Pesawat Ukraina Jatuh di Iran, Semua Penumpang Tewas
8 Januari 2020
Pesawat udara Boeing 737-800 milik maskapai internasional Ukraina, jatuh sesaat setelah lepas landas dari Bandara Imam Khomeini, Teheran, Iran. Semua penumpang yang berjumlah 170 orang dinyatakan tewas.
Iklan
Pesawat udara Ukraina yang membawa setidaknya 170 penumpang jatuh pada Rabu (08/01) karena masalah teknis sesaat setelah take off dari Bandar Udara Imam Khomeini di Teheran. Semua penumpang dinyatakan tewas, menurut televisi pemerintah Iran.
Pesawat Boeing 737 milik Maskapai Internasional Ukraina itu jatuh di dekat bandara dan terbakar.
"Api nya berkobar sangat besar sehingga kami tidak bisa menyelamatkan..kami memiliki 22 ambulans, empat bus ambulans dan sebuah helikopter di lokasi kejadian," kata Pirhossein Koulivand, Kepala Layanan Darurat Iran kepada televisi pemerintah.
Reza Jafarzadeh, juru bicara Organisasi Penerbangan Sipil Iran mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa jumlah penumpang di dalam pesawat adalah 170 orang.
Data penerbangan dari bandara menunjukkan bahwa pesawat Boeing 737-800 milik Maskapai Internasional Ukraina itu lepas landas Rabu pagi, lalu berhenti mengirim data sesaat setelah lepas landas, demikian menurut situs web FlightRadar24.
Pesawat serupa yang mengalami kecelakaan
Pesawat Boeing 737-800 adalah pesawat dengan single-aisle dan twin-enginejetliner yang umum digunakan untuk penerbangan jarak pendek dan menengah. Ribuan pesawat berjenis serupa banyak digunakan oleh maskapai penerbangan di seluruh dunia.
Pesawat jenis ini diperkenalkan pada akhir 1990-an dan merupakan model yang lebih tua dari Boeing 737 MAX, yang 'dikandangkan' selama hampir 10 bulan setelah terjadinya dua kecelakaan pesawat mematikan.
Sejumlah pesawat Boeing 737-800 telah mengalami kecelakaan mematikan selama bertahun-tahun.
Pada bulan Maret 2016, sebuah pesawat FlyDubai 737-800 dari Dubai jatuh saat mencoba mendarat di bandara Rostov-on-Don di Rusia dan menewaskan 62 penumpang.
Penerbangan pesawat 737-800 dari Dubai yang dioperasikan oleh Air India Express, jatuh pada Mei 2010 ketika mencoba mendarat di Mangalore, India dan menewaskan lebih dari 150 penumpang.
gtp/rap (AP, Reuters)
Cara Identifikasi Korban Kecelakaan Pesawat Terbang
Korban jatuhnya pesawat terbang seperti kasus Sriwijaya Air SJ182, seringnya sulit dikenali karena jasadnya rusak berat. Ilmu forensik memiliki metode standar untuk identifikasi korban yang sulit dikenali.
Foto: itestro/Fotolia.com
Sidik Jari atau Dactyloscopy
Korban tewas akibat jatuhnya pesawat atau tabrakan kereta api biasanya jumlahnya ratusan dan tidak utuh. Metode klasik identifikasi adalah dactyloscopy alias pelacakan sidik jadi. Nyaris tidak ada orang yang sidik jarinya identik. Dengan membandingkan sidik jari antemortem dan postmortem biasanya dapat dilacak jati diri korban.
Foto: picture alliance/ZB
Ciri Fisik atau Anthropometri
Jika jasad korban tidak rusak berat, berbagai ciri fisik juga dapat dijadikan acuan. Misalnya tanda tertentu pada tubuh, tahi lalat, bekas luka operasi, tatoo atau mungkin cacat tubuh. Beragam ciri bisa dicocokkan dan dilacak untuk menentukan jati diri korban.
Foto: AFP/GettyImages
Forensik Gigi atau Odontologi
Bentuk dan susunan gigi tiap orang juga unik. Di negara maju kebanyakan warganya rutin datang ke dokter gigi dan memiliki citra rekam gigi. Untuk korban kecelakaan yang jasadnya rusak berat, citra Röntgen gigi dengan segala ciri khasnya, termasuk gigi palsu atau yang dicabut bisa digunakan sebagai metode identifikasi jatidiri.
Foto: Fotolia/djma
Citra Röntgen
Salah satu metode identifikasi adalah dengan membandingkan citra rontgen saat masih hidup dan setelah meninggal. Misalnya melacak bekas kecelakaan, patah tulang atau deformasi lain. Namun sayangnya tidak banyak warga yang memiliki citra rontgen tubuh atau bagian tubuh. Tapi cara inipun sering digunakan untuk identifikasi korban kecelakaan pesawat atau bencana alam.
Sidik Jari Genetika
Metode paling anyar adalah melacak kode DNA yang merupakan sidik jari yang tidak bisa dipalsukan. Caranya dengan mengambil sampel DNA korban untuk dibandingkan dengan sampel sidik jari genetika orang terdekat, biasanya adik, kakak atau orang tua. Cara ini amat akurat tapi memerlukan penguasaan teknik dan waktu relatif lama.
Foto: Fotolia/Gernot Krautberger
Dari Kepolisian ke Kepentingan Sipil
Ilmu forensik mulai digunakan polisi pada abad ke-18 untuk lacak korban atau pelaku kejahatan. Pencarian jejak dan analisa material bukti di tempat kejadian perkara, biasanya mampu mengungkap jati diri korban kejahatan yang tidak dikenal, sekaligus menangkap tersangka pelaku. Kini metodanya makin diperluas hingga ke ranah masyarakat sipil terutama untuk identifikasi korban kecelakaan dan bencana.