1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Olmert dan Abbas di Yerusalem

4 Oktober 2007

Menjelang konferensi perdamaian Timur Tengah yang diprakasai Amerika Serikat, PM Israel Ehud Olmert mengadakan pembicaraan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Yerusalem.

Mahmoud Abbas dan Ehud Olmert di Jerusalem
Mahmoud Abbas dan Ehud Olmert di JerusalemFoto: AP

Seusai perundingan dengan Presiden Palestina yang berlangsung beberapa jam di kediamannya di Jerusalem hari Rabu kemarin, Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengemukakan sikap optimis secara hati-hati. Seorang juru bicara perdana menteri menyatakan, Olmert yakin, kesepakatan dengan Presiden Palestina mengenai pernyataan bersama menyangkut penyelesaian konflik Timur Tengah akan tercapai pada pekan-pekan mendatang. Kesepakatan tersebut akan diajukan pada Konferensi Timur Tengah yang diprakarsai Amerika Serikat. Konferensi akan digelar akhir November atau awal Desember di Maryland dekat Washington. Untuk pertama kalinya kedua politisi didampingi juru runding masing-masing.

Seorang warga Palestina di Tepi Barat mengomentari pertemuan Olmert dan Abbas dengan penuh keraguan:

„Pertemuan itu sama sekali tidak berguna untuk kami. Israel hanya mengakui kekuasaan. Jika kami punya kekuasaan, kami punya hak dan sebaliknya. Jujur saja, jika tidak punya kekuasaan, orang sama sekali tidak dapat menentukan apa pun juga. Seperti situasi kami saat ini.“ Seorang warga lainnya:

„Sebagai rakyat Palestina kami benar-benar mengupayakan dan menuntut perdamaian. Kami menyambut baik semua perundingan demi hak rakyat Palestina. Kami menuntut Mahmoud Abbas berusaha keras untuk hak-hak, negara yang berdaulat, Jerusalem yang bebas dan hak untuk kembali ke tanah air.“

Warga Israel di Jerusalem pada umumnya juga menanggapi pertemuan perdamaian dengan sikap menahan diri. Seorang pejalan kaki di Jerusalem:

„Saya memperkirakan kegagalan, seperti biasanya. Kami tidak punya mitra untuk rencana ini. Olmert tidak punya dukungan politik untuk mencapai kompromi. Dia lebih tidak disukai daripada George W. Bush.“

Salah satu mitra koalisi Perdana Menteri Israel Olmert, menteri untuk masalah strategi, Avigdor Lieberman, mengatakan kepada Olmert bahwa „benang-benang merah tertentu“ tidak boleh dilewati dan negara Arab serta komunitas internasional lah yang harus bertanggung jawab atas masalah Palestina.

Semntara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice, yang akan memimpin Konferensi Timur Tengah, mengutarakan bahwa dia akan kembali berkunjung ke wilayah tersebut pertengahan bulan ini. Menurut keterangan juru runding Palestina Saeb Erakat, Konferensi Timur Tengah diharapkan akan mengawali perundingan perdamaian yang meluas antara Israel-Palestina. Selanjutnya dikatakan, Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas menegaskan keinginan untuk mengakhiri konflik Timur Tengah berdasarkan konsep penyelesaian dua negara.

Menurut media Israel, Olmert menolak salah satu tuntutan utama Presiden Palestina Abbas. Kedua pihak diharapkan mengeluarkan pernyataan menyangkut kepentingan masing-masing dan tidak seperti yang dituntut oleh Abbas, yaitu pernyataan mengenai prinsip. Presiden Palestina melihat konferensi yang diprakarsai Washington sebagai peluang terakhir untuk mencapai kesepakatan dengan Israel, sebab jika gagal, Abbas tidak akan bersedia lagi untuk melanjutkan upaya perdamaian.