1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialAsia

Perubahan Kabul di Bawah Taliban: Lebih Aman, Lebih Suram

30 November 2023

Sejak dikuasai Taliban, ratusan jalan yang sebelumnya diblokir di ibu kota Kabul kembali dibuka. Warga akui suasana kota lebih aman, tapi juga lebih suram.

Perubahan Kabul setelah Taliban berkuasa
Taman publik di Kabul, Afganistan, tampak hijau, kontras dengan kekeringan di sekitarnya.Foto: WAKIL KOHSAR/AFP

Suasana jalan-jalan di ibu kota Afganistan telah berubah sejak Taliban kembali berkuasa pada 2021, lebih bersih dan aman, tapi juga lebih suram.

Di bawah kepemimpinan Taliban di Afganistan, pemerintah Kota Kabul meluncurkan program ambisius untuk meningkatkan kehidupan di kota berpenduduk tujuh juta jiwa ini. Hal ini ditempuh dengan cara pengumpulan pajak yang agresif untuk mendanai perbaikan jalan, monumen publik, dan kampanye pembersihan.

Mereka juga tanpa ampun membersihkan jalanan dari para pecandu narkoba, dan menangkap para pengemis dan membedakannya antara pengemis "profesional" dan mereka yang benar-benar membutuhkan.

"Sejak kehancuran pemerintahan republik dan pengambilalihan oleh Imarah Islam, kami melihat banyak perubahan," kata Zia Wali, 43, warga yang sudah lama tinggal di Kabul. "Salah satu perubahan terbesar adalah kami merasa aman sekarang," ujarnya kepada kantor berita AFP.

Seorang pedagang falafel di jalanan di Kabul menunggu konsumen sambil membersihkan piring-piring.Foto: WAKIL KOHSAR/AFP

Bising, tercemar, dan dipenuhi petugas kemanan, kota berusia berabad-abad ini terhimpit di cekungan yang dikelilingi pegunungan dan dibelah oleh Sungai Kabul.

Selama 20 tahun di bawah pemerintahan yang didukung Barat, sebagian kota dijaga ketat. Hingga kini, masih banyak bagian Kabul yang dijaga ketat, dengan akses yang dibatasi oleh penghalang, kawat berduri, dan petugas keamanan yang berjaga di tikungan. 

Kabul berbenah di bawah Taliban

Namun dalam dua tahun terakhir, sejumlah jalan yang diblokir selama konflik kembali dibuka. "Mereka yang menjadi penyebab ketidakamanan kini bertanggung jawab atas keamanan," kata Amin Karim, yang adalah seorang arsitek dan mantan penasihat presiden.

Nematullah Barakzai, penasihat urusan kebudayaan kota madya Kabul mengatakan, lebih dari 100 jalan yang ditutup untuk umum telah dibuka kembali sejak tahun 2021.

Di tengah persimpangan jalan di pusat kota, terdapat wilayah yang disebut Zona Hijau. Barakzai menunjuk ke sebuah jalan yang sekarang terbuka untuk lalu lintas setelah rumah putri mantan presiden dihancurkan. Zona Hijau ini yang dulunya adalah kawasan kedutaan besar, dan tempat tinggal orang asing, serta kaum elit Afganistan. 

Lebih dari 100 kilometer jalan baru telah dibangun atau diperkeras kembali, rerumputan tumbuh subur di taman pusat yang dibangun kembali di Shahr-e Naw, terlihat kontras dengan kekeringan di sekitarnya, dan rumah kaca yang dipenuhi sejuta bunga siap ditanami di musim semi nanti.

Pekerja konstruksi tengah melakukan pelebaran jalan di wilayah Sara-e-Shamali di Kabul.Foto: WAKIL KOHSAR/AFP

Kriminalitas skala kecil berkurang

Namun ancaman keamanan belum sepenuhnya hilang, dan pos-pos pemeriksaan yang pernah didirikan untuk melawan serangan Taliban masih berfungsi untuk menggagalkan serangan para jihadis ISIS. Selain pos pemeriksaan, ada pula sekitar 62.000 kamera pengintai, demikian menurut kementerian dalam negeri.

Pengawasan keamanan yang ketat seperti ini telah membantu menurunkan kejahatan-kejahatan skala kecil, dan Khalilullah, penjual apel berusia 21 tahun, mengatakan dia sekarang merasa aman untuk pergi dan pulang kerja "bahkan hingga larut malam," ujarnya. Namun kemacetan lalu lintas dan polusi masih menjadi tantangan rumit bagi pemerintah kota. 

Pihak berwenang Taliban juga telah mengumpulkan investasi sektor swasta untuk memperbaiki 24 bundaran jalan guna upaya menertibkan lalu lintas yang kacau balau. "Semua akan terselesaikan melalui visi strategis 10 tahun kota ini", kata Barakzai dengan yakin.

Perempuan di Kabul, Afganistan, berpakaian lebih konservatif sejak Taliban kembali berkuasaFoto: Wakil KOHSAR/AFP

Aman, tapi wajah kota lebih suram

Meskipun kabut asap abu-abu masih sering menyelimuti udara Kabul, terutama di musim dingin, tapi suasana kota, entah bagaimana, secara keseluruhan juga menjadi lebih suram.

"Sebelumnya, pada Kamis sore dan Jumat hingga larut malam, pusat kota sering ramai dikunjungi orang," kata Karim yang mantan penasehat presiden. "Restoran-restoran penuh, musik terdengar di mana-mana, anak-anak muda berjalan-jalan, pergi ke konser," tambahnya. 

Namun belakangan ini setelah malam tiba, banyak jalan di Kabul jadi gelap dan sepi. Seolah-olah ibu kota sedang memberlakukan jam malam, dan bahkan pada siang hari, jumlah perempuan jauh lebih sedikit. Kabul, seperti halnya daerah lain di Afganistan yang konservatif, telah lama didominasi laki-laki.

Otoritas Taliban memberlakukan pembatasan ketat yang membuat perempuan tidak bisa terlibat dalam kehidupan publik. Ribuan salon kecantikan, yang menjadi ciri khas jalanan di Kabul, diperintahkan untuk ditutup, selain itu taman umum, gedung olah raga, dan pusat kebugaran juga dilarang bagi perempuan. Hilang pula pemandangan sehari-hari ribuan remaja putri dan perempuan Afganistan yang pergi ke sekolah sejak pihak berwenang menutup sekolah dan perguruan tinggi mereka.

Humaira, 29, mengatakan, saat ini, perempuan yang berani keluar rumah, berpakaian lebih konservatif, dengan penutup badan berwarna hitam, syal dan masker. Meski demikian, dia merasa lebih aman karena tidak lagi "dilecehkan" di jalan.

"Jika ada suasana suram di kota, hal ini disebabkan oleh permasalahan ekonomi", kata warga lainnya bernama Ramisha. "Kesedihan yang Anda lihat di wajah perempuan atau laki-laki berasal dari kesulitan ekonomi," pungkasnya.

ae/as (AFP)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Daftarkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait