1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Syrien Lage

30 Desember 2011

Meski hujan kritik, pengamat Liga Arab berikan dorongan baru bagi aksi protes di Suriah. Setelah sholat Jumat (30/12) ratusan ribu demonstran turun ke jalan di Idlib, Homa dan bahkan di Douma, dekat Damaskus.

A bullet-riddled windshield is seen during a government-organized media tour in the flashpoint city of Homs in central Syria, Thursday, Dec. 29, 2011.( AP Photo/ Bassem Tellawi)
Bekas tembakan, HomsFoto: AP

Oposisi Suriah menyerukan warga untuk menduduki lapangan-lapangan terpenting, terutama di mana para pengamat Liga Arab diduga akan muncul. Penentang rezim Suriah, Hazem Nahar melihat kekurangan mendasar dalam misi Liga Arab itu: „Sering dikatakan bahwa mereka mengumpulkan fakta. Tapi justru ini tidak dilakukan. Karena warga Suriah tidak memerlukannya. Fakta kan sudah jelas, hampir seluruh warga Suriah menjadi saksi mata. Tugas pengamat adalah mengakhiri pembunuhan, membebaskan tahanan dan mengupayakan agar tidak ada lagi senjata di jalan-jalan."

Sementara itu kekerasan terus berlangsung. Hari Jumat (30/12), militer Suriah juga menggunakan peluru tajam dan korban tewas berjatuhan, ujar aktivis. Laporan yang tidak dapat dikonfirmasi mengatakan bahwa bom paku, granat shock dan gas air mata digunakan untuk menekan demonstran.

Kepala misi pengamat Liga Arab, Mustafa al-DabiFoto: picture-alliance/dpa

Patah harapan

Desertir yang sejak bulanan memerangi pasukan pemerintah menghentikan aksinya setelah pengamat Liga Arab tiba di Suriah. Demikian diungkapkan komandan pasukan desertir di Turki. Namun pekan ini beredar sebuah rekaman videoTentara Suriah Bebas yang menunjukkan desertir menyergap konvoi militer Suriah dan membunuh empat serdadu.

Oposisi yang menjalankan aksinya secara damai, masih tetap gusar terhadap pernyataan kepala pengamat, Mohammed al-Dabi. Setelah berada di Homs beberapa jam ia mengatakan, di kota pusat perlawanan ini tidak terlihat sesuatu yang mengganggu. Jenderal dari Sudan yang menyangkal adanya genosida di provinsi Darfur itu menghancurkan harapan para pemrotes. Mereka kemudian memperingatkan misi pengamat untuk secara jelas membedakan pelaku dari korbannya, sembari menegaskan bahwa revolusi Suriah berlangsung damai.

Aksi protes anti pemerintah SuriahFoto: dapd

Harapkan bantuan PBB

Kritik juga dilontarkan kepada pasukan pengawal misi pengamat. Kehadiran mereka membuat warga takut berbicara dengan pengamat. Jumlah pengamat sekitar 150 orang dianggap terlalu sedikit dan waktu pengamatan selama sebulan terlalu pendek. Apalagi mengingat pengamat tidak diizinkan memasuki bangunan militer. Kembali Hazem Nahar: „Pengamat Liga Arab perlu dukungan pemeriksa PBB yang sudah berpengalaman. Setiap orang yang mengamati kinerja misi Liga Arab ini melihat bahwa mereka tidak punya pengalaman dalam bidang ini."

Hampir semua warga Suriah tidak percaya bahwa Liga Arab membawa perdamaian di negeri ini. Namun untuk saat ini, misi tersebut dilihat sebagai satu-satunya harapan. Umm Wisam, seorang janda Suriah, memilih untuk meninggalkan Suriah dan menunggu lengsernya Presiden Assad di luar negeri: „Kami ingin hidup aman, damai dan tanpa ketakutan. Kami menolak rezim ini. Saya berbicara untuk perempuan Suriah dan sekitar 1.500 keluarga pengungsi. Kami menolak rezim, meskipun mereka menjanjikan jaminan keamanan."

Ulrich Leidholdt/Christa Saloh-Foerster

Editor: Ayu Purwaningsih

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait