Pesawat Turki Tergelincir, Seluruh Penumpang Selamat
15 Januari 2018
Pesawat maskapai Turki Pegasus Airline tergelincir hingga mendarat tepat di tepian Laut Hitam. Insiden di Trabzon dianggap keajaiban karena seluruh penumpang dan kru pesawat selamat dan tidak terluka.
Iklan
Suasana di dalam pesawat Pegasus ketika roda pesawat menyentuh bandara Trabzon, Turki, hari Sabtu (13/1/2018) pukul 23.45 waktu setempat berakhir panik. Maskapai berbiaya rendah yang sempat mendarat normal itu tergelincir hingga menabrak pembatas landasarn pacuan. Badan pesawat yang terbang ke Trabzon dari Ankaraitu berhenti dengan posisi menukik beberapa meter dari tepian Laut Hitam.
Dugaan awal menyebutkan bahwa pesawat tergelincir karena landasan pacu basah, namun dalam sebuah investigasi pilot berkomentar bahwa salah satu mesin pesawat mengalami gangguan hubungan arus listrik.
"Saat kami hendak melakukan manuver yang biasa kami lakukan ke arah kanan pantai, kami mengurangi kecepatan kami, namun tiba-tiba daya kecepatan mesin sebelah kanan bertambah karena suatu alasan yang tidak kami ketahui," kata pilot kepada tim penyelidik . "Karena kecepatan ini, pesawat lepas kendali kita dan tiba-tiba berayun ke kiri dan terjebak di dalam lumpur di tepi tebing," ujar pilot tersebut menambahkan seperti dikutip dari AFP.
Pegasus Tergelincir dan Selamat
00:56
Otoritas transportasi Turki kini mendalami penyebab pasti kecelakaan dengan memeriksa kotak hitam pesawat Boeing 737-800 tersebut. Kedua pilot dan seluruh kru juga menjalani pemeriksaan termasuk test pengecekan pernafasan.
Masih belum jelas apa yang menyebabkan penambahan daya pada salah satu mesin pesawat. Namun gambar yang dirilis kantor berita Turki, Dogan memperlihatkan salah satu mesin pesawat jatuh ke dalam air. Meski penerbangan berakhir dramatis, seluruh penumpang dan kru pesawat tidak terluka.
Daftar Pesawat Terbaik Buatan Indonesia
Sejak mulai berproduksi tahun 1979, PTDI telah menerbangkan lebih dari 400 pesawat dan helikopter buatan dalam negeri. Inilah produk unggulan industri kedirgantaraan Indonesia.
Foto: PT. Dirgantara Indonesia
CN295
Pesawat multiguna CN295 tidak diproduksi secara utuh di Indonesia. Pada 2011 PTDI membuat kontrak lisensi dengan Airbus Defense untuk memproduksi bagian buritan, termasuk sayap belakang. Selain itu PTDI juga mendapat lisensi untuk merakit CN295 di pabriknya di Bandung. Saat ini sembilan unit CN295 digunakan oleh TNI Angkatan Udara sebagai pesawat angkut.
Foto: PT. Dirgantara Indonesia
CN235-220 MPA
CN235-220 adalah varian terbaru burung besi yang sepenuhnya diproduksi di dalam negeri. Pesawat multiguna bermesin ganda ini paling banyak digunakan oleh militer Turki yang memiliki 59 unit. Hingga kini CN235-220 masih menjadi primadona unggulan PTDI.
Foto: PT. Dirgantara Indonesia
Komando Udara
Salah satu unit CN235 milik TNI saat ini digunakan sebagai pusat komando udara dan dilengkapi dengan sistem pendeteksi radar. Pesawat ini sempat digunakan untuk mencari bangkai pesawat Air Asia QZ8501 di langit Karimun Jawa pada 2014 silam. TNI juga menerjunkan CN235 untuk membantu pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang di Samudera Hindia.
Foto: Reuters(Antara Foto/E. Ireng
H215 Super Puma
Enam tahun setelah berdiri pada 1976, PTDI yang dulu bernama IPTN sudah mulai memproduksi helikopter multiguna Super Puma. Hingga kini H215 digemari karena desainnya yang fleksibel dan optimal untuk mengemban misi kemanusiaan.
Foto: PT. Dirgantara Indonesia
NC212
Dikembangkan sejak 1971, NC212 adalah pesawat penumpang untuk keperluan sipil. Sejak 2008 silam Airbus memindahkan produksi NC212 sepenuhnya ke Indonesia. Baru-baru ini PTDI meluncurkan versi teranyar NC212-400 yang didesain oleh Airbus di Spanyol. PTDI hingga kini telah memproduksi 105 unit NC212 yang banyak dijual ke negara jiran di Asia Tenggara.
Foto: PT. Dirgantara Indonesia
EC725 Super Cougar
EC725 alias H225M merupakan helikopter multiguna bermesin ganda untuk keperluan militer yang diproduksi secara berbarengan oleh Airbus dan PTDI. Kebanyakan EC725 digunakan sebagai helikopter angkut dan pernah diterjunkan di Afghanistan, Mali dan Libya. Belum lama ini TNI memesan lima unit EC725 dari PTDI.
Foto: PT. Dirgantara Indonesia
CASA CN-235
CN-235 awalnya dikembangkan sebagai pesawat patroli kelautan oleh CASA asal Spanyol dan IPTN yang kini berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia. Lantaran sifatnya yang praktis dan tahan banting, CN-235 masih digunakan hingga kini. Belum lama ini pemerintah Perancis membeli lusinan CN-235 setelah pengembangan pesawat angkut militer Airbus A400M mengalami keterlambatan.
Foto: PT. Dirgantara Indonesia
BELL 412EP
Helikopter yang diproduksi atas lisensi dari Bell Helicopter asal Amerika Serikat ini adalah salah satu produk unggulan PTDI. Tahun 2013 silam TNI menerima enam unit Bell 412EP. Sejak mendapat lisensi PTDI telah memproduksi 63 unit Bell 412EP, 30 diantaranya dipesan oleh TNI dan Polri.
Foto: PT. Dirgantara Indonesia
N219
Pesawat mini N219 didesain dan dikembangkan sepenuhnya oleh PTDI sebagai moda transportasi untuk kawasan pedalaman yang terpencil dan sulit dijangkau. PTDI mengklaim telah mendapat sekitar 200 pesanan dari berbagai maskapai nasional dan pemerintah daerah. Saat ini N219 masih berada dalam tahap akhir pengembangan dan dijadwalkan menjalani uji penerbangan pertama pada pertengahan 2017.
Foto: PT. Dirgantara Indonesia
AS565 MBe
Capung besi bernama AS565 MBe ini diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia setelah mendapat lisensi dari Airbus Helicopter. Dilengkapi dengan mesin ganda, helikopter yang di Eropa bernama Panther ini juga digunakan oleh TNI dan Badan SAR Nasional. Panther sejatinya juga bisa digunakan dalam misi medis, perang dan anti kapal selam. (rzn/hp, Sumber: PTDI, Kompas, Airbus, Bell)