Pertempuran di Libya dan Protes di Bahrain
5 Maret 2011Pemberontak berhasil menangkis serangan militer yang setia pada Gaddafi di kota Zawiyah di Libya barat laut. Demikian dikatakan juru bicara pemberontak, Youssef Shagan, kepada kantor berita Reuters, hari ini (Sabtu, 05/03). "Militer memasuki Zawiya pukul enam pagi dengan persenjataan berat, ratusan tentara dan sejumlah tank. Orang-orang kami membalas tembakan. Untuk sementara waktu kami menang, dan warga sipil berkumpul di lapangan," demikian Shagan.
Korban Bentrokan
Sementara itu jumlah korban tewas meningkat menjadi 26, akibat pertempuran di sekitar kota Ras Lanuf di Libya timur, dan akibat apa yang disebut pemberontak sebagai serangan militer Gaddafi terhadap sebuah gudang persenjataan. Para dokter mengatakan hari ini, jumlah korban tewas kemungkinan masih akan bertambah, mengingat jumlah orang yang cedera dan dilarikan ke rumah sakit semakin banyak.
Menurut pemberontak, tentara Gaddafi membom sebuah gudang penyimpanan senjata Jumat lalu (04/03)di Rajma. Kota itu berlokasi di dekat Benghazi, yang kini dikuasai pemberontak. Di Ras Lanuf, yang berada di sebelah timur Benghazi, terjadi pertempuran antara pemberontak dan militer, yang berusaha mengambil alih kekuasaan. Ras Lanuf adalah kota penghasil minyak. Hari ini Ras Lanuf berada sepenuhnya di tangan pemberontak yang mulai bergerak ke barat.
Rencana Perdamaian?
Sementara itu, Gaddafi dan sekutunya, Presiden Venezuela Hugo Chavez telah merumuskan rencana perdamaian. Menurut rencana itu negara-negara yang dekat dengan Libya akan menjadi perantara antara Gaddafi dan penentangnya. Tetapi pemberontak tidak mau berbicara dengan Gaddafi. Penentang rejim tidak percaya akan adanya solusi damai, selama Gaddafi masih berkuasa.
Persatuan beberapa kelompok oposisi yang disebut Dewan Nasional, bahkan mengharapkan negara lain mengirimkan tentara, walaupun dalam jumlah kecil. "Kami menyerukan PBB dan organisasi lainnya yang mendukung revolusi kami, untuk melakukan serangan udara terhadap markas militer dan tentara bayaran Gaddafi."
Tetapi sejauh ini pemberontak masih harus berjuang sendirian. Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyatakan khawatir akan situasi di Libya. Tetapi sampai saat ini serangan militer belum direncanakan.
Aksi Protes di Bahrain
Sementara itu, di Bahrain aksi protes masih terus berlangsung. Dalam sebuah demonstrasi Jumat (04/03) puluhan ribu orang menyerukan: "Turun, turunlah pemerintah!". Fadhel adalah seorang dari mereka. Ia menerangkan, "Ini adalah demonstrasi damai rakyat, yang mengajukan tuntutan yang sesuai hukum. Kami ingin hidup yang lebih baik, di dalam demokrasi, yang kami mengutuk kekerasan terhadap warga Bahrain.“
Sejak lebih dari dua pekan lalu sebuah gelombang protes dan demonstrasi terjadi hampir setiap hari di negara kepulauan itu. Awalnya pemerintah berusaha menekan demonstrasi dengan kekerasan. Tujuh orang tewas. Karena tekanan dari luar negeri terlalu besar, pewaris tahta Bahrain memerintahkan militer untuk kembali ke pangkalan. Ia juga menyerukan diadakannya dialog dengan para penentang.
Tetapi oposisi masih ragu. Banyak warga Bahrain yang mayoritas Islam Syiah tidak percaya lagi pada raja yang Islam Sunni. Fadhel mengatakan, Raja sudah terlalu sering menipu dan memperdaya rakyat. Tahun 2001 ia menjanjikan demokrasi. Tetapi ia kemudian mengubah pendapat. Sekarang ia tetap menjadi orang yang mengontrol segalanya, bahkan parlemen. Oposisi kini menetapkan tuntutan. Jika dialog diadakan, tujuannya hanya satu, yaitu perubahan secepat mungkin menuju monarki konstitusional.
Carsten Kühntopp/reuters/ap/dpa/Marjory Linardy
Editor: Renata Permadi