1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Puncak Uni Eropa - Afrika

10 Desember 2007

Media Eropa menyoroti hasil pertemuan puncak Uni Eropa Afrika yang berlangsung di Lisabon pada akhir minggu.

Aksi protes terhadap kehadiran Mugabe pada KTT Uni Eropa-Afrika di LisabonFoto: AP

Harian Spanyol El Pais menulis:

“Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa-Afrika berakhir seperti biasa: tong kosong yang nyaring bunyinya. Hubungan Eropa dengan Afrika ditentukan oleh perbedaan radikal ekonomi, imigrasi yang tidak bisa dikendalikan, konflik bersenjata di negara-negara Afrika tertentu dan juga krisis kemanusiaan di Afrika sendiri. Untuk bisa menghadapi keadaan kacau balau ini perlu aturan yang lebih efektif.”

Sedangkan harian Belanda Trouw berkomentar:

„Para pimpinan politik Eropa – selain dari Inggris dan Ceko – duduk bersama dengan diktator dari Simbabwe, yang menjerumuskan negaranya lewat salah pengelolaan dan penindasan ke lubang hitam. Presiden Sudan Omar al-Bashir juga hadir di KTT Uni Eropa-Afrika, ia ikut bertanggung jawab atas kejahatan di Darfur dan dialah yang mencegah penugasan pasukan perdamaian PBB. Uni Eropa melaksanakan KTT ini karena khawatir akan kehilangan pengaruh di Afrika, terutama terhadap Cina. Dengan mengundang Mugabe dan al-Bashir, Uni Eropa melalaikan prinsip-prinsipnya sendiri. Dengan begitu Uni Eropa akan kehilangan kredibilitasnya dalam upaya memperkuat demokrasi dan hak asasi di negara-negara lain.“

Harian Jerman Rhein – Zeitung menulis:

„Konferensi Tingkat Tinggi ini menunjukkan satu hal: Kecurigaan terhadap bekas penjajah sangat kuat. Eropa harus membuktikan, bahwa dirinya siap untuk membantu perkembangan agenda yang serius di Afrika. Kalau tidak, benua ini akan dikuasai oleh Cina dan negara lain. Hal ini lebih penting daripada sekedar bantuan pembangunan. Ini menyangkut kerjasama dalam bidang imigrasi, perlindungan iklim dan penyediaan energi – menyangkut kepentingan-kepentingan strategis. Eropa memang juga bergantung pada Afrika.“

Harian Swiss Tages – Anzeiger menilai:

„Para bekas penjajah menawarkan kemitraan baru kepada Afrika supaya mereka bisa tetap bersaing. Kemitraan berdasarkan persamaan hak, keterbukaan dan transparansi. Sebuah strategi bersama untuk memecahkan masalah kedua benua. Kata-kata yang bagus sekali. Tetapi tindakan harus direalisasikan. Afrika mengakui prinsip tata pemerintahan yang baik dan hak asasi manusia, tetapi menolak kritik dari luar.“

Harian Swiss lainnya, Neue Zürcher Zeitung berkomentar:

„Retorika kemitraan Eropa - Afrika membuat mereka tidak melihat perbedaan antara kedua kawasan. Pada dasarnya, negara-negara Afrika yang memiliki bahan baku punya kesempatan terbesar untuk mendapat posisi sama dengan Eropa. Tetapi justru merekalah yang paling sering menderita dari ketidakstabilan akibat kesalahan sendiri. Mereka juga tetap tergantung dari bantuan perkembangan.“