1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertumpahan Darah di Suriah Tak Kunjung Henti

28 Februari 2012

Meski peningkatan sanksi dan ancaman, pertumpahan darah di Suriah tidak juga berakhir. Jerman desak agar yang bertanggung jawab diseret ke Mahkamah Pidana Internasional.

A Free Syrian Army fighter runs as Syrian Army advances towards the town of Sarmin, north of Syria, Monday, Feb. 27, 2012. European Union foreign ministers said Monday they were increasingly appalled by the Syrian government's ruthless campaign of repression against civilians, and imposed new sanctions in hopes of pressuring the regime to change course. (Foto:Rodrigo Abd/AP/dapd)
Oposisi Suriah di SarminFoto: AP

Hari Selasa (28/2) militer Suriah menembaki kawasan hunian di provinsi Homs dan Hama dengan artileri. Puluhan orang tewas dalam serangan tersebut. Secara keseluruhan sedikitnya 45 orang tewas hari Selasa (28/2) di Suriah. Demikian diungkapkan aktivis Suriah. Selanjutnya dikatakan bahwa sekitar 30 mahasiswa ditangkap di kampus Universitas Damaskus. Sedangkan di Aleppo, mahasiswa-mahasiswa ditembaki tentara pemerintah di depan kampus, karena menuntut mundurnya Presiden Suriah Bashar al-Assad dan hukuman mati baginya.

Aktivis HAM Suriah juga mengatakan, lima tentara tewas dibunuh dalam bentrokan dengan desertir di Dael, provinsi Daraa. Sementara kantor berita pemerintah Sana melaporkan, sehari sebelumnya 16 tentara dan aparat keamanan tewas dibunuh oleh yang mereka sebut "kelompok teror." Menurut sebuah laporan kantor berita Sana, konstitusi baru yang ditentukan melalui referendum hari Minggu lalu, juga telah diberlakukan. Dalam konstitusi baru itu tercantum bahwa partai-partai baru diijinkan untuk dibentuk. Dengan begitu kekuasaan tunggal partai Baath yang memerintah di Suriah sejak puluhan tahun, akan berakhir.

Presiden Tunisia, Moncef MarzoukiFoto: picture alliance/abaca

Tunisia tawarkan suaka kepada Assad

Untuk mengakhiri konflik berdarah itu, Presiden Tunisia Mouncef Marzouki menawarkan suaka kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad. Tunisia bersedia menerima Assad dan keluarganya, ujar Marzouki kepada harian Tunisia "La Presse."

Sementara itu, Arab Saudi, Qatar dan Kuwait kini mempertimbangkan untuk mempersenjatai oposisi dan desertir yang mendukung oposisi. Seorang komentator mengatakan kepada Al-Arabiya, tidak ada opsi lain untuk menghadapi tindakan barbar itu.

Pertemuan mengenai situasi HAM Suriah di Dewan HAM PBB di JenewaFoto: Reuters

Jerman dan Perancis ingin seret Assad ke ICC

Sedangkan Perancis dan Jerman ingin agar yang bertanggung jawab atas pembunuhan rakyat di Suriah diseret ke Mahkamah Pidana Internasional ICC di Den Haag atas tuduhan melakukan serangan atas warga sipil. Demikian diutarakan menteri Jerman bagi urusan keluarga, Kristina Schröder hari Selasa (28/2) pada sidang reguler Dewan HAM PBB di Jenewa.

Namun di Washington, Menlu AS, Hillary Clinton mengungkapkan, mungkin saja Presiden Bashar al-Assad ditetapkan sebagai penjahat perang, tetapi langkah itu akan mempersulit penyelesaian konflik karena menghapus pilihan untuk meyakinkan pimpinan di negeri itu untuk mengundurkan diri. Tampaknya Clinton di sini mengacu pada solusi Yaman. Dalam kasus ini, AS mendukung kompromi untuk memberikan imunitas sepenuhnya bagi bekas presiden Ali Abdullah Saleh untuk dapat meletakkan jabatan tanpa diseret ke pengadilan. AS membela kompromi tersebut sebagai jalan untuk mempromosikan demokrasi di Yaman.

Lynn PascoeFoto: AP

Pelanggaran berat HAM dan kejahatan kemanusiaan di Suriah

Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan, lebih dari 7500 orang tewas dalam konflik yang berjalan hampir setahun ini. Wakil Sekjen PBB Lynn Pascoe mengatakan di depan Dewan Keamanan PBB hari Selasa, PBB tidak dapat memberikan angka pasti, namun menurut laporan terpercaya, sekitar 100 orang tewas, banyak di antaranya perempuan dan anak-anak setiap harinya.

Pascoe menambahkan, menurut keterangan pengamat, rezim Suriah melakukan pelanggaran HAM berat, meluas dan sistematis dan juga kejahatan terhadap kemanusiaan. Dan semuanya ini diketahui oleh pimpinan teratas di Suriah. Pascoe kemudian menyimpulkan, masyarakat internasional gagal menangani konflik ini. Karena itu rezim Suriah mendapat angin.

Christa Saloh-Foerster/dpa,afpe, rtrd, dapd

Editor: Carissa Paramita

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait