Polisi Peru menembakkan gas air mata untuk membubarkan para pemrotes yang menentang pengampunan Alberto Fujimori. Presiden Peru memberi pengampunan karena Fujimori sakit.
Iklan
Presiden Peru Pablo Kuczynski memberikan pengampunan kepada bekas diktatur Alberto Fujimori dan tujuh tahanan lainnya pada hari Minggu (24/12) dengan alasan kemanusiaan. Alberto Fujimori sejak beberapa waktu mendapat perawatan intensif karena kondisi kesehatannya memburuk.
Tindakan tersebut memicu aksi protes luas di ibukota Lima, Peru, sejak hari Senin (25/12). Ribuan orang berdemonstrasi menentang pengampunan itu. Selama kampanye pemilu presiden, Pablo Kucynski memang pernah berjanji tidak akan membebaskan Fujimori.
"Fujimori, pembunuh dan pencuri, tidak untuk pengampunan!" itulah slogan-slogan yang dibawa para pemrotes sambil membawa bendera raksasa Peru.
"Kami berada di sini sebagai saudara untuk menolak pengampunan ilegal ini, karena tidak sesuai dengan beratnya kejahatan," kata Gisella Ortiz, perwakilan dari sekelompok keluarga korban dari rejim Fujimori, kepada wartawan.
Alasan kesehatan
Polisi anti-huruhara dalam jumlah besar dikerahkan di jalan-jalan utama Lima untuk menghadang demonstran yang ingin merangsek ke klinik di mana Fujimori dirawat. Polisi menembakkan tabung gas air mata dan membangun barikade untuk membubarkan kumpulan demonstran.
Hari Senin malam (25/12),Presiden Pablo Kuczynski membela keputusannya untuk memaafkan Fujimori.
"Saya yakin bahwa orang-orang yang merasa demokratis seharusnya tidak mengizinkan Alberto Fujimori meninggal di penjara, karena keadilan bukanlah balas dendam," kata Kuczynski.
"Ini tentang kesehatan dan kemungkinan hidup mantan presiden Peru yang, setelah melakukan ekses dan kesalahan berat, sudah dijatuhi hukuman dan telah menjalaninya selama 12 tahun di penjara", katanya.
Memerintah dengan kejam
Presiden Pablo Kuczynski sebelumnya mengatakan, keputusannya memberikan pengampunan diambil setelah evaluasi medis bahwa Fujimori menderita penyakit progresif dan tidak dapat disembuhkan dan bahwa kondisi di penjara "merupakan risiko serius bagi hidupnya."
Alberto Fujimori (79 tahun) dipindahkan dari selnya ke sebuah klinik pada hari Sabtu (23/12) karena tekanan darah rendah dan detak jantung yang tidak teratur.
"Dia tetap dalam perawatan intensif, kondisinya menguntungkan tapi tes lainnya diperlukan," kata dokter Alejandro Aguinaga yang bekerja di klinik itu.
Fujimori telah dirawat di rumah sakit pada beberapa kesempatan sebelumnya, terakhir pada bulan September, dan memiliki masalah jantung, punggung dan perut serta beberapa operasi untuk menghilangkan pertumbuhan kanker dari lidahnya.
Mantan presiden Peru itu telah menghabiskan lebih dari satu dekade dipenjara karena dengan kejam menindak saingan politik dan untuk memesan puluhan pembunuhan dan mengawasi taktik brutal lainnya. Dia juga dituduh melakukan korupsi. Meskipun begitu, Alberto Fujimori tetap memiliki tingkat popularitas di Peru karena telah mengalahkan gerilyawan sayap kiri dan untuk menstabilkan ekonomi setelah masa krisis.
Koruptor Paling Tamak Dalam Sejarah
Hampir tidak ada diktatur di dunia yang tidak menilap uang negara. Tapi ketika sebagian puas dengan vila atau jet pribadi, yang lain rakus tanpa henti. Berikut daftar koruptor yang paling getol mengumpulkan uang haram
Foto: AP
#1. Soeharto, Indonesia
Selama 32 tahun berkuasa di Indonesia, Suharto dan keluarganya diyakini menilap uang negara antara 15 hingga 35 miliar US Dollar atau sekitar 463 trilyun Rupiah. Jendral bintang lima ini lihai menyembunyikan kekayaannya lewat berbagai yayasan atau rekening rahasia di luar negeri. Hingga kini kekayaan Suharto masih tersimpan rapih oleh keluarga Cendana
Foto: picture alliance/CPA Media
#2. Ferdinand Marcos, Filipina
Ferdinand Marcos banyak menilap uang negara selama 21 tahun kekuasaanya di Filipina. Menurut Transparency International, ia mengantongi setidaknya 10 milyar US Dollar. Terutama isterinya, Imelda, banyak menikmati uang haram tersebut dengan mengoleksi lebih dari 3000 pasang sepatu. Imelda kini kembali aktif berpolitik dan ditaksir memiliki kekayaan sebesar 22 juta USD
Foto: picture-alliance/Everett Collection
#3. Mobutu Sese Seko, Zaire
Serupa Suharto, Mobutu Sese Seko berkuasa di Zaire selama 32 tahun. Sang raja lihai memainkan isu invasi negara komunis Angola untuk mengamankan dukungan barat. Ketika lengser, Mobutu Sese Seko menilap hampir separuh dana bantuan IMF sebesar 12 milyar US Dollar untuk Zaire dan meninggalkan negaranya dalam jerat utang.
Foto: AP
#4. Sani Abacha, Nigeria
Cuma butuh waktu lima tahun buat Sani Abacha untuk mengosongkan kas Nigeria. Antara 1993 hingga kematiannya tahun 1998, sang presiden meraup duit haram sebesar 5 milyar US Dollar atau sekitar 66 trilyun Rupiah. Sesaat setelah meninggal, isterinya lari ke luar negeri dengan membawa 38 koper berisi uang. Polisi kemudian menemukan perhiasan senilai jutaan dollar ketika menggeledah kediaman pribadinya
Foto: I. Sanogo/AFP/Getty Images
#5. Slobodan Milosevic, Serbia
Slobodan Milosevic yang berkuasa di Serbia antara 1989-1997 dan kemudian Yugoslavia hingga 2000 tidak cuma dikenal berkat serangkaian pelanggaran HAM berat yang didakwakan kepadanya, melainkan juga kasus korupsi. Selama berkuasa Milosevic diyakini menilap uang negara sebesar 1 milyar US Dollar atau sekitar 13 trilyun Rupiah.
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb
#6. Jean-Claude Duvalier, Haiti
Selama 15 tahun kekuasaannya di Haiti, Jean-Claude Duvalier tidak cuma bertindak brutal terhadap oposisi, tetapi juga rajin mengalihkan uang negara ke rekening pribadinya di Swiss. Saat kembali dari pengasingan 2011 silam, Duvalier didakwa korupsi senilai 800 juta US Dollar.
Foto: picture-alliance/AP/Dieu Nalio Chery
#7. Alberto Fujimori, Peru
Alberto Fujimori berkuasa selama 10 tahun di Peru. Buat pendukungya, dia menyelamatkan Peru dari terorisme kelompok kiri dan kehancuran ekonomi. Tapi Fujimori punya sederet catatan gelap, antara lain menerima uang suap dan berbagai tindak korupsi lain. Menurut Transparency International ia mengantongi uang haram sebesar 600 juta US Dollar atau sekitar 8 trilyun Rupiah.