Pesantren al-Hidayah Didik Putra Teroris Jauhi Faham Radikal
2 Agustus 2017
Bekas narapidana teror membangun pesantren untuk mendidik putra teroris agar tidak terpengaruh ideologi radikal. Mereka ditampung karena sering mengalami diksriminasi lantaran kejahatan orangtuanya.
Iklan
Seperti banyak pesantren lain di Sumatera, pesantren Al-Hidayah di Deliserdang didirikan ala kadarnya dengan bangunan sederhana dan ruang kelas terbuka beralas tanah.
Perbedaan paling mencolok justru bisa dilihat pada sosok Khairul Ghazali, pemimpin pondok yang merupakan bekas teroris. Dia pernah mendekam empat tahun di penjara setelah divonis bersalah ikut membantu pendanaan aktivitas terorisme.
Bersama Pesantren al-Hidayah Ghazali mengemban misi pelik. Ia menampung putra mantan jihadis dan bersumpah melindungi santri-santrinya dari pengaruh ideologi radikal. Radikalisme "melukai anak-anak kita yang tidak berdosa," ujar pria yang dibebaskan 2015 silam itu.
Saat ini Pesantren al-Hidayah menampung 20 putra bekas teroris. Sebagian pernah menyaksikan ayahnya tewas di tangan Densus 88. Beberapa harus hidup sebatang kara setelah ditinggal orangtua ke penjara.
Buah Haram Wahabisme
Sejak lama dunia mengkhawatirkan paham Wahabisme sebagai wadah terorisme global. Ajaran puritan itu diyakini tidak cuma menjadi rumah ideologi, tapi penganutnya juga ikut membiayai tindak terorisme di Timur Tengah.
Foto: Reuters/C. Barria
Wahabisme Telurkan Radikalisme?
Sejak 2013 silam parlemen Eropa mewanti-wanti terhadap paham Wahabisme. Bahkan Dewan Fatwa Malaysia menilai faham tersebut kerap melahirkan pandangan radikal dan bisa berujung pada tindak terorisme. Pasalnya Wahabisme menganut prinsip pemurnian Islam. Bentuknya yang cenderung eksklusif dan intoleran terhadap ajaran lain membuat penganut Wahabisme rentan terhadap radikalisasi.
Foto: Reuters
Sumber Ideologi
Kebanyakan kelompok teror dari Nigeria, Suriah, Irak hingga ke Pakistan mengklaim Wahabisme atau Salafisme sebagai ideologi dasar. Al-Qaida, Islamic State, Taliban, Lashkar-e-Toiba, Front al Nusra dan Boko Haram adalah kelompok terbesar yang jantung ideologinya merujuk pada paham Islam puritan itu.
Foto: picture-alliance/dpa
Propaganda dari Riyadh
Hingga kini pemerintah Arab Saudi sudah mengucurkan dana hingga 100 miliar dolar AS untuk mempromosikan paham Wahabisme ke seluruh dunia. Sebagai perbandingan, Uni Soviet cuma menghabiskan dana propaganda Komunisme sebesar 7 miliar dolar AS selama 70 tahun sejak dekade 1920-an. Pakar keamanan mencurigai, sebagian dana dakwah itu disalahgunakan untuk membiayai terorisme.
Foto: picture-alliance/dpa/T. Brakemeier
Dana Gelap di Musim Haji
Pada nota rahasia senat AS dari tahun 2009 yang bocor ke publik, calon presiden AS Hillary Clinton menyebut hartawan Arab Saudi sebagai "donor terbesar" kelompok terorisme di seluruh dunia. Biasanya teroris memanfaatkan musim haji untuk masuk ke Arab Saudi tanpa mengundang kecurigaan aparat keamanan.
Foto: AFP/Getty Images/M. Al-Shaikh
Bisnis Perang
Penyandang dana teror terbesar di Arab Saudi tidak lain adalah hartawan berkocek tebal. Dengan mengandalkan uang minyak, mereka secara langsung atau tidak langsung menyokong konflik bersenjata di Pakistan atau Afganistan. Hal tersebut terungkap dalam dokumen rahasia Kementerian Pertahanan AS yang bocor di Wikileaks.
Foto: Getty Images/AFP/A. Karimi
Sumbangan buat Laskar Tuhan
Kelompok teroris tidak jarang menggunakan perusahaan atau yayasan untuk mengumpulkan dana perang. Lashkar-e-Toiba di Pakistan misalnya menggunakan lembaga kemanusiaan Jamaat-ud Dakwa, untuk meminta sumbangan. Kedoknya adalah dakwah Islam. Salah satu sumber dana terbesar biasanya adalah Arab Saudi.
Foto: AP
Senjata dari Emir
Arab Saudi bukan satu-satunya negara Islam yang menyokong terorisme. Menurut catatan Pentagon yang dipublikasikan majalah The Atlantic, Qatar membantu Jabhat al-Nusra dengan perlengkapan militer dan dana. Kelompok teror tersebut sempat beroperasi sebagai perpanjangan tangan Al-Qaida di Suriah. Jerman juga pernah melayangkan tudingan serupa terhadap pemerintah Qatar ihwal dana untuk Islamic State
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Jebreili
Dinar untuk al Nusra
Tahun 2014 silam Washington Post memublikasikan laporan yang mengungkap keterlibatan Kuwait dalam pembiayaan kelompok teror di Suriah, seperti Jabhat al Nusra. Laporan yang berlandaskan kesaksikan perwira militer dan intelijen AS itu menyebut dana sumbangan raksasa senilai ratusan juta dolar AS.
Foto: Reuters/H. Katan
Dukungan "tak langsung"
Harus ditekankan tidak ada bukti keterlibatan kerajaan al-Saud dalam berbagai aksi teror di seluruh dunia. Namun pada serangan teror 11 September 2001 di New York, AS, komite bentukan senat menemukan bahwa pelaku memiliki hubungan "tidak langsung" dengan kerajaan dan "mendapat dukungan dari kaum kaya Saudi dan pejabat tinggi di pemerintahan."
Foto: AP
Pencegahan Setengah Hati
Sejauh ini pemerintah Arab Saudi terkesan setengah hati membatasi transaksi keuangan gelap untuk pendanaan terorisme dari warga negaranya. Dalam dokumen rahasia Kementerian Pertahanan AS yang bocor ke publik, Riyadh misalnya aktif melumat sumber dana Al-Qaida, tapi banyak membiarkan transaksi keuangan untuk kelompok teror lain seperti Taliban atau Lashkar-e-Toiba.
Foto: picture-alliance/dpa/Saudi Press Agency
Bantahan Riyadh
Namun Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, membantah hubungan antara ideologi Wahabi dengan terorisme. "Anggapan bahwa Saudi membiayai ekstremisme atau Ideologi kami menyokong ekstremisme adalah omong kosong. Kami aktif memburu pelaku, uang dan dalang di balik tindak terorisme," tukasnya.
Foto: Reuters/C. Barria
11 foto1 | 11
Abdullah bersama kedua adiknya dikirim oleh sang ibu ke Pesantren al-Hidayah setelah kerap mengalami perundungan di sekolah. "Saya berhenti di kelas tiga dan harus hidup berpindah," ujarnya. "Saya dikatai sebagai anak teroris ketika ayah saya di penjara. Saya sangat sedih." Pengalaman tersebut berbekas pada bocah berusia 13 tahun itu. Suatu saat ia ingin menjadi guru agama.
"Ada banyak orang yang mengklaim mengetahui Islam tapi sebenarnya mereka tidak tahu apa itu Islam dan bagaimana mempraktikkannya."
Padahal sejak awal keberadaan Pesantren al-Hidayah banyak menuai amarah penduduk lokal. Mulai dari papan nama yang dibakar hingga laporan ke kepolisian, niat baik Ghazali dihadang prasangka warga.
Tolak Teror - Ciptakan Wajah Baru Afghanistan
Desainer fesyen asal Amsterdam Nawed Elias menolak citra Afghanistan yang dicemari terorisme. Dengan desain inovatifnya, ia ingin mengubah secara radikal citra Afghanistan di mata dunia.
Foto: DW/Masood Saifullah
'Bangkit dari Debu'
Di dunia barat, pakaian tradisional Afghanistan kerap diasosiasikan dengan perang, juga citra pria radikal islam yang mengenakan turban dan jubah panjang. Tapi pakaian ini sebenarnya bagian kebudayaan kaya Afghanistan. Dalam pameran mode di Amsterdam, perancang busana Nawed Elias berupaya menepis pandangan buruk lewat pameran berjudul "Rise from the Ashes."
Foto: DW/Masood Saifullah
Menengok Sejarah Panjang
Desainer busana campuran Afghanistan-Belanda itu menunjukkan karyanya di berbagai negara. Labelnya "Zazai" menunjukkan cintanya kepada negara asal dan akar budayanya.
Foto: DW/Masood Saifullah
Suara dan Gambaran Perang
Elias (paling depan) lahir di Afghanistan 1993. Ketika itu, perang saudara mematikan sudah berkecamuk di negaranya. Aktornya berbagai kelompok Mujahidin, yang berusaha mengambil alih kekuasaan atas ibukota Afghanistan Kabul, setelah Uni Sovyet menarik diri dari sana. Elias mengingat jelas suara dan gambar-gambar dari perang, dan ini membentuk karya-karyanya.
Foto: DW/Masood Saifullah
Warna-Warna Afghanistan
Dengan inspirasi dari berbagai daerah di Afghanistan, desain Zazai, yaitu warna dan polanya, menggambungkan modernitas dan tradisi. Mereka menampilkan ciri berbeda karen berpadu dengan kebudayaan Barat.
Foto: DW/Masood Saifullah
Di Balik Panggung
Sebelum para peraga busana naik panggung, Elias mengadakan pengecekan terperinci. Elias bekerja secara teliti bersama model dan mempersiapkan mereka secara individual, sehingga visinya bisa tampak sebaik mungkin.
Foto: DW/Masood Saifullah
Terbelenggu pada Kekerasan
Pagelaran busana karya Elias lebih dari sekedar para model yang berjalan di atas panggung. Misalnya, koreografi peragaan busana berjudul "Rise from the Ashes" dibuat juga sebagai gambaran sejarah Afghanistan, negara di mana perang dan serangan bom mengamuk. Foto: gambaran Afghanistan yang terbelenggu dalam kekerasan.
Foto: DW/Masood Saifullah
Secercah Harapan
Perancang mudah itu percaya, generasi muda adalah jaminan masa depan Afghanistan. "Ia ingin memberikan generasi muda perspektif alternatif," demikian dikatakannya kepada DW. "Generasi musah tidak boleh ikut pemimpin secara buta. Foto: seorang model menggendong anak kecil, yang jadi gambaran secercah harapan.
Foto: DW/Masood Saifullah
Pernyataan Politik
Elias sudah tinggal lama di luar negeri. Tapi ia tetap punya pandangan politik kuat tentang Afghanistan. Lewat karyanya ia mengkritik politik Afghanistan, para pemimpin yang berperang dan korupsi. "Tentu saja saya punya pernyataan politik, dan saya tidak malu untuk menunjukkannya lewat karya saya," katanya.
Foto: DW/Masood Saifullah
8 foto1 | 8
Beruntung pesantrennya dilindungi oleh kepolisian karena menjadi bagian dari program deradikalisasi pemerintah. Al-Hidayah acap disambangi tokoh masyarakat, entah itu pejabat provinsi atau perwira militer dan polisi. Bahkan pejabat badan antiterorisme Belanda pernah menyambangi pesantren milik Ghazali buat menyimak strategi lunak Indonesia melawan radikalisme.
Namun keberadaan al-Hidayah ibarat setetes air di tengah gurun pasir. Menurut Ghazali saat ini terdapat lebih dari 2.000 putra atau putri jihadis yang telah terbunuh atau mendekam di penjara. Menurutnya mereka terancam terseret menjadi gerilayawan baru dalam jihadisme berdarah di Indonesia.
Tarung Bebas "Pencak Dor" dari Pesantren Lirboyo
Bertarung secara bebas. Segala ilmu bela diri yang dikuasai boleh dikerahkan. Tegang dan mencekam, demikian pertarungan para pendekar di Pesantren Lirboyo, Kediri.
Foto: Getty Images/I. Ifansasti
Digemari penonton
Pencak Dor sudah dikenal sejak tahun 1960-an. Seni bela diri gaya bebas ini sangat di gemari oleh masyakarat di Kediri. Setiap kali pertandingan ini digelar, ratusan hingga ribuan penonton hadir memadati arena menyaksikan para pendekar bertarung.
Foto: Getty Images/I. Ifansasti
Bertarung dengan gaya bebas
Saling jotos, tendang dan banting, tak jarang peratung mencekik lawan tandingnya. Pertarungan Pencak Dor memicu adrenalin sebab setiap petarung bebas gunakan berbagai ilmu bela diri yang dimilikinya. Suasana begitu menegangkan. Masing.masing pihak yang bertanding membawa kehormatan perguruan silatnya masing-masing.
Foto: Getty Images/I. Ifansasti
Lahir dari pesantren
Dikutip dari Merdeka, awalnya kegiatan Pencak Dor diprakarsai Kiai Agus Maksum Jauhari yang merupakan cucu pendiri pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Kiai Haji Abdul Karim. Pencak dor dilahirkan di Pesantren Lirboyo yang terletak di lembah gunung Willis, Kota Kediri. Sejak tahun 1960- an pesantren ini juga dikenal sebagai tempat pengkaderan pendekar silat dari kalangan santri.
Foto: Getty Images/I. Ifansasti
Tujuan kegiatan
Tujuan kegiatan ini adalah menjalin tali silaturahmi sesama pendekar dan menjadi wadah dakwah pemuda. Disebutkan, latar belakang dibentuknya wadah kegiatan ini adalah ketika cucu pendiri pondok pesantren ini sering melihat terjadi perkelahian antar remaja di Kediri pada masa itu. Ia merasa prihatin atas kondisi itu.
Foto: Getty Images/I. Ifansasti
Menjadi wadah meluapkan emosi pemuda
Gus Maksum kemudian mempertemukan pemuda-pemuda itu untuk bertarung satu lawan satu dalam gelanggang Pencak Dor berukuran 8 x 4 meter. Bentungnya mirip dengan arena tinju, namun pembatas berupa bambu. Di arena ini diharapkan pemuda-pemuda itu bisa selesaikan perselisihan secara adil tanpa mengurangi rasa persaudaraan.
Foto: Getty Images/I. Ifansasti
Lebih dekat ketika usia bertarung
Lebih-lebih lagi, usai pertarungan, biasanya para pendekar dapat lebih saling mengenal satu sama lain. Mereka bisa saling bertukar pengalaman dalam ilmu bela diri. Tidak boleh ada dendam usia pertarungan digelar. Sehingga, di pesantren ini, selain melahirkan santri-santri yang menguasai ilmu agama, juga tumbuh para santri yang menguasai ilmu bela diri.
Foto: Getty Images/I. Ifansasti
Keselamatan tetap yang utama
Luka, berdarah, lebam dan memar-memar. Meski ini jenis pertarungan bebas, keselamatan petarung tetap jadi prioritas yang utama.
Foto: Getty Images/I. Ifansasti
Wasit wajib punya kemampuan lebih
Ada dua wasit yang mengawasi tiap pertarungan digelar. Tugas mereka di antaranya melerai kedua petarung jika kondisi pertarungan makin mencekam. Para wasit wajib memiliki kemampuan bela diri tinggi dan menguasai berbagai ilmu bela diri, mulai dari pencak silat, karate, judo, dll.
Foto: Getty Images/I. Ifansasti
Menjaga tradisi
Kegiatan pencak dor berupa tarung bebas ini dkini digelar lebih pada upaya untuk mempertahankan tradisi Pondok Lirboyo.
(ed: ap/as/merdeka/radarkediri)
Foto: Getty Images/I. Ifansasti
9 foto1 | 9
Sebab itu pemerintah membantu pembangunan pesantren baru di Lamongan, Jawa Timur, yang mampu menampung hingga 100 santri. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius menilai Ghazali "sepenuhnya berubah" dan telah kembali ke jalan yang benar. "Negara harus mendukungnya karena orang tidak menjadi radikal dalam sehari atau dua hari, tapi melalui pross panjang. Jadi program deradikalisasi juga butuh waktu yang lama," katanya.
rzn/ap (ap, kompas)
Bermain Sepak Bola Api
Sepak bola yang satu ini unik. Yang diperebutkan para pemain adalah bola berapi. Sepak bola api biasanya dimainkan di pesantren-pesantren di tanah air.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Bukan sembarang bola
Begitu peluit dibunyikan, para pemain berlarian mengejar bola. Namun bola yang diperebutkan bukan si kulit bundar biasa, melainkan bola berapi. Inilah kegiatan uji nyali anak-anak remaja di beberapa pesantren di pulau Jawa.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Permainan khas para santri
Awalnya pertandingan sepakbola api dilakukan terbatas di pesantren-pesantren. Tapi kini permainan yang unik itu tak cuma digelar di pesantren, melainkan juga di sekolah-sekolah umum atau oleh warga biasa di jalanan.
Foto: Getty Images/O. Siagian
Jangan disundul
Bola api menggelinding dan berputar-putar di lapangan. Berpindah dari kaki satu pemain ke pemain lain Kadang bola berapi melesat di udara, tapi para pemain lazimnya tidak melakukan sundulan bola, karena risikonya rambut bisa terbakar hingga gundul.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Bola dari kelapa direndam minyak
Bola biasanya dibuat dari buah kelapa utuh yang direndam dalam minyak tanah selama beberapa hari yang kemudian dibakar. Api menyala melalap serabut kelapa. yang didaikan bola dan bisa menyala cukup lama.
Foto: Getty Images/O. Siagian
Nekad tanpa alas kaki
Satu tim biasanya terdiri dari lima orang pemain, tapi kadang hanya terdiri dari empat orang. Aturannya fleksibel dan bisa bervariasi. Permainan dengan bola api panas itu, bahkan sering dilakukan pemain dengan telanjang kaki.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Durasi permainan fleksibel
Durasi pertandingan juga fleksibel tidak seperti sepak bola sungguhan.dengan aturan 2x45 menit. Pertandingan sepakbola api jauh lebih pendek waktunya. Biasanya 2 X 7 menit atau 2x10 menit saja. Namun dalam berbagai laga bergengsi bisa juga selama 2x30 menit!
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Perempuan juga boleh main
Ini adalah perempuan penduduk Tebet,Jakarta yang bermain sepak bola api. Permainan ini lebih sering dimainkan pada bulan suci Ramadhan, seusai shalat tarawih. Anda pernah atau mau mencoba? Ed.: ap/as(berbagai sumber)