Perundingan Atom Korea Utara Jeda Tiga Pekan
8 Agustus 2005Selama perundingan yang sudah digelar selama 13 hari di Beijing, dilaporkan keenam negara peserta perundingan, yakni kedua Korea, Amerika Serikat, Jepang, Cina dan Rusia tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai pernyataan akhir. Para delegasi diberi kesempatan untuk melakukan konsultasi di negaranya masing-masing. Demikian dikatakan ketua jururunding Cina, Wu Dawei. Perundingan disebutkan akan dilanjutkan setelah tanggal 29 Agustus mendatang.
Pada hari ke-13 perundingan enam negara di Beijing, masih dilakukan upaya terakhir untuk mencapai konsensus bagi pernyataan akhir bersama. Konsensus ini hendak dijadikan landasan bagi terciptanya zona bebas senjata atom di semenanjung Korea. Akan tetapi seperti telah diduga sebelumnya, upaya terakhir itu juga gagal. Indikatornya sudah terlihat. Delegasi Rusia sudah mengangkat kopernya pada perundingan hari Minggu kemarin. Dan tiga jam kemudian, wakil menteri luar negeri Cina, Wu Dawei mengumumkan jeda perundingan.
Wu Dawei: „Dalam babak keempat perundingan enam negara, sasaran bersama adalah membuat semacam acuan, untuk pembentukan zona bebas senjata atom di semenanjung Korea. Dalam 13 hari perundingan semua delegasi berusaha keras untuk mencapai sasaran akhir tersebut. Jika kerja keras itu diibaratkan dengan naik gunung, semua delegasi sudah melihat puncaknya. Sasarannya sekarang, dengan memberikan jeda, dalam perundingan lanjutan, puncak tersebut akan dapat dicapai lebih mudah lagi.“
Di pekan-pekan mendatang setelah tanggal 29 Agustus, para pihak yang terlibat akan kembali melakukan pertemuan di Beijing. Sejauh ini, semua delegasi menyatakan akan berusaha menciptakan sebuah semenanjung Korea yang bebas senjata atom. Korea Utara dijanjikan mendapat jaminan keamanan, pengakuan sebagai negara serta pemasokan bantuan jika menyepakati pemecahan masalah bersama secara bertahap. Menurut laporan Kantor Berita Rusia, itulah posisi perundingan terakhir. Ketua delegasi Rusia menyatakan, semua pihak sudah menyepakati 95 persen dari pokok perundingan. Akan tetapi, sisa ketidak-sepahaman yang hanya tinggal lima persen itulah yang amat menentukan.
Korea Utara menuntut kepada Amerika Serikat agar diizinkan memanfaatkan instalasi atomnya untuk tujuan sipil. Amerika Serikat memang tidak menolak tuntutan ini. Namun sebaliknya juga menuntut agar Korea Utara mula-mula meratifikasi lagi kesepakatan non-profilerasi senjata atom, serta mengizinkan pemeriksaan instalasi atomnya. Dengan begitu hendak ditegaskan jaminan, bahwa Pyongyang benar-benar memanfaatkan instalasi atomnya untuk tujuan damai, dan tidak secara diam-diam menyalah-gunakannya untuk tujuan militer.
Wakil menteri luar negeri Cina, Wu Dawei mengharap, perbedaan pendapat yang masih tersisa hendaknya dapat diperkecil pada masa jeda tersebut. Namun Wu mengatakan, tidak dapat memastikan dapat tercapainya kesepakatan bersama, setelah masa jeda perundingan. Prinsip dari perundinan enam negara adalah mencapai konsensus melalui perundingan, yang tentu saja amat sulit. Kesulitan inilah yang harus dipecahkan.
Beijing sejauh ini tidak menyebutkan gagalnya perundingan enam negara babak keempat tersebut. Masa jeda merupakan pemberian kesempatan kepada anggota delegasi untuk membahas masalah secara tenang dengan masing-masing kepala negaranya. Untuk kemudian kembali berunding di Beijing.
Akan tetapi, kelihatannya Kim Jong Il kali ini pun bermain-main dengan waktu. Jika Korea Utara memang benar-benar negara adidaya atom, seperti yang diumumkannya bulan Februari lalu, Presiden Korea Utara itu memang tidak perlu tergesa-gesa. Sebab sementara ini, dialah yang memegang kartu truf. Negara adidaya nomor satu di dunia, yakni Amerika Serikat, tentu saja harus hati-hati bertindak dibanding menghadapi negara yang tidak memiliki senjata atom.