1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Segitiga di Yerusalem, Kongres Hadang Presiden Bush

19 Februari 2007

Pertemuan puncak segi tiga antara Amerika Serikat, Israel dan Palestina di Yerusalem, serta penolakan Kongres Amerika Serikat terhadap rencana pengiriman tambahan pasukan ke Irak, mendapat sorotan media Internasional.

Harian Inggris THE DAILY TELEGRAPH“ menyoroti pertemuan puncak segi tiga di Yerusalem. Harian ini menulis, „ lima tahun telah berlalu, sejak pemerintah di Washington melancarkan apa yang disebut „ road map“ perdamaian Timur Tengah. Sampai sekarang tak satupun fasal yang tercantum didalamnya yang terlaksana. Tapi kali ini ketiga pihak yang berunding menginginkan dicapainya keberhasilan. Namun itu, tidak merupakan jaminan. Terlepas dari itu, setidaknya perundingan dapat dimulai. Selanjutnya harian Perancis LE FIGARO juga menyorotinya tema yang sama. Selanjutnya kami baca,“ bila Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleeza Rice mengadakan pembicaraan dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert, itu karena ia berpendapat situasinya dapat berubah. Ada harapan untuk itu. Tapi ditengah harapan itu, diplomasi Amerika Serikat di Irak berada diambang kekalahan, dan didepannya muncul bayangan konfrontasi dengan Iran. Dengan demikian, Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice berusaha untuk mencapai keberhasilan dalam memecahkan konflik antara Israel dan Palestina. Sayangnya, kehilangan waktu selama ini di Timur Tengah, sulit untuk dikejar kembali. Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice terlambat turun tangan disebuah kawasan dengan permasalahan yang sangat rumit.

Selanjutnya kami kutip ulasan media Internasional mengenai penolakan Kongres Amerika Serikat terhadap rencana Presiden George W Bush untuk menambah pengiriman pasukan ke Irak. Harian Austria DER STANDART yang terbit di Wina menulis, „ Meskipun resolusi yang dikeluarkan Kongres Amerika Serikat yang menolak rencana Presiden Bush itu, bersifat simbolis,namun mengisyaratkan sebuah titik balik. Enam tahun setelah partai Republik mendominasi lembaga legislativ sekarang tidak lagi mudah menggolkan apa yang diputuskan pihak eksekutiv. Sekarang muncul pertanyaan, apakah Kongres dengan wewenang yang dimilikinya terhadap anggaran belanja, menerima budget perang yang disampaikan Presiden Bush atau menutup rapat kucuran dana untuk itu. Bila menyetujuinya, maka partai demokrat yang mayoritas dapat dinilai „tidak bergigi“. Kalau menolak dapat menimbulkan kesan tidak mendukung politik pengerahan pasukan Amerika Serikat di Irak. Satu-satunya jalan tengah, adalah melakukan manover yang rumit. Yakni tidak secara langsung memblokir dananya. Dan penambahan pasukan , dipersulit dengan persyaratan yang sangat berat. Akhirnya mengenai tema yang sama kami kutip komentar harian Jerman DRESDNER NEUESTE NACHRICHTEN: Harian ini menulis,“ Kongres Amerika Serikat memberikan „ kartu kuning“ kepada Presiden Bush. Dengan suara mayoritas kelompok Demokrat, Kongres menolak pengiriman tanbahan 21 ribu 500 tentara ke Irak. Ini sejalan dengan yang disuarakan dikalangan warga Amerika Serikat, dan dapat dijadikan tema kampanye pemilihan yang menarik. Juga di kubu partai Republik yang konservativ, semakin meningkat kejengkelan terhadap strategi Irak yang dijalankan Presiden Bush.