1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Georgia-Rusia di Jenewa Batal

16 Oktober 2008

Upaya untuk membuka perundingan langsung antara Rusia dan Georgia menyangkut krisis Ossetia Selatan dan Abkhazia, gagal. Konferensi Kaukasus di Jenewa, hari Rabu kemarin (15/10), terputus di tengah-tengah.

Perempuan Ossetia Selatan menggendong anaknya, menunggu bus yang menuju ke kamp pengungsi di wilayah Laut Hitam. Pengungsi Georgia merupakan salah satu tema pembicaraan di Jenewa.
Perempuan Ossetia Selatan menggendong anaknya, menunggu bus yang menuju ke kamp pengungsi di wilayah Laut Hitam. Pengungsi Georgia merupakan salah satu tema pembicaraan di Jenewa.Foto: AP

Perwakilan Georgia dan Rusia tidak ingin berunding, demikian dinyatakan juru bicara PBB. Rencananya, akan diadakan pertemuan baru pada tanggal 18 November mendatang. Kini di antara pihak Rusia dan Georgia, terdapat sengketa mengenai keterlibatan delegasi provinsi Abkhazia dan Ossetia Selatan.

Permasalahan inti pada perundingan Georgia di Jenewa hari Rabu kemarin, menurut pejabat khusus Uni Eropa untuk Georgia Pierre Morel adalah penetapan persyaratan pembicaraan. Pejabat khusus Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa OSCE Heikki Talvitie menilainya positif. Menurutnya, pembatalan perundingan itu memberikan lebih banyak waktu bagi semua pihak untuk melakukan konsultasi.

"Tapi kami akan melanjutkan pembicaraan ini. Pembicaraan sudah dibuka, dan akan ada kelanjutannya dan inilah yang paling penting. Pada prinsipnya, yang penting semua pihak telah hadir dan mengutarakan pandangannya. Dan inilah yang berhasil dicapai pada hari ini,” ujar Talvitie.

Menurut seorang juru bicara Perserikatan Bangsa Bangsa, pihak Rusia dan Georgia tidak bertemu secara langsung dalam konferensi tersebut. Kedua pihak, dalam pertemuan pendahuluan, tidak dapat menyepakati bersama apakah perwakilan dua provinsi Georgia yang memisahkan diri, Abkhazia dan Ossetia Selatan, akan dilibatkan dalam perundingan. Rusia telah mengakui kedua provinsi itu sebagai negara yang berdaulat. Sejumlah laporan menyebutkan, delegasi Rusia bahkan datang terlambat dalam sidang pembukaan konferensi di Jenewa hari Rabu (15/10).

Awalnya, pertemuan di Jenewa itu direncanakan sebagai pertemuan puncak antara presiden Prancis dan Rusia. Namun beberapa saat menjelang pembukaannya, pertemuan tersebut diturunkan peringkatnya menjadi pertemuan para pakar.

Tujuan utama pembicaraan di bawah pengawasan PBB, Uni Eropa dan OSCE ini adalah, mengajak perwakilan Georgia dan Rusia melakukan perundingan untuk pertama kalinya sejak konflik militer awal Agustus lalu. Tema inti pembicaraan tidak akan berubah karena pembatalan pertemuan kemarin, ujar Heikki Talvitie.

Lebih lanjut Talvitie mengatakan, "Kami ingin memperbaiki stabilitas dan situasi kemanusiaan di wilayah itu. Untuk tujuan ini, sangatlah penting bagi kami untuk menemukan alat dan cara supaya semua pihak dapat mengekspresikan pendapatnya. Ini bukanlah perundingan, tapi diskusi.”

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Grigori Karassin menuding pihak Georgia bersalah dalam batalnya pertemuan di Jenewa Rabu kemarin. Georgia, terutama mendesak supaya integritas negaranya dihormati dan situasi di Georgia dikembalikan seperti sebelum terjadinya konflik. Pada 18 November mendatang, akan dilakukan upaya baru untuk membicarakan keamanan dan keadaan para pengungsi di Georgia. (ls)