1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Bersejarah Cina-Taiwan

4 November 2008

Untuk pertama kalinya sejak tahun 1949, seorang pejabat tinggi RRC berkunjung ke Taiwan untuk menanda-tangani sejumlah perjanjian ekonomi.

Chiang Pin-Kung (kiri) jururunding Taiwan menyambut utusan resmi Cina, Chen Yunlin.Foto: AP

Perundingan Cina-Taiwan berlangsung di balik pagar kawat berduri, dijaga ketat oleh lebih dari 8.000 polisi. Padahal materi perundingan tidak perlu diperdebatkan dan penanda-tanganan perjanjian ekonomi hanya tinggal formalitas belaka. Tetapi bagi 23 juta warga Taiwan, kunjungan pertama seorang pejabat RRC ke Taiwan sejak tahun 1949, memperjelas keterpisahan yang ada. Bulan Maret lalu sekitar 60 persen warga Taiwan memilih Ma Ying-Jeou sebagai presiden, karena dia menjanjikan kemajuan ekonomi lewat perbaikan hubungan dengan RRC. Tetapi setelah pembicaraan pertama bulan Juni di Beijing, banyak orang merasa terbuka matanya. Kini semakin banyak dibicarakan, bahwa Taiwan 'dijual'.

"Tugas kami jelas dan mudah. Kami hanya akan berbicara tentang hal-hal yang menguntungkan bagi masyarakat di kedua sisi Selat Taiwan. Bukan soal politik antara Cina dan Taiwan, dan sama sekali bukan soal politik dalam negeri. Perkembangan yang damai di sebelah kiri dan kanan Selat Taiwan merupakan harapan kami bersama." Demikian kata Chen Yunlin, ketua dari lembaga setengah resmi Cina untuk membina hubungan lintas Selat Taiwan. RRC tetap menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, dan berulang kali mengancam akan menggunakan kekerasan untuk mencegah pulau kecil itu memerdekakan diri. Saat ini masih ada sekitar seribu peluru kendali Cina yang diarahkan ke Taiwan.

Selama delapan tahun kekuasaan presiden Taiwan sebelumnya Chen Shui-Bian, selalu ditandaskan kemandirian negerinya dan dia melakukan banyak kegiatan untuk menciptakan indentitas Taiwan. Penduduk Taiwan adalah warga Cina yang sejak ratusan tahun meninggalkan Cina daratan. Jururunding Taiwan Chiang Pin-Kung, pada awal pembicaraan mengemukakan: "Ini merupakan detik-detik bersejarah. Saya yakin utusan Cina akan memahami kepentingan warga Taiwan yang ramah dan terbuka."

Perjanjian yang ditanda-tangani Selasa (04/11) ini terutama bertujuan meningkatkan perdagangan timbal balik. Nantinya warga Taiwan dapat langsung terbang ke Cina. Demikian pula transportasi barang dapat dilakukan secara langsung, sehingga menjadi lebih murah. 40 persen ekspor Taiwan ditujukan ke Cina. Tetapi selama ini harus melalui Hongkong atau Macau. Selain itu hubungan pos antara kedua negara akan dipermudah. Kamis (06/11) lusa utusan Cina, Chen Yunlin kemungkinan besar akan bertemu dengan presiden Taiwan.

Menurut rencana pada hari itu akan digelar demonstrasi besar di ibukota Taiwan, seperti ditegaskan oleh pemimpin oposisi Tsai Ing-Wen: "Kalau misalnya pertemuan dengan Chen Yunlin tidak dilangsungkan di bawah bendera Taiwan, atau kalau Chen tidak menggunakan sapaan 'Tuan Presiden', artinya itu melanggar kedaulatan kami. Seorang presiden tidak dapat membiarkan penghinaan serupa itu terhadap rakyatnya."

Saat ini pasukan kepolisian Taiwan mencegah terjadinya segala bentuk protes di depan hotel tempat delegasi Cina menginap. Demikian pula simbol-simbol nasional seperti bendera, tidak boleh dikibarkan. Tetapi pada hari Kamis mendatang, saat Chen menuju istana presiden, semua itu tentu mustahil ditutup-tutupi. (dgl)