1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Mubarak-Obama: Sahabat Meski Sejumlah Perbedaan

20 Agustus 2009

Hubungan AS-Mesir sempat mendingin di era George W. Bush. Sejak Obama memerintah di Washington, kedua presiden sudah dua kali bertemu. Agenda utama pembicaraan pertemuan kali ini adalah konflik Timur Tengah.

Presiden AS Barack Obama dan Presiden Mesir Hosni Mubarak (kiri) di Gedung PutihFoto: AP

Sudah lima tahun Presiden Mesir Hosni Mubarak tidak berkunjung ke Washington. Selasa (18/08) Mubarak kembali melakukan lawatan resmi di Washington. Perjumpaan kedua dengan Presiden AS Barack Obama ini menyusul kunjungan Obama di Kairo Juni lalu. Seusai pembicaraan pertamanya di Gedung Putih di Washington, Mubarak hanya mengutarakan satu kata dalam bahasa Inggris: "Bersahabat".

Yang dimaksudkan Presiden Mesir Mubarak, pembicaraan dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama telah berlangsung dalam suasana bersahabat. Demikian ditegaskannya, meski dalam pertemuan itu juga dibicarakan tema yang cukup peka, yakni mengenai hak asasi di Mesir. Menjelang perjumpaan itu, sejumlah organisasi HAM, misalnya Human Rights Watch, menuntut Presiden Barack Obama untuk secara terbuka membicarakan tema mengenai penangkapan semena-mena, penyiksaan dan pembunuhan anggota oposisi oleh dinas rahasia pemerintahan di bawah Presiden Mubarak. Obama juga didesak untuk membicarakan undang-undang darurat yang sejak 28 tahun ini berlaku di Mesir. Barack Obama: "Memang masih ada perbedaan pendapat pada sejumlah permasalahan."

Demikian dikemukakan Obama tidak lama setelah pembicarannya dengan Mubarak. Dalam jumpa pers bersama, sebagai tuan rumah Presiden AS sengaja menghindari kata-kata seperti "hak asasi" yang masih memainkan peran utama dalam pidatonya di Kairo dua bulan yang lalu. Obama kini cukup puas dengan menyimpulkan pertemuan tersebut dengan mengatakan: "Pada butir-butir di mana ada perbedaan pendapat, kami bertukar pikiran secara terbuka dan jujur."

Obama dan Mubarakdi Oval OfficeFoto: AP

Pembicaraan menyangkut reformasi di Mesir

Presiden Mesir Hosni Mubarak tidak merasa ragu mengutarakan pendapatnya mengenai tema yang cukup peka itu. Ia menyatakan, mereka juga telah membicarakan tentang reformasi di Mesir. Selanjutnya ia mengatakan kepada Presiden Obama secara jelas serta bersahabat bahwa ia sebagai reformis akan mengikuti pemilu mendatang.

Ini kedengarannya seakan Mubarak yang berusia 81 tahun akan kembali mencalonkan diri sebagai kandidat presiden pada tahun 2011 setelah hampir tiga dasawarsa berkuasa. Dan ini juga menepis dugaan bahwa kekuasaan itu akan diwariskan kepada putranya Gamal Mubarak yang mendampinginya dalam kunjungan di Washington.

Gamal Mubarak gunakan Facebook untuk menjaring kaum mudaFoto: AP/ DW-Fotomontage

Obama: Kemajuan kecil dalam konflik Timur Tengah

Dalam jumpa pers itu Mubarak juga menekankan kerja sama erat dengan Presiden Obama dalam menangani konflik-konflik utama internasional. Terutama dalam masalah Israel-Palestina Obama melihat adanya kemajuan-kemajuan kecil: "Telah tercatat sejumlah langkah ke arah yang benar."

Bagi Obama yang termasuk dalam langkah ke arah yang benar adalah kompromi pemerintah Israel untuk tidak mengeluarkan izin pembangunan permukiman baru di Tepi Barat Yordan pada tahun depan. Kini Obama berharap, Palestina dan negara-negara tetangga Arab juga bersedia melakukan kompromi.

Mubarak: Harus lakukan pendekatan pada penyelesaian dua negara

Selanjutnya Obama mengutarakan, kini baik Palestina maupun kebanyakan negara tetangga Israel menyadari bahwa hak keberadaan Israel tidak dapat diganggu gugat, Israel tidak akan lenyap dan ini adalah fakta serta realitas. Demikian Obama.

Presiden AS akan mengajukan sebuah rencana perdamaian baru Timur Tengah bulan September mendatang, ujar seorang jurubicara Presiden Mesir Hosni Mubarak. Sementara Mubarak sendiri menambahkan, kini harus dilakukan pendekatan pada penyelesaian dua negara. Waktu untuk penyelesaian sementara bagi wilayah Palestina sudah terlewatkan.

Ralph Sina/Christa Saloh

Editor: ASril Ridwan