1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perubahan Iklim Perparah Krisis Lingkungan di India

13 Juli 2023

Hujan deras datangkan banjir bandang dan tanah longsor di beberapa bagian India, menyebabkan kematian dan kehancuran. Perubahan iklim memperparah krisis lingkungan.

Empat orang berusaha mendorong mobil yang mogok terendam air akibat hujan deras melanda banyak wilayah di India.
Hujan deras melanda banyak wilayah di India setelah panas ekstrem yang mematikan.Foto: Parveen Kumar/Hindustan Times/IMAGO

Hujan monsun dengan intensitas tinggi melanda sebagian India utara selama beberapa hari terakhir, menelan korban jiwa, membawa kehancuran materi, serta membuat banyak daerah tidak dapat diakses. Negara bagian Himachal Pradesh adalah yang paling terpukul.

Tayangan televisi menunjukkan tanah longsor dan banjir bandang telah menghanyutkan kendaraan, menghancurkan bangunan-bangunan dan merobohkan banyak jembatan.

Menurut Departemen Meteorologi India, pada minggu pertama bulan Juli hujan di seluruh India tercurah dengan intensitas sekitar 2% lebih banyak dari biasanya. Badan tersebut memperkirakan lebih banyak hujan di sebagian besar India utara dalam beberapa hari mendatang.

"Wilayah yang biasanya merupakan salah satu daerah paling kering, mendapat curah hujan yang sangat tinggi," kata seorang pejabat Departemen Meteorologi India kepada DW.

Iklim berubah, bencana lingkungan melanda

Musim panas, atau monsun barat daya, adalah saat ketika sekitar 70% dari hujan tahunan di India tercurah. Musim ini sangat penting untuk pertanian, yang berkontribusi sekitar 11% dari total output ekonomi India, dan mempekerjakan lebih dari 40% penduduknya.

Hujan memang sering menyebabkan kerusakan yang meluas dan kematian akibat banjir dan tanah longsor. Para ilmuwan mengatakan curah hujan sulit diramalkan dan sangat bervariasi, tetapi perubahan iklim membuat musim hujan lebih intensif dan tidak menentu, meningkatkan frekuensi terjadinya banjir besar.

"Perubahan iklim akibat ulah manusia telah mengintensifkan ekstrem hidrologi di India, dan banjir baru-baru ini di beberapa bagian India utara adalah contoh lain bagaimana peristiwa ekstrem bisa lebih berbahaya di daerah perbukitan dibandingkan di dataran," ujar Akshay Deoras, ilmuwan peneliti di Pusat Sains Atmosfer Nasional Inggris dan Departemen Meteorologi University of Reading, kepada DW.

Deoras mengatakan peristiwa cuaca ekstrem akan semakin intensif karena suhu planet ini terus meningkat akibat naiknya emisi gas rumah kaca.

"Ini tidak berarti bahwa peristiwa berdampak tinggi akan terjadi setiap tahun," katanya, "tetapi, kapan pun itu terjadi, akan ada peluang lebih besar untuk menjadi lebih berdampak daripada peristiwa serupa yang terjadi sebelumnya." 

2022: Tahunnya cuaca ekstrem di India

Pada tahun 2022, Pusat Sains dan Lingkungan, sebuah organisasi penelitian dan advokasi kepentingan publik yang berpusat di New Delhi, melacak bermacam peristiwa cuaca ekstrem di India.

Organisasi ini menemukan bahwa India secara keseluruhan mengalami peristiwa cuaca ekstrem sebanyak 314 dari 365 hari dalam setahun. Ini berarti bahwa setidaknya satu peristiwa cuaca ekstrem dilaporkan terjadi di beberapa bagian India pada setiap harinya.

Laporan tersebut menyimpulkan bahwa peristiwa ini menyebabkan lebih dari 3.000 warga tewas pada tahun 2022, mempengaruhi sekitar 2 juta hektare area tanaman, menyirnakan lebih dari 69.000 hewan ternak dan menghancurkan sekitar 420.000 rumah.

Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB juga merilis laporan tahun 2022 yang melukiskan gambaran suram bagi India. Panel tersebut memperingatkan bahwa India dapat menghadapi berbagai bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim dalam dua dekade mendatang.

Menurut mereka, tidak mungkin otoritas India dapat membalikkan dampak bencana iklim yang akan segera terjadi, kecuali emisi gas rumah kaca dikurangi secara drastis pada tahun 2030.

Hujan dan panas ekstrem melanda India

"Perubahan iklim berakselerasi dengan sangat cepat, menyebabkan peristiwa cuaca ekstrem terjadi silih berganti. Ini lebih cepat dari yang kami perkirakan sebelumnya," kata Roxy Mathew Koll, ilmuwan iklim di Institut Meteorologi Tropis India di Pune, kepada DW.

"Asia Selatan menjadi contoh perubahan iklim," kata Koll. "Seluruh wilayah, bukan hanya India, menyaksikan tren yang jelas dalam peningkatan terjadinya gelombang panas, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan topan. Ini sudah memengaruhi ketahanan pangan, air, dan energi di wilayah tersebut." 

Hujan lebat turun tanpa henti tidak lama setelah gelombang panas yang menyebabkan suhu melonjak hingga 45 derajat Celcius di sebagian besar India.

Meskipun bulan-bulan musim panas yakni April hingga Juni selalu panas di India, suhu menjadi lebih intens dalam dekade terakhir. Selain itu, sekitar 80% penduduk tinggal di daerah yang sangat rentan terhadap bencana seperti gelombang panas atau banjir parah.

Apa yang perlu dilakukan?

Sebagai bagian dari upaya memperlambat perubahan iklim India, pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi telah berjanji untuk memangkas emisi gas rumah kaca negara tersebut menjadi nol pada tahun 2070.

Namun, dengan meningkatnya kejadian cuaca ekstrem, para ahli mengatakan pemerintah juga perlu fokus pada langkah-langkah adaptasi.

"Lebih banyak yang harus dilakukan untuk adaptasi iklim guna mencegah kerugian ekonomi dan kerawanan pangan," kata Sunita Narain, direktur Pusat Sains dan Lingkungan kepada DW.

"Kita perlu mempelajari kembali strategi pengelolaan tanah dan air," kata Narain. "Pertanyaan yang diperdebatkan adalah: Seberapa cepat kita bisa belajar dalam dunia dengan variabel iklim?" kata Narain. "Jawabannya akan menentukan masa depan kita. Peluang untuk mengatasi krisis sudah tertutup." (ae/hp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait