1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Hamas dan Fatah di Mekkah

7 Februari 2007
Raja Abdullah dari Arab Saudi pemrakarsa pertemuan Hamas dan Fatah di Mekkah.
Raja Abdullah dari Arab Saudi pemrakarsa pertemuan Hamas dan Fatah di Mekkah.Foto: picture-alliance/dpa

Pertemuan antara perwakilan kelompok Palestina yang bertikai, Hamas dan Fatah di kota suci Mekkah di Arab Saudi disoroti dengan tajam oleh sejumlah harian Eropa. Harian liberal kiri Perancis Liberation berkomentar : Hasil pertemuan dua kelompok Palestina yang berebut kekuasaan itu, juga amat penting bagi tuan rumah Arab Saudi. Lebih lanjut harian yang terbit di Paris itu dalam tajuknya menulis : Sukses atau gagalnya upaya penengahan tsb, akan mempengaruhi situasi di Arab Saudi sendiri. Apakah memperkuat kubu diplomat yang mendukung perundingan dengan Iran, atau sebaliknya memperkuat kelompok penentang Teheran. Saat ini, kubu diplomat berada di atas angin, karena didukung Raja Abdullah. Selain itu, pertemuan kedua kelompok Palestina ini juga penting bagi seluruh kawasan Timur Tengah. Sebab pertikaian tsb dipicu oleh konflik antara Iran dan dunia Arab lainnya, yang hendak dipimpin oleh Arab Saudi.

Sementara harian Perancis lainnya Le Figaro yang berhaluan konservatif berkomentar : Arab Saudi kini mulai menonjolkan diri. Lebih lanjut harian yang terbit di Paris ini menulis : Bersamaan dengan digelarnya perundingan kelompok Palestina di Mekkah, untuk membentuk pemerintahan persatuan nasional, Arab Saudi juga mengangkat posisinya di Timur Tengah yang sedang mengalami perubahan besar. Monarki Saudi, pemegang kekuasaan minyak dunia, kini ikut dalam konflik besar di kawasan tsb, yang melibatkan Iran yang semakin aktiv mempertanyakan kekuasaan kaum Sunni di abad sebelumnya. Menimbang semakin kuatnya kelompok minoritas Syiah, Arab Saudi juga melihat potensi bahaya, yang untuk pertama kalinya dapat menjadi ancaman langsung. Hal ini menjelaskan meningkatnya aktivitas para diplomat Arab Saudi.

Sedangkan harian Jerman Thüringer Allgemeine yang terbit di Erfurt dalam tajuknya menulis : Fatah dan Hamas paling tidak harus saling berbicara. Tidak ada diantara kelompok yang bersengketa di Palestina itu, yang berani menghina raja Arab Saudi. Apakah di Mekkah dapat tercapai terobosan? Hal itu patut dipertanyakan, mengingat pertikaian berdarah dan kekecewaan rakyat. Untuk menjaga muka Raja Abdullah, Mahmud Abbas dan Ismail Haniyah tidak boleh meninggalkan Mekkah tanpa mencapai sebuah kesepakatan. Walaupun dokumen kesepakatan semacam itu, kini semakin pendek umurnya. Yang lebih menarik adalah, tuan rumah memasukan pasal pengakuan hak eksistensi Israel, namun tidak ditolak mentah-mentah oleh kelompok Hamas.

Dan terakhir harian konservatif Swedia Svenska Dagbladet lebih menyoroti peranan Amerika Serikat dalam konflik di Timur Tengah tsb. Harian yang terbit di Stockholm ini menulis : Nama besar AS kini kehilangan maknanya. Dan itu bukan hanya terjadi di dunia Islam tetapi juga di Eropa. Kritik terutama dilontarkan terhadap pemerintahan Bush. Politiknya tidak memiliki kekuatan lagi, untuk menuturkan sejarah baru dan sudah tidak memiliki gagasan cemerlang. Kini dunia menunggu Amerika Serikat yang baru tanpa George W. Bush.