri Rusia, Sergey Lavrov menuding pihak "pemberontak" melanggar kesepakatan gencatan senjata sementara yang telah disepakati.
Organisasi pemantau masalah hak asasi di Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, melaporkan, sebenarnya evakuasi sudah harus dimulai pukul tiga Rabu pagi, tapi tertunda. Disebutkan, penyebab penundaan adalah ketidaksesuaian pendapat antara Rusia dan pemerintah Suriah.
Gencatan senjata sementara
Sebuah sumber menyebutkan, dalam kesepakatan awal antara pemerintah Rusia dengan pemerintah Turki, disetujui evakuasi 2.000 pasukan pemberontak dan keluarganya dari Aleppo. Dalam perundingan Rusia jadi wakil pemerintah Suriah, dan pemerintah Turki, jadi perwakilan kaum pemberontak. Untuk itu disediakan lebih dari 30 bis untuk evakuasi kaum pemberontak yang didukung Turki ini. Tapi hari Rabu pagi, jumlah yang dituntut kaum pemberontak untuk dievakuasi menjadi 10,000 orang.
Akibatnya seluruh bis yang disiapkan tetap diparkir di balik garis demarkasi kawasan yang drebut kembali militer pemerintah Suriah. Skenario dari kesepakatan evakuasi itu, pemberontak dan keluarga mereka haurs mulai meninggalkan wilayah itu Rabu pagi. Pada saat bersamaan pasukan Suriah yang setia kepada presiden terus maju dan mengambil alih kekuasaan.
Yasser al-Youssef dari kelompok pemberontak Nurredin al Zinki menyatakan dalam wawancara dengan kantor berita AFP, "Sudah ada kesepakatan bahwa tahap pertama adalah evakuasi warga sipil dan semua orang yang cedera, selama beberapa jam. Setelah itu, pemberontak akan meninggalkan wilayah itu dengan senjata ringan."
Seorang pimpinan sebuahkelompok pemberontak mengatakan kepada Reuters, sekitar 50.000 warga sipil sudah menunggu untuk diungsikan. Lebih banyak lagi orang diperkirakan akan dipindahkan ke povinsi Idlib yang jadi salah satu kubu utama kaum pemberontak.
'Armagedon' di Aleppo
Kota Aleppo di Suriah jadi "neraka" diluluhlantakkan serangan udara pasukan pemerintah Suriah dibantu Rusia bulan September 2016. Kehancuran luar biasa yang ditimbulkan dapat disimak dalam galeri foto ini:
Foto: Reuters/A. Ismail
Luluh lantak
Seorang pria berjalan di antara reruntuhan gedung-gedung di kawasan al Qaterji, Aleppo yang hancur luluh akibat serangan udara saat pecah pertempuran antara pasukan pemerintah melawan kaum pemberontak..
Foto: Reuters/A.Ismail
Kota membara
Seorang pria berjalan melewati kepulan asap dari sebuah bis yang terbakar, akibat serangan udara di kawasan Salaheddin yang dikuasai pemberontak. Perserikatan Bangsa-bangsa menyatakan, dalam tahun-tahun terakhir, ini adalah serangan terburuk yang pernah dilakukan dalam menghancurkan sebuah kota.
Foto: GettyImages/AFP/A. Alhalbi
Korban cedera dan tewas terus berjatuhan
Pekerja bantuan Suriah bersama warga setempat bergotong royong mengangkut tubuh korban serangan di Salaheddin..
Foto: GettyImages/AFP/A. Alhalbi
Apa yang tersisa?
Usai serangan, warga di distrik Bustan al Qasr memeriksa kerusakan yang terjadi akibat pertempuran dan mencari sesuatu yang masih bisa diselamatkan. Foto diambil anggota Helm Putih.
Foto: Picture-Alliance/dpa/Syrian Civil Defense White Helmets
Lahan pun amblas
Anak-anak melewati lahan yang amblas di kawasan Muyeser setelah pasukan Suriah dan Rusia melancarkan serangan udara.
Foto: picture-alliance/abaca/J. Al Rifai
Lubang menganga
Sebuah gedung masih berdiri tanpa atap dan didingnya berlubang besar akibat serangan udara. Penghuni gedung terpaksa menyingkir, karena bangunan senmacam ini pasti akan jadi sasaran serangan berikutnya.
Foto: picture-alliance/abaca/J. Al Rifai
Kemana mencari air?
Nyaris seluruh infrastruktur di kota kedua terbesaar Suriah itu hancur karena pertempuran sengit. Warga kini kesulitan mendapat air bersih, karena bansyak pipa air bersih hancur terkena ledakan.
Foto: Reuters/A. Ismail
Keluarga yang terporak-poranda
Makin banyak warga terpaksa meninggalkan rumah kediaman mereka yang remuk redam dihantam bom dan tak ada lagi yang tersisa. Keluarga cerai berai dan kota porak poranda.
Foto: Getty Images/AFP/T. Mohammed
Nyawa tak ada harganya
Pekerja bantuan Suriah bersama warga setempat bergotong royong mengangkut jenazah korban serangan tanggal 23 September 2016 di Al Marja. Di ajang pertempuran di Aleppo nyawa manusia nyaris tak ada harganya lagi.
Foto: Getty Images/AFP/A. Alhalbi
Masihkah ada masa depan?
Seorang anak di Tariq al Bab hanya mampu memandangi kerusakan di lingkungan tempat tinggalnya. Sulit membayangkan bagaimana masadepan mereka. Bahkan harapan untuk gencatan senjata-pun kini nyaris musnah.
Foto: Reuters/A. Ismail
10 foto1 | 10
Simbol kemenangan Assad
Penarikan diri pemberontak dari wilayah timur Aleppo yang mereka kuasai, sejauh ini merupakan kemenangan terbesar Presiden Bashar al Assad dan sekutu Rusia dalam perang yang sudah berlangsung lebih dari lima tahun. Militer Suriah juga menyatakan tidak mengakui evakuasi warga sipil sebagai bagian kesepakatan. Tetapi Turki dan sejumlah kelompok pemberontak bersikeras menuntut evakuasi warga sipil.
Dewan Keamanan PBB menggelar sidang istimewa menyangkut krisis di Aleppo, Selasa malam waktu New York. Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin mengatakan dalam sidang istimewa itu, "Dalam sejam terakhir kami sudah mendapat informasi bahwa aktivitas militer di Aleppo sudah berhenti. Pemerintah Suriah sudah mengambil alih kekuasaan di Aleppo timur."
Sementara Churkin menekankan, warga sipil tidak perlu meninggalkan Aleppo, setelah pemerintah Suriah mengambil alih kekuasaan. Tetapi badan HAM PBB menyatakan mendapat laporan bahwa tentara pemerintah membunuh sedikitnya 82 warga sipil, termasuk 11 perempuan dan 13 anak di bagian Aleppo yang diambilalih dari pemberontak.
PBB dan AS bela pemberontak
Utusan PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, menyatakan khawatir bahwa setelah kesepakatan perdamaian itu, Idlib yang jadi kubu kaum pemberontak anti Assad yang didukung Barat, akan jadi sasaran berikutnya militer Suriah. Tahun 2015 silam Idlib dikuasai pemberontak pro Barat, yang juga menjalin kerjasama dengan sejumlah kelompok pemberontak yang berafiliasai dengan Al Qaida, seperti misalnya Front al Nusra. Sementara juru bicara badan HAM PBB, Rupert Colville menyebutkan, pihaknya mendapat laporan bahwa tentara pemerintah memasuki rumah warga sipil dan membunuh semua orang di dalam rumah itu.
Duta Besar AS bagi PBB, Samantha Power, mengatakan di depan sidang Dewan Keamanan PBB, pemerintah Suriah dan sekutunya, yaitu Rusia dan Iran, bertanggungjawab atas penaklukan dan pembantaian di Aleppo. "Apakah kalian tidak mampu merasa malu?" demikian Power. Seruannya disambut sinis oleh Churkin yang mengatakan, Power berbicara seperti "Mother Teresa."
Duta Besar Suriah untuk PBB, Bashar al Ja'afari juga menyangkal laporan adanya eksekusi masal dan serangan balasan dari militer Suriah. Tapi ia juga menekankan, bahwa pemerintah punya hak berdasarkan konstitusi, untuk menindak kelompok pemberontak, yang disebutnya "teroris". Ia mengatakan, "Aleppo sudah dibebaskan dari teroris dan mereka yang berpaham terorisme."
Sementara itu Turki menyatakan akan mendirikan "kota tenda" bagi sekitar 80.000 warga Aleppo, tapi tidak mengatakan apakah itu akan didirikan di Turki atau di wilayah Suriah.
ml/as (afp, rtr, dpa)
Inilah Aktor Utama Perang Suriah
Konstelasi konflik Suriah kini makin rumit. Perang dipicu ketidakpuasan rakyat atas rezim di Damaskus. Tapi di belakang layar juga ada negara lain yang ikut terlibat, baik yang punya kepentingan atau tunggangi konflik.
Foto: picture alliance/AP Photo/A. Kots
Bashar al Assad
Presiden Suriah ini bersama rezim di Damaskus adalah penyebab utama pecahnya perang saudara yang dimulai 2011. Rakyat yang tak puas atas kepemimpinannya 4 tahun silam menggelar berbagai aksi protes yang dijawab dengan tembakan peluru tajam. Sumbu peledak perang adalah tewasnya beberapa remaja yang menggambar grafiti anti Assad di tahanan aparat keamanan.
Foto: AP
Pemberontak Suriah
Mereka menamakan diri kelompok oposisi. Dalam kenyataanya mereka adalah kelompok militan yang punya berbagai agenda, dan kebetulan punya satu sasaran, yaitu menumbangkan rezim Bashar al Assad. Kelompok paling menonjol adalah Free Syrian Army, serta Front al Nusra yang merupakan cabang al Qaida di Suriah. Akibat perang saudara, 300.000 tewas dan lebih 12 juta warga Suriah mengungsi.
Foto: Reuters
Islamic State (IS)
Walaupun baru muncul awal tahun 2014, IS merupakan kelompok bersenjata paling kuat dan ditakuti. Kelompok Sunni ini didukung pakar militer bekas pasukan elit Saddam Hussein dari Irak. Anggotanya berdatangan dari berbagai negara Eropa. Kebanyakan anak muda, militan, radikal, dan punya keahlian di bidang militer maupun teknologi informatika. IS kini menguasai kawasan luas di Suriah dan Irak.
Foto: picture-alliance/Balkis Press
Arab Saudi
Merupakan negara pendukung kelompok pemberontak Sunni di Suriah. Arab Saudi terutama ingin menumbangkan rezim Assad dan meredam hegemoni penunjang kekuasaanya, yaitu Iran. Mereka sekaligus juga memerangi IS agar tidak semakin kuat. Riyadh punya kepentingan agar Suriah tidak runtuh, yang akan menyeret Libanon dan Irak serta seluruh kawasan ke situasi chaos.
Foto: picture-alliance/AP/Manish Swarup
Iran
Sebagai negara pelindung kaum Syiah, Iran mendukung milisi Hisbullah di Libanon yang bertempur membela rezim Al Assad. Iran juga mengirim tentara serta penasehat milternya ke Damaskus. Mula-mula kehadiran Iran tidak dianggap. Tapi perkembangan situasi menyebabkan pemain besar lainnya kini mulai merangkul pemerintah di Teheran untuk solusi krisis Suriah.
Foto: AP
Turki
Ankara takut terbentuknya negara Kurdistan di Suriah. Karena itu dengan segala cara hal ini hendak dicegah. Turki juga "melatih" pemberontak Suriah dengan dibantu biaya AS. Presiden Recep Tayyip Erdogan juga berseteru dengan Assad. Selain itu kaum Kurdi di Irak juga makin kuat karena mendapat dukungan Iran. Inilah yang membuat Turki mengerahkan militernya ke perbatasan atau melewatinya.
Foto: AP
Amerika Serikat
Keterlibatan Washington di kawasan dimulai 2003 dengan tumbangkan penguasa Irak, Saddam Hussein. Vakum kekuasaan picu runtuhnya Irak dan destabilisasi keamanan hingga ke Suriah. Kondisi ini yang juga ciptakan Islamic State (IS) yang mampu kuasai kawasan luas di Irak dan Suriah. AS juga membiayai pelatihan pemberontak "moderat" dengan dana 500 juta US Dolar, sebagian menyeberang ke Al Qaida.
Moskow dikenal sebagai pendukung rezim di Damaskus. Akhir 2015 Rusia memutuskan lancarkan serangan udara terhadap IS. Operasi militer ini memicu kecaman di kalangan NATO. AS dan Turki mengklaim serangan udara Rusia ditujukan ke kelompok pemberontak anti Assad. Insiden penembakan jet Rusia oleh militer Turki makin panaskan situasi.