Mayoritas di Jerman Setuju Mengurangi Dekorasi Lampu Natal
9 Desember 2019
Sebagai bagian dari usaha melawan perubahan iklim, sebagian besar dari orang Jerman mengatakan mereka bersedia mengurangi atau tidak menggunakan lampu-lampu dekorasi Natal, demikian menurut sebuah survei ulasan YouGov.
Iklan
Dengan alasan melindungi lingkungan, mayoritas orang Jerman mengatakan mereka bersedia untuk berhenti menggunakan dekorasi lampu hias Natal, dinyatakan oleh sebuah survei yang dirilis hari Minggu kemarin. Survei yang dilakukan oleh YouGov atas nama kantor berita Jerman DPA menyatakan, sekitar 57% dari peserta survei mengatakan mereka rela mengurangi penggunaan lampu hias untuk Natal atau hingga rela tidak menggunakannya di masa mendatang.
Selain itu, 11% responden mengatakan mereka tidak menggunakan lampu sebagai dekorasi Natal tahun ini, sedangkan 10% akan berhenti melakukannya mulai di masa mendatang. Tapi 35% dari responden mengatakan tidak menggunakan lampu sebagai hiasan pelengkap dekorasi Natal bukanlah pilihan.
Di masyarakat umum, opini terbagi mengenai apakah gedung-gedung dan jalanan harus memiliki lebih sedikit ornamen lampu saat waktu Natal, hasilnya 44% menentang gagasan tersebut. Namun, 79% orang Jerman tidak mempungkiri bahwa lampu hias memang menambah suasana Natal. Tujuh dari 10 responden menghiasi rumah mereka dengan lampu Natal tahun ini.
Alasan menjaga lingkungan
Lampu hias menjadi bagian yang umum dalam waktu-waktu yang ramai diisi dengan festival tahunan, lampu hias biasanya dapat dilihat memberi sentuhan tambahan di gedung, jalanan dan pepohonan. Tapi peneliti memperingatkan adanya dampak pada lingkungan dari lampu-lampu tersebut.
Melawan perubahan iklim semakin menjadi sorotan di agenda global, ini adalah satu hasil dari aksi akitivis lingkungan muda yang berasal dari Swedia, Greta Thunberg.
Saat ini, perwakilan dari seluruh dunia sedang bertemu di Madrid untuk konferensi iklim COP25 yang diadakan oleh PBB untuk membicarakan langkah-langkah dalam mengurangi emisi karbon sebagai bagian dari Kesepakatan Iklim Paris 2015.
Kecuali jika emisi gas rumah kaca global turun 7,6% setiap tahun, dunia akan gagal memenuhi target suhu 1,5 °C dari Kesepakatan Iklim Paris, sebuah laporan dari Program Lingkungan PBB memperingatkan pada bulan November. (pn/ap)
7 Dampak Perubahan Iklim yang Tidak Pernah Anda Bayangkan
Perubahan iklim menyebabkan beberapa hal aneh terjadi, seperti berubahnya jenis kelamin bayi binatang. DW menyajikan tujuh dampak perubahan iklim yang tidak pernah Anda duga yang akan berakibat pada kehidupan di bumi.
Foto: picture-alliance/dpa
Hati-hati ledakan populasi ubur-ubur!
Meskipun ada kombinasi faktor di balik banyaknya ubur-ubur yang sampai ke tempat wisata seperti pantai Mediterania, perubahan iklim termasuk salah satunya! Suhu laut yang lebih hangat membuka daerah baru bagi ubur-ubur bereproduksi dan meningkatkan ketersediaan makanan favorit mereka, yaitu plankton.
Foto: picture-alliance/dpa
Lenyapnya kayu berkualitas
Dihargai karena kualitas suara yang superior, alat musik dawai Stradivarius asli dapat dijual jutaan dolar. Namun, perubahan cuaca ekstrem seperti badai yang luar biasa hebatnya berakibat tumbangnya jutaan pohon di hutan Paneveggio, Italia utara. Menanam kembali pohon tidak akan banyak membantu dalam jangka pendek. Sebuah pohon cemara harus berusia setidaknya 150 tahun sebelum dapat menjadi biola.
Foto: Angelo van Schaik
Kesulitan tidur
Orang-orang di kota besar akan kesulitan tidur karena kepanasan. Tahun 2050, suhu di kota-kota besar Eropa akan lebih hangat 3,5 derajat celcius di musim panas. Ini tidak hanya mempengaruhi tidur, tetapi juga suasana hati, produktivitas, dan kesehatan mental. Cara satu-satunya mengatasi ini adalah pindah ke kota kecil yang banyak tanaman hijau dan sedikit bangunan, membuat malam jadi lebih dingin.
Foto: picture-alliance/AP Photo/R.K. Singh
Ancaman bagi penderita alergi
Musim semi datang lebih awal tahun ini dikarenakan suhu global yang lebih hangat. Namun fenomena ini jadi berita buruk bagi penderita alergi. Musim dingin yang sebentar membuat tanaman memiliki waktu lebih untuk tumbuh, berkembang, dan menghasilkan serbuk sari yang akan bebas berkeliaran jauh lebih awal, sehingga membuat penderita alergi menderita lebih lama.
Foto: picture-alliance/dpa/K.-J. Hildenbrand
Bakteri dan nyamuk
Tidak hanya berkeringat, panas juga dapat mempengaruhi kesehatan kita. Pada akhir abad ini, 3/4 populasi dunia diprediksi terkena gelombang panas yang berbahaya dan mematikan. Naiknya suhu berdampak pada peningkatan penyakit diare, karena bakteri lebih mudah berkembang biak dalam makanan dan air hangat. Jumlah nyamuk juga kemungkinan akan naik, seiring dengan penyebaran penyakit seperti malaria.
Foto: picture-alliance/dpa/T. Schulze
Rumah-rumah hancur
Tanah di sekitar Kutub Utara semakin mencair pada bulan-bulan di musim panas. Suhu yang lebih hangat menyebabkan tanah menjadi tidak stabil dan rumah-rumah serta jalan-jalan retak dan menyebabkan lebih banyak serangga. Selain itu, jika permafrost (tanah beku) meleleh, ia akan melepaskan gas CO2 dan metana yang selanjutnya dapat memperburuk pemanasan global.
Foto: Getty Images/AFP/M. Antonov
Jantan atau betina? Tanyakan kepada ahli
Suhu mempengaruhi jenis kelamin beberapa spesies. Untuk penyu, panasnya pasir tempat telur diinkubasi menentukan jenis kelamin bayi yang baru lahir. Temperatur rendah menguntungkan penyu jantan, sementara betina berkembang lebih baik di daerah yang lebih hangat. Peneliti membuktikan bahwa lebih dari 99% tukik penyu di Australia utara sudah betina, sehingga sulit bagi spesies untuk bertahan hidup.