1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pesawat Perancis Lepaskan Tembakan Pertama di Benghazi

19 Maret 2011

Pesawat tempur Perancis menghancurkan empat tank militer Libya di bagian barat daya Benghazi. Menlu Libya bersikeras kekuatan pendukung Gaddafi tidak akan membalas dan mengakhiri segala bentuk operasi militer.

Pesawat F-16 Denmark, salah satu partner koalisi Prancis
Pesawat F-16 Denmark, salah satu partner koalisi PrancisFoto: AP

Zona pengawasan aksi militer internasional meliputi 100 hingga 150 kilometer di sekitar Benghazi. Wilayah yang menjadi pusat peperangan kaum pemberontak dan militer pendukung Muammar Gaddafi. Militer Amerika Serikat berencana menghancurkan sistem pertahanan Libya, seperti radar dan rudal anti serangan udara.

Masyarakat internasional melancarkan intervensi militer terhadap Libya, tak lama setelah sidang darurat di Perancis. Sebelumnya, narasumber dari pemerintah Perancis mengatakan, segala persiapan sudah rampung dan siap bergerak, yang ditunggu hanya keputusan politik. Diharapkan intervensi bisa menghentikan gempuran tentara yang setia kepada penguasa Muammar al-Gaddafi.

Hingga hari Sabtu, Benghazi terus mengalami gempuran, begitu ungkap seorang saksi mata. Disebutkan, di pagi hari sebuah pesawat tempur berhasil ditembak jatuh oleh kelompok penentang Gaddafi. Terdengar rangkaian ledakan sesudah itu, seorang saksi mata mengatakan, "Gaddafi membunuhi keluarga, anak lelaki dan perempuan, Gaddafi berbahaya". Tampaknya, serangan terhadap rakyat sipil ternyata tidak berhenti.

Gencatan Senjata Sebagai Reaksi

Dewan Keamanan PBB Kamis lalu, menetapkan pemberlakuan zona larangan terbang di wilayah udara Libya. Jumat kemarin PBB mengeluarkan resolusi, yang mendukung keputusan Dewan Keamanan itu. Sementara pemerintah Libya mengaku telah memberlakukan gencatan senjata.

Saat konferensi pers di PBB, Wakil Menlu Libya, Khaled Kaiim bahkan mengundang tim pengamat untuk datang ke Libya. Ia mengatakan, "Kami meminta pengamat dari Malta, China, Jerman dan Turki untuk berkunjung ke Libya dalam waktu dekat, sesegera mungkin untuk membuktikan sendiri bahwa kami betul-betul memberlakukan gencatan senjata".

Ledakan di pinggiran Benghazi hari Sabtu (19/3)Foto: dapd

Khaled Kaiim lalu mengatakan, belakangan pihak anti pemerintah telah melakukan sejumlah pelanggaran hak azasi manusia. Ungkapnya, “Keberadaan militer Libya di banyak kota adalah untuk melindungi rakyat. Hal ini tidak berhubungan dengan keputusan gencatan senjata. Bagi kami gencatan senjata berarti bahwa tidak ada operasi militer apapun, baik yang besar maupun yang kecil. "

Gaddafi Mengancam Balik

Di pihak lain, jurubicara kaum penentang Gaddafi, Khalid al Sayeh mengaku bahwa militer Gaddafi menyerbu dari arah Barat. Menurut Al-Sayeh, juga kota-kota Zintan, Ajdabiya, dan Misrata menjadi sasaran serangan militer Libya. Disebutkan, kelompok perlawanan dipukul mundur ke pinggiran kota dan masih menunggu bantuan dari dunia Barat.

Sementara itu di Paris hari Sabtu (19/3) ini, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy menggelar pembicaraan dengan Pejabat Tinggi UE untuk urusan luar negeri Catherine Ashton, Kanselir Jerman Angela Merkel, PM Inggris Cameron, perwakilan Liga Arab dan Menlu AS Hillary Clinton.

Perancis bersama Inggris secara khusus mendesak dilakukannya intervensi militer di Libya. Juga Presiden AS, Barack Obama mengancam tindakan militer, apabila Gaddafi tidak menghentikan serangan terhadap rakyat Libya. Tandasnya, “Ketentuan ini tidak untuk dinegosiasi. Bila Gaddafi tidak mematuhi resolusi ini masyarakat internasional akan memaksakannya melalui aksi militer".

Sementara itu Gaddafi yang mengancam kawasan Laut Tengah dan Eropa, menyebut resolusi PBB itu tanpa dasar dan merupakan sikap kolonialis.

rtr/afp/DW/Edith Koesoemawiria
Editor: Agus Setiawan

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait