Perubahan Iklim Bisa Bikin Jerman Merugi Rp14.700 Triliun
7 Maret 2023
Biaya rata-rata tahunan Jerman untuk menutupi kerusakan yang disebabkan oleh cuaca ekstrem pada 2050 bisa meningkat hingga 5 kali lipat. Studi oleh dua kementerian Jerman ini adalah gambaran untuk skenario tertentu.
Iklan
Studi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Ekonomi Jerman mengungkap bahwa perubahan iklim dapat membuat Jerman merugi hingga €900 miliar (Rp14.700 triliun) pada tahun 2050.
Studi yang diterbitkan pada Senin (06/03) itu bukan untuk dipahami sebagai prediksi, tapi dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang apa yang mungkin terjadi dalam skenario tertentu.
Bagaimana Negara-Negara di Dunia Melawan Perubahan Iklim?
Perubahan iklim menyebabkan kenaikan suhu dunia yang kita rasakan sekarang ini. Jika tidak ditanggulangi lebih lanjut, suhu dunia akan terus meningkat. Lalu apa saja upaya yang dilakukan negara-negara di seluruh dunia?
Foto: Getty Images/AFP/G. Cacace
Prancis
Anne Hidalgo, wali kota Paris, telah mengumumkan rencana penanggulangan isu perubahan iklim dengan pembuatan taman kota dan taman-taman lain di sekitar menara Eiffel. Ia akan menambahkan 30 hektar ruang hijau dan 20.000 pohon sampai akhir tahun 2020. Selain untuk menghijaukan kota, taman tersebut juga bisa menjadi sarana rekreasi bagi warga Paris.
Foto: DW/Euromaxx
Italia
Bosco Vertikale (hutan vertikal) adalah bangunan tempat tinggal yang dihiasi dengan pepohonan dan beragam tumbuhan. Menurut sang Arsitek, Stefano Boeri, hutan vertikal ini juga mampu untuk menyerap 30 juta ton karbon dioksida dan memproduksi 19 juta oksigen per tahunnya. Selain itu gedung ini juga dilengkapi dengan sistem pemanas geotermal dan fasilitas pengelolaan air limbah.
Foto: Getty Images/AFP/G. Cacace
Jerman
Setiap awal tahun, Stadtwerke Karlsruhe (perusahaan utilitas publik Karlsruhe) mengajak pelanggan baru jasa listrik ramah lingkungan untuk menanam pohon bersama. Melalui proyek ini, Stadtwerke Karlruhe sudah berhasil menanam lebih dari 5.000 pohon dalam area seluas 7 hektare, yang juga sama dengan besar sekitar sepuluh lapangan sepakbola.
Foto: Andreas Ehmer
Singapura
"Skyrise Greenery Incentive Scheme 2.0" adalah sebuah program dari Dewan Taman Nasional Singapura untuk membiayai sampai 50% dari jumlah biaya instalasi penghijauan atap dan penghijauan vertikal. Tujuan program ini adalah menanggulangi suhu tinggi, memperbaiki kualitas udara dan menyaring partikel debu di udara.
Foto: picture-alliance/blickwinkel/E. Teister
Myanmar
Jika negara lain andalkan warganya untuk tanam pohon, Myanmar gunakan drone untuk percepat proses tersebut. Kerja sama antara Biocarbon Engineering dan Worldview International Foundation, sebuah organisasi non-profit Myanmar, bertujuan untuk menanam kembali hutan bakau mereka yang menghilang dalam jumlah besar. Rencananya, mereka ingin menanam 1 miliar pohon dalam waktu beberapa tahun ke depan.
Foto: Imago Images/S. M. Prager
Ethiopia
Belum lama ini, Ethiopia menanam lebih dari 350 juta pohon dalam sebuah program kampanye "Green Legacy". Jutaan warga Ethiopia ikut serta dalam aksi penanaman pohon yang dilaksanakan selama kurang lebih 12 jam tersebut. Meski sudah menanam 350 juta pohon, Ethiopia memiliki target yang lebih besar, yaitu menanam 4 miliar pohon pada musim hujan mendatang. (Dari berbagai sumber, Ed.: vv/ml)
Foto: picture-alliance /Ritzau Scanpix
6 foto1 | 6
Apa isi dari studi tersebut?
Dalam makalah berjudul "Biaya Dampak Perubahan Iklim di Jerman” itu, peneliti yang terlibat dalam studi, yaitu dari Institute for Ecological Economy Research (IÖW), Society for Economic Structures Research (GWS) dan Prognos AG, menjalankan berbagai skenario untuk periode 2022 hingga 2050.
Tingkat kerugian untuk setiap skenario dalam periode tersebut berbeda, tergantung pada separah apa pemanasan global yang terjadi.
Dalam skenario "perubahan iklim lemah” misalnya, Jerman bisa merugi hingga €280 miliar (Rp4.600 triliun). Namun, untuk skenario yang kurang menguntungkan, angka itu bisa berkisar hingga €900 miliar (Rp14.700 triliun).
Menurut penulis studi, nila kerugian yang ditentukan mewakili batas bawah. Pasalnya tidak mungkin untuk mengukur semua konsekuensi perubahan iklim dalam biaya dan menunjukkannya dalam pemodelan.
"Oleh karena itu diperkirakan bahwa biaya perubahan iklim masih bisa jauh lebih tinggi daripada yang ditentukan oleh skenario dalam konteks pemodelan,” kata studi tersebut.
Menurut pemodelan dalam studi, biaya rata-rata tahunan dari peristiwa ekstrem seperti gelombang panas dan banjir di Jerman, akan meningkat antara 1,5-5 kali per tahun pada 2050. Dan ini bisa mewakili penurunan PDB sebesar 0,6%-1,8% pada tahun 2050.
Sementara itu, langkah-langkah adaptasi seperti memperbanyak ruang hijau di kota-kota disebut dapat mengurangi biaya ekonomi.