1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialEropa

Perusahaan IT dan NGO Berjaringan Bantu Ukraina

Jo Harper
22 Maret 2022

Kampanye #TechForUkraine ingin menghubungkan kelompok bantuan dengan perusahaan IT yang bersedia memberi layanan secara gratis. Fokusnya adalah distribusi bantuan dan melawan serangan siber Rusia.

Dua pendiri dan direktur Tech To The Rescue (TTTR)  Jacek Siadkowski (kiri) dan Daniel Di Giusto (kanan)
Dua pendiri dan direktur Tech To The Rescue (TTTR) Jacek Siadkowski (kiri) dan Daniel Di Giusto (kanan)Foto: Piotr Waniorek/zelaznastudio.pl

Tech To The Rescue (TTTR) — organisasi nirlaba yang berbasis di Polandia berusaha menghubungkan NGO yang membutuhkan dukungan IT dengan perusahaan yang bersedia menyediakannya. Dari koordinasi bantuan, TTTR kini mengalihkan fokusnya untuk membantu perusahaan Ukraina menghadapi serangan siber dari Rusia.

Didirikan pada Maret 2020, TTTR awalnya dibentuk sebagai kolaborasi 10 perusahaan teknologi Eropa Tengah. Sejak itu, sudah 250 perusahaan teknologi dan 300 organisasi nirlaba bergabung dengan platform ini.

Ketika invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada 24 Februari, TTTR lalu meluncurkan kampanye #TechForUkraine, yang hingga kini mempertemukan 24 organisasi nirlaba dengan perusahaan IT untuk mengembangkan solusi digital. Awalnya ditujukan untuk mengatasi krisis kemanusiaan, distribusi sumber daya, pembayaran terintegrasi, dan pengambilan keputusan berdasarkan data. Sekarang juga fokus pada bidang keamanan siber,

"Puluhan ribu orang segera bergabung dengan gelombang bantuan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang datang dari negara-negara tetangga dan di seluruh dunia, dan telah menyelamatkan banyak nyawa," kata Jacek Siadkowski, salah satu pendiri dan direktur TTTR.

"Sekarang, bantuan yang melimpah ini perlu ditata, dikoordinasikan dan dioptimalkan. Teknologi adalah kunci untuk mengkoordinasikan semua upaya kemanusiaan,” jelasnya.

Perang Siber dalam Konflik di Ukraina

01:15

This browser does not support the video element.

Prakarsa luas

Sejak peluncuran kampanye #TechForUkraine, sudah lebih dari 450 perusahaan IT dari 40 negara yang bersedia mendukung NGO secara gratis dan membantu mereka mengatasi tantangan digital prioritas tinggi dan memperluas jangkauan mereka. 60 organisasi nirlaba dari Polandia, Ukraina, Rumania, Republik Cheska, Denmark, Jerman, Belanda, dan AS telah mengajukan proyek-proyek.

Perusahaan yang terlibat termasuk perusahaan besar seperti Amazon Cloud Services, Orange, Salesforce, Allegro, Netguru dan Divante. Sejauh ini, 24 proyek telah diwujudkan, termasuk sosua.help, sebuah platform yang mengumpulkan tawaran dukungan terverifikasi untuk pengungsi dari Ukraina.

"Platform ini dibuat atas inisiatif orang-orang yang berniat baik, yang memutuskan untuk bergabung dan menciptakan solusi digital gratis yang akan memberikan bantuan nyata kepada para korban perang di Ukraina,” kata Jagoda Trela dari ID Advisory dan Alina Bieniek dari Clevsoft , koordinator proyek itu.

Sejumlah organisasi nirlaba di Ukraina telah bergabung dengan kampanye #TechForUkraine, menyerukan dukungan dari industri teknologi internasional. Mereka termasuk Layanan Sukarelawan Ukraina (Українська олонтерська а), sebuah organisasi nirlaba yang misinya menciptakan budaya kesukarelaan dan saling membantu di Ukraina untuk mendukung warga lanjut usia yang membutuhkan bantuan.

Ukraina perlu beradaptasi dengan cepat

Tujuan TTTR termasuk mempekerjakan analis yang akan membantu NGO memetakan kebutuhan teknologi mereka. Organisasi ini juga ingin berinvestasi untuk layanan dalam bahasa lokal dan mempekerjakan perwakilan lokal TTTR, yang akan memudahkan akses ke organisasi nirlaba lokal.

Tujuan lainnya adalah, membangun model respons kemanusiaan untuk meringankan penderitaan jutaan orang jika terjadi krisis.

"Organisasi-organisasi di Ukraina harus menyesuaikan struktur dan rencana aksi mereka dengan persyaratan dunia digital,” kata Bogdan Maslych, kepala yayasan Ukraina GURT Resource Center, ketika berbicara dengan portal Business Insider.

"Yayasan seringkali tidak memiliki sumber daya sendiri untuk membangun solusi teknologi yang efektif. Kami membutuhkan dukungan para profesional, karena digitalisasi adalah kebutuhan saat ini. Tanpa itu, sulit untuk melakukan kegiatan bantuan dan memberikan pengaruh pada masyarakat," pungkas Maslych.

(hp/as)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait