Presiden Joko Widodo mengatakan tiga presiden berikutnya akan memiliki tugas besar untuk menyongsong era bonus demografi, sebuah momen di mana usia produktif di Indonesia mendominasi struktur kependudukan.
Iklan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan wejangan penting untuk presiden berikutnya yang akan menjabat di tahun 2024, 2029, hingga 2034. Dia meyakini presiden berikutnya memiliki peran sentral sebagai penentu apakah Indonesia bisa jadi negara maju atau tidak.
Menurut Jokowi, tiga presiden berikutnya akan memiliki tugas besar untuk menyongsong era bonus demografi bagi Indonesia. Bonus demografi sendiri kemungkinan akan dirasakan Indonesia di tahun 2030-an, di momen tersebut usia produktif di Indonesia bakal mendominasi struktur kependudukan.
"Maka saya berkali-kali menyampaikan betapa pentingnya kepemimpinan nasional di tahun 2024, tahun 2029, dan tahun 2034. Karena di situ kunci menentukan negara ini bisa jadi negara maju atau tidak," beber Jokowi saat meresmikan pembangunan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, disiarkan virtual, Rabu (03/01).
Jokowi menekankan pemimpin berikutnya harus paham dan punya rencana jangka panjang untuk membawa negara ini menjadi maju. Dia mewanti-wanti jangan sampai bonus demografi disia-siakan karena Indonesia cuma punya kesempatan sekali untuk merasakan hal tersebut.
Membangkitkan Kesadaran terhadap Sejarah Peristiwa Tahun 1965
Soe Tjen Marching mengingatkan kaum muda Indonesia agar bersikap kritis terhadap sejarah, ketika memperkenalkan bukunya “Yang Tak Kunjung Padam. Narasi Eksil Indonesia di Jerman” di Frankfurt, Jerman.
Foto: Camilla Azalea/DW
Membangkitkan kesadaran terhadap sejarah 1965
Pada 21 Mei 2023, acara webinar dan diskusi buku Soe Tjen Marching yang berjudul “Yang Tak Kunjung Padam” digelar di gedung KJRI Frankfurt oleh Persatuan Masyarakat Indonesia Frankfurt (Permif). Menceritakan banyak tentang peristiwa 1965 dan pengalaman para anggota eksil, acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran bagi bangsa Indonesia untuk berpikir kritis tentang sejarahnya.
Foto: Camilla Azalea/DW
Antusias tinggi dari hadirin peserta diskusi
Puluhan orang hadir secara langsung dan juga melalui zoom untuk mengikuti acara diskusi buku dan pemaparan oleh Soe Tjen Marching (penulis) dan Dr Willy Wirantaprawira (eksil Indonesia di Jerman).
Foto: Camilla Azalea/DW
Sambutan pembukaan oleh Konsul Jenderal Acep Somantri
"Usai peristiwa 1965 banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri kehilangan kewarganegaraanya. Generasi penerus yang seharusnya kembali ke Indonesia untuk mengamalkan ilmunya, harus bertahan di luar negeri," kata Konsul Jenderal RI di Frankfurt Acep Somantri di saat pembukaan acara.
Foto: Camilla Azalea/DW
Kisah tragis seorang eksil Indonesia
Dr Willy Wirantaprawira membagikan pengalamannya sebagai salah satu Mahid, sebutan untuk para Mahasiswa Ikatan Dinas yang dikirim oleh Indonesia ke luar negeri, yang setelah peristiwa 1965 menjadi eksil di Jerman. Selain Dr Willy, terdapat banyak kisah eksil Indonesia di Jerman yang diceritakan dalam buku.
Foto: Camilla Azalea/DW
Harapan Soe Tjen untuk bangsa Indonesia
Motivasi Soe Tjen untuk menggali sejarah peristiwa 65 berawal ketika ia menyadari bahwa informasi tentang itu sangat terbatas. Kini dengan dokumen CIA yang sudah tersedia untuk publik, ia menunjukan bahwa banyak yang tercatat dalam sejarah resmi RI tidak benar. “Teruslah berpikir dengan kritis. Galilah fakta dan jangan berhenti bertanya,” pesan Soe Tjen.
Foto: Camilla Azalea/DW
Sesi tanya jawab
Diskusi buku Yang Tak Kunjung Padam diakhiri dengan sesi tanya jawab, yang disambut hadirin dengan antusias.
Foto: Camilla Azalea/DW
Terbitan baru tahun 2023
Buku Yang Tak Kunjung Padam. Narasi Eksil Indonesia di Jerman" diterbitkan bulan Maret 2023 oleh EA Books Beberapa eksemplar tersedia di acara diskusi buku di Frankfurt yang bisa dibeli para peserta diskusi. (ca/hp)
Foto: Camilla Azalea/DW
7 foto1 | 7
"Saya sampaikan berhati-hati, kita semuanya harus hati-hati karena ini kesempatan yang diberikan sekali dalam peradaban sebuah negara. Gerbangnya sudah keliatan, tinggal buka dan ngisinya bagaimana," kata Jokowi.
"Kalau buka dan ngisinya bener dan tepat itulah negara maju Indonesia yang kita impikan akan bisa kita capai," tegasnya.
Dia juga menilai pembangunan sumber daya manusia harus bisa menopang dan menjadi kunci utama lompatan Indonesia menjadi negara maju. Kebutuhan talenta masa depan harus diciptakan dari sekarang.
"Tapi bukan skill saja, bukan urusan talent saja tapi urusan character building itu juga jadi kunci bagi pembangunan SDM seutuhnya," pungkas Jokowi. (ha)