Hujan deras datangkan banjir bandang dan tanah longsor di beberapa bagian India, menyebabkan kematian dan kehancuran. Perubahan iklim memperparah krisis lingkungan.
Iklan
Hujan monsun dengan intensitas tinggi melanda sebagian India utara selama beberapa hari terakhir, menelan korban jiwa, membawa kehancuran materi, serta membuat banyak daerah tidak dapat diakses. Negara bagian Himachal Pradesh adalah yang paling terpukul.
Tayangan televisi menunjukkan tanah longsor dan banjir bandang telah menghanyutkan kendaraan, menghancurkan bangunan-bangunan dan merobohkan banyak jembatan.
Menurut Departemen Meteorologi India, pada minggu pertama bulan Juli hujan di seluruh India tercurah dengan intensitas sekitar 2% lebih banyak dari biasanya. Badan tersebut memperkirakan lebih banyak hujan di sebagian besar India utara dalam beberapa hari mendatang.
"Wilayah yang biasanya merupakan salah satu daerah paling kering, mendapat curah hujan yang sangat tinggi," kata seorang pejabat Departemen Meteorologi India kepada DW.
Iklim berubah, bencana lingkungan melanda
Musim panas, atau monsun barat daya, adalah saat ketika sekitar 70% dari hujan tahunan di India tercurah. Musim ini sangat penting untuk pertanian, yang berkontribusi sekitar 11% dari total output ekonomi India, dan mempekerjakan lebih dari 40% penduduknya.
Hujan memang sering menyebabkan kerusakan yang meluas dan kematian akibat banjir dan tanah longsor. Para ilmuwan mengatakan curah hujan sulit diramalkan dan sangat bervariasi, tetapi perubahan iklim membuat musim hujan lebih intensif dan tidak menentu, meningkatkan frekuensi terjadinya banjir besar.
"Perubahan iklim akibat ulah manusia telah mengintensifkan ekstrem hidrologi di India, dan banjir baru-baru ini di beberapa bagian India utara adalah contoh lain bagaimana peristiwa ekstrem bisa lebih berbahaya di daerah perbukitan dibandingkan di dataran," ujar Akshay Deoras, ilmuwan peneliti di Pusat Sains Atmosfer Nasional Inggris dan Departemen Meteorologi University of Reading, kepada DW.
Deoras mengatakan peristiwa cuaca ekstrem akan semakin intensif karena suhu planet ini terus meningkat akibat naiknya emisi gas rumah kaca.
"Ini tidak berarti bahwa peristiwa berdampak tinggi akan terjadi setiap tahun," katanya, "tetapi, kapan pun itu terjadi, akan ada peluang lebih besar untuk menjadi lebih berdampak daripada peristiwa serupa yang terjadi sebelumnya."
Tahun 2022: Krisis Iklim Melanda Seluruh Dunia
Tahun 2022 seluruh dunia dilanda cuaca panas yang ekstrem, kekeringan, kebakaran, badai dan banjir yang terkait dengan perubahan iklim. Berikut sejumlah peristiwa cuaca yang terjadi tahun 2022.
Foto: Peter Dejong/AP Photo/picture alliance
Eropa: Lebih panas dan lebih kering dari sebelumnya
Musim panas di Eropa ditandai cuaca panas ekstrem dan kekeringan terburuk dalam 500 tahun. Lebih 500 orang tewas akibat gelombang panas di Spanyol, dengan suhu hingga 45 derajat Celsius. Di Inggris, cuaca panas juga mencapai lebih 40 derajat Celsius. Sebagian benua Eropa jadi wilayah paling kering selama lebih dari satu milenium, sehingga banyak daerah terpaksa menjatah air.
Foto: Thomas Coex/AFP
Kebakaran hutan melanda seluruh Eropa
Mulai dari Portugal, Spanyol, Prancis, Italia, Yunani, Siprus, hingga Siberia, dilanda kebakaran hutan. Bencana itu telah menghanguskan 660.000 hektar lahan pada pertengahan tahun 2022 — kebakaran terbesar sejak pencatatan iklim dimulai pada tahun 2006.
Hujan monsun yang ekstrem menenggelamkan sepertiga wilayah Pakistan. Banjir itu menewaskan lebih dari 1.100 orang, menyebabkan 33 juta orang kehilangan tempat tinggal, dan memicu penyebaran penyakit. Hujan lebat juga melanda Afganistan. Banjir besar menghancurkan ribuan hektare lahan, memperburuk bencana kelaparan yang sudah akut di negara itu.
Foto: Stringer/REUTERS
Gelombang panas ekstrem dan topan terjang Asia
Sebelum dilanda banjir, Afganistan, Pakistan, dan India alami panas dan kekeringan ekstrem. Cina juga alami kekeringan terburuk dalam 60 tahun dan gelombang panas terburuk sejak pencatatan dimulai. Awal musim gugur, 12 topan telah mengamuk di seluruh Cina. Badai besar juga melanda Filipina, Jepang, Korea Selatan, dan Bangladesh. Perubahan iklim membuat Intensitas badai semakin kuat.
Foto: Mark Schiefelbein/AP Photo/picture alliance
Krisis iklim memperburuk kondisi Afrika
Afrika memanas lebih cepat dibanding rata-rata global. Itu sebabnya benua ini secara tidak proporsional dilanda perubahan pola curah hujan, kekeringan, dan banjir. Somalia sedang menghadapi kekeringan terparah dalam 40 tahun. Krisis itu telah memaksa lebih dari satu juta orang meninggalkan kawasan mereka.
Foto: ZOHRA BENSEMRA/REUTERS
Bencana kelaparan di Afrika
Banjir dan kekeringan telah membuat pertanian dan peternakan praktis tidak mungkin dilakukan di beberapa bagian Afrika. Akibatnya, 20 juta orang mengalami kelaparan. Banyak yang meninggal karena kelaparan di Etiopia, Somalia, dan Kenya.
Foto: Dong Jianghui/dpa/XinHua/picture alliance
Kebakaran dan banjir di Amerika Utara
Badai dahsyat menerjang sejumlah negara bagian AS, seperti California, Nevada, dan Arizona. Gelombang panas menghanguskan ketiga negara bagian dengan suhu mencapai lebih dari 40 derajat Celsius di akhir musim panas. Sebaliknya, hujan lebat di awal musim panas menyebabkan banjir parah di Taman Nasional Yellowstone dan di negara bagian Kentucky.
Foto: DAVID SWANSON/REUTERS
Badai menghancurkan Amerika
Pada September lalu, Badai Ian menghancurkan Florida. Otoritas setempat menggambarkan kerusakan itu sebagai "peristiwa bersejarah." Sebelumnya, badai itu melewati Kuba, di mana penduduknya hidup tanpa listrik selama berhari-hari. Badai Fiona juga menjadi topan tropis terburuk yang melanda Kanada setelah pertama kali menghantam Amerika Latin dan Karibia, mengakibatkan kerusakan parah.
Foto: Giorgio Viera/AFP/Getty Images
Badai tropis dahsyat landa Amerika Tengah
Badai Fiona bukan satu-satunya badai yang melanda Amerika Tengah. Pada Oktober lalu, Badai Julia menghantam Kolombia, Venezuela, Nikaragua, Honduras, dan El Salvador, menyebabkan kehancuran yang meluas. Pemanasan global meningkatkan suhu permukaan laut yang memperkuat intensitas badai.
Foto: Matias Delacroix/AP Photo/picture alliance
Kekeringan ekstrem di Amerika Selatan
Kekeringan yang terus-menerus melanda hampir seluruh Amerika Selatan. Cile, mengalami merosotnya curah hujan ekstrem sejak 2007. Di banyak daerah, sungai-sungai menyusut antara 50 dan 90%. Meksiko juga hampir tidak pernah mengalami hujan selama beberapa tahun berturut-turut. Argentina, Brasil, Uruguay, Bolivia, Panama, sebagian Ekuador, dan Kolombia pun mengalami kekeringan.
Foto: IVAN ALVARADO/REUTERS
Selandia Baru dan Australia tenggelam
Curah hujan yang intens menyebabkan rangkaian banjir ekstrem di Australia. Antara Januari dan Maret, pantai timur negara itu menerima curah hujan sebanyak yang dialami Jerman dalam setahun. Selandia Baru tidak luput dari banjir. Fenomena cuaca La Nina berada di balik peristiwa ekstrem tersebut. Atmosfer yang lebih hangat menyerap lebih banyak air, membuat curah hujan lebih deras. (ha/as)
Foto: Jenny Evans/Getty Images
11 foto1 | 11
2022: Tahunnya cuaca ekstrem di India
Pada tahun 2022, Pusat Sains dan Lingkungan, sebuah organisasi penelitian dan advokasi kepentingan publik yang berpusat di New Delhi, melacak bermacam peristiwa cuaca ekstrem di India.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa peristiwa ini menyebabkan lebih dari 3.000 warga tewas pada tahun 2022, mempengaruhi sekitar 2 juta hektare area tanaman, menyirnakan lebih dari 69.000 hewan ternak dan menghancurkan sekitar 420.000 rumah.
Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB juga merilis laporan tahun 2022 yang melukiskan gambaran suram bagi India. Panel tersebut memperingatkan bahwa India dapat menghadapi berbagai bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim dalam dua dekade mendatang.
Menurut mereka, tidak mungkin otoritas India dapat membalikkan dampak bencana iklim yang akan segera terjadi, kecuali emisi gas rumah kaca dikurangi secara drastis pada tahun 2030.
Iklan
Hujan dan panas ekstrem melanda India
"Perubahan iklim berakselerasi dengan sangat cepat, menyebabkan peristiwa cuaca ekstrem terjadi silih berganti. Ini lebih cepat dari yang kami perkirakan sebelumnya," kata Roxy Mathew Koll, ilmuwan iklim di Institut Meteorologi Tropis India di Pune, kepada DW.
"Asia Selatan menjadi contoh perubahan iklim," kata Koll. "Seluruh wilayah, bukan hanya India, menyaksikan tren yang jelas dalam peningkatan terjadinya gelombang panas, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan topan. Ini sudah memengaruhi ketahanan pangan, air, dan energi di wilayah tersebut."
Negara Paling Rentan Dilanda Cuaca Ekstrem
Lebih dari setengah juta orang meninggal dunia akibat 15.000 bencana cuaca yang melanda Bumi dalam dua dekade terakhir. Berikut adalah daftar muram negara yang paling rentan terkena dampak cuaca buruk di dunia.
Foto: AP
1. Honduras
Sebanyak 61 fenomena cuaca eskrem melanda Honduras antara 1996-2015. Termasuk yang paling parah adalah Hurikan Mitch tahun 1998 yang menelan korban hingga 7.000 orang dan menciptakan kerugian senilai 3,4 milyar Dollar AS. Honduras langganan bertengger di urutan teratas Indeks Risiko Iklim Global sejak hampir tiga dekade terakhir.
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb/D. Bartletti
2. Myanmar
Dari 41 bencana cuaca yang dialami Myanmar selama dua dekade terakhir, Siklon Nargis yang 2008 silam menewaskan 140.000 orang dan membuat 2,4 juta penduduk kehilangan rumah adalah yang paling parah. Rata-rata jumlah korban jiwa akibat cuaca ekstrem di Myanmar antara 1995-2016 mencapai 7145 orang per tahun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi di dunia.
Foto: Getty Images/AFP/Ye Aung Thu
3. Haiti
Serupa dua negara teratas, Haiti juga langganan bertengger di urutan tiga besar daftar muram ini. Tahun 2008 menandakan tahun bencana cuaca paling buruk di negara miskin tersebut. Empat hurikan sekaligus, Fay, Gustav, Hanna, dan Ike, merenggut ribuan nyawa, memusnahkan 80% hasil panen dan menciptakan kerugian sebesar 5% dari total Produk Domestik Bruto senilai 17 milyar Dollar AS.
Foto: A.Shelley/Getty Images
4. Nicaragua
Serupa Honduras, Nicaragua mencatat bencana cuaca paling buruk saat badai Mitch mengamuk 1998 silam. Hasilnya 3.800 orang tewas dan negara mencatat kerugian senilai satu milyar Dollar AS. Dalam dua dekade terakhir negeri di tepi Karibik ini mengalami setidaknya 44 bencana akibat cuaca buruk.
Foto: picture alliance/AP Photo
5. Filipina
Tidak heran jika Filipina sering dijuluki negeri seribu topan dan badai. Pasalnya jiran Indonesia itu dilanda 283 bencana cuaca dalam dua dekade terakhir. Yang terparah adalah Badai Haiyan (2013) yang menewaskan lebih dari 10.000 penduduk dan menciptakan kerugian senilai hampir 3 milyar Dollar AS. Haiyan adalah salah satu topan super terkuat yang pernah dicatat dalam sejarah.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Malasig
6. Bangladesh
Negeri di tepi Teluk Bengal ini rajin disambangi musibah banjir. Rata-rata setiap tahun 5.000 orang meninggal dunia sebagai dampaknya. Banjir terburuk dalam sejarah Bangladesh terjadi 1998 silam. Ribuan orang tewas dan hampir 75% wilayah negeri terendam air. Diperkirakan 30 juta penduduk kehilangan tempat tinggal.
Foto: Imago
7. Pakistan
Sebanyak 133 bencana cuaca melanda Pakistan antara 1996-2015. Catatan paling buruk ditoreh oleh bencana banjir 2010 yang menelan sekitar 2.000 korban jiwa dan melenyapkan rumah milik lebih dari 20 juta penduduk. Pakistan rajin dilanda banjir lantaran curah hujan yang tidak jarang mencetak rekor tertinggi.
Foto: S. Berehulak/Getty Images
8. Vietnam
Tidak berbeda dengan Filipina, Vietnam rajin disambangi badai dan topan. Dalam dua dekade terakhir Global Climate Risk Index mencatat setidaknya 206 fenomena cuaca ekstrem melanda negeri jiran itu. Setiap tahun pemerintah di Hanoi merugi lebih dari dua milyar Dollar AS akibat cuaca buruk
Foto: Reuters
9. Guatemala
Negeri kecil di Amerika Tengah ini sering dilanda bencana banjir atau badai. Sementara fenomena El-Nino yang mengganas tahun lalu menyebabkan bencana kekeringan yang menghanguskan cadangan pangan milik 3,4 juta penduduk. Sebanyak 74 fenomena cuaca ekstrem dialami Guatemala dalam dua dekade terakhir.
Foto: ddp images/AP Photo/Rodrigo Abd
10. Thailand
Banjir 2011 di Thailand menenggelamkan 20.000 kilometer persegi sawah dan perkebunan, serta melenyapkan rumah milik 13,6 juta penduduk. Sebanyak 65 dari 77 provinsi terendam banjir. Pemerintah mengalami kerugian 46 milyar Dollar AS. Dalam dua dekade terakhir, Thailand mengalami 135 bencana cuaca ekstrim yang telah menelan belasan ribu korban jiwa.
Meskipun bulan-bulan musim panas yakni April hingga Juni selalu panas di India, suhu menjadi lebih intens dalam dekade terakhir. Selain itu, sekitar 80% penduduk tinggal di daerah yang sangat rentan terhadap bencana seperti gelombang panas atau banjir parah.
Apa yang perlu dilakukan?
Sebagai bagian dari upaya memperlambat perubahan iklim India, pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi telah berjanji untuk memangkas emisi gas rumah kaca negara tersebut menjadi nol pada tahun 2070.
Namun, dengan meningkatnya kejadian cuaca ekstrem, para ahli mengatakan pemerintah juga perlu fokus pada langkah-langkah adaptasi.
"Lebih banyak yang harus dilakukan untuk adaptasi iklim guna mencegah kerugian ekonomi dan kerawanan pangan," kata Sunita Narain, direktur Pusat Sains dan Lingkungan kepada DW.
"Kita perlu mempelajari kembali strategi pengelolaan tanah dan air," kata Narain. "Pertanyaan yang diperdebatkan adalah: Seberapa cepat kita bisa belajar dalam dunia dengan variabel iklim?" kata Narain. "Jawabannya akan menentukan masa depan kita. Peluang untuk mengatasi krisis sudah tertutup." (ae/hp)