Sebuah kejutan di Israel. Pergeseran kekuasaan yang diprediksi urung terjadi. Netanyahu pun kembali berkuasa. Hasil pemilu kali ini bukan kabar baik buat Israel dan Timur Tengah. Komentar Bettina Marx.
Iklan
Benjamin Netanyahu memutar nasib. Di menit-menit terakhir sang perdana menteri mampu merebut balik pemilih berhaluan kanan dan menyusul ketertinggalan yang diprediksi dalam jajak pendapat.
Padahal jelang tengah malam pesaingnya Herzog dan bekas Menteri Luar Negeri Tzipi Livni masih merayakan kemenangan. Tapi kemudian situasi berbalik. Netanyahu sukses memangkas perbedaan suara. "Sang penyihir" pun, begitu julukannya, telah kembali.
Jelang berakhirnya masa kampanye, Netanyahu yang nyaris diliputi panik menyusul hasil jajak pendapat, tidak jengah menggunakan trik-trik kotor dan melanggar Undang-undang Pemilu Israel.
Trik Kotor Bibi
Dalam jumpa pers di hari pemungutan suara, sang perdana menteri misalnya mewanti-wanti bahwa "warga Arab" akan berbondong-bondong membanjiri tempat pemungutan suara untuk menggagalkan kemenangannya.
Walaupun kampanye di hari pemungutan dilarang dan sebabnya hasil jumpa pers tersebut tidak dipublikasikan di media-media nasional, pesannya dengan cepat menyebar ke publik umum. Bisa jadi kalimatnya itu akhirnya mendorong pemilih mengambang untuk mencoblos Partai Likud.
Karena gambaran bahwa warga Palestina berpaspor Israel akan ikut menentukan arah kebijakan politik di sebuah "negara Yahudi" adalah hal yang tidak bisa dibayangkan oleh mayoritas penduduk Israel.
Memang kenyataannya keikutsertaan pemilu di kalangan minoritas Palestina di Israel, yang berjumlah 20 persen dan mewakili 14 persen pemilih, sangat tinggi. Suara merekalah yang membuat partai Arab, United Arab List, mampu merebut 14 kursi dan menjadi fraksi ketiga terkuat di Knesset.
Kemenangan United Arab List adalah sebuah pencapaian besar yang sayangnya tidak akan menggeser Israel dari jerat ideologi ultranasionalis, yang menolak persamaan hak untuk minoritas Palestina di Israel atau warga Palestina di wilayah yang diduduki.
Isolasi Terhadap Israel
Hasil pemilu ini semakin membetoni isolasi internasional terhadap Israel. Pemilih akhirnya memutuskan buat melanjutkan kebijakan lama yang mengarah pada jalan buntu dan gagal memberikan jawaban atas masalah fundamental di Israel dan kawasan.
Ia akan mengupayakan segala hal buat mencegah terbentuknya sebuah negara Palestina, kata Netanyahu sesaat jelang pemungutan suara. Pernyataan lantang yang melecehkan dunia internasional itu boleh jadi membantu kemenangannya di detik-detik terakhir. Tapi Netanyahu tidak menjelaskan bagaimana ia melihat masa depan di Timur Tengah.
Ironisnya pertanyaan itu tidak pernah diajukan oleh para pemilih. Mayoritas penduduk Israel rupanya masih siap dan bertekad untuk terus menjajah bangsa lain dan merenggut hak buat menentukan nasib sendiri milik warga Palestina di wilayah yang diduduki.
Dengan kata lain, akhir pendudukan Israel bahkan setelah hampir lima puluh tahun, belum akan terjadi. Buat demokrasi di Israel dan masa depan penduduk di kawasan, hasil pemilu ini jelas bukan pesan yang baik.
*Bettina Marx saat ini bekerja sebagai koresponden di Berlin buat Deutsche Welle. Selama bertahun-tahun ia sebelumnya meliput langsung dari Tel Aviv, Israel. Kini Marx dikenal sebagai pakar Timur Tengah.
Tahun Berdarah di Timur Tengah
Geliat IS di Suriah dan Irak, serta perang di Jalur Gaza menandai tahun yang penuh peristiwa di Timur Tengah. Berikut beberapa yang paling banyak mencuri perhatian dunia.
Foto: Getty Images/K. Cucel
Geliat Islamic State
Sejak 2013, kelompok teror ini sudah menguasai kota Rakka di Suriah. Januari silam mereka berhasil merebut kota Falludjah dari tangan militer Irak. Gerilayawan garis keras yang dikenal dengan aksi brutalnya itu juga sempat bercokol di provinsi Anbar dengan tujuan menguasai kota Baghdad.
Foto: Reuters
Konflik Atom Iran
Langkah Iran menghentikan program pengayaan uraniumnya Januari lalu disambut oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan melonggarkan sanksi. Kendati terdapat pendekatan yang signifikan, konflik atom Iran belum akan selesai. November kemarin pihak-pihak yang terlibat memperpanjang masa perundingan hingga 2015.
Foto: ISNA
Eksekusi Massal di Mesir
Setelah pemerintah Mesir menempatkan Ikhwanul Muslimin dalam daftar organisasi teror, sebuah pengadilan di Al-Minya memvonis mati 529 pendukung dan simpatisan Ikhwan. Pada proses lanjutan April lalu, pengadilan menjatuhkan vonis mati kepada 683 individu lain. Sebagian besar vonis mati lalu diubah menjadi hukuman kurung seumur hidup.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Perubahan Kekuasaan di Irak
Pada 30 April, warga Irak untuk pertama kalinya memilih parlemen sejak penarikan mundur tentara AS. Setelah konflik panjang, Perdana Menteri Nuri Al-Maliki (ki.) akhirnya bersedia untuk tidak mencalonkan diri lagi buat memuluskan jalan rekan separtainya, Haidar al-Abadi (ka.)
Foto: Reuters/Hadi Mizban
Suriah yang Tidak Ada Akhir
Setelah dua tahun perundingan lewat mediasi PBB yang kandas tanpa hasil, Utusan Khusus Timur Tengah Lakhdar Brahimi mengundurkan diri Mai silam. Tidak lama kemudian Presiden Suriah Basyar Assad merayakan kemenangan pemilu dengan 88,7 persen suara. Lucunya, pemilu cuma digelar di daerah-daerah yang diduduki pasukan pemerintah.
Foto: Reuters
Sisi Memimpin Mesir
Bekas panglima militer, Abdul Fattah al-Sisi, memenangkan pemilu kepresidenan di Mesir, akhir Mai lalu. Satu-satunya pesaing yang berani maju adalah Hamdien Sabbahi yang mendapat 3,1 persen suara. Dengan kemenangannya, warga Mesir berharap pemerintah bisa mengembalikan kondisi keamanan dan mengeluarkan negeri itu dari krisis ekonomi.
Foto: Reuters
Hamas dan Fatah Berdamai
Untuk pertamakalinya sejak 2007, Fatah dan Hamas kembali membentuk pemerintahan bersama. Presiden Mahmud Abbas meresmikan kabinet baru itu di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Rami Hamdallah. Langkah tersebut memicu reaksi keras dari Israel. PM Benjamin Netanyahu mengkritik, Fatah lebih suka mencari damai dengan Hamas ketimbang Israel.
Foto: DW/K. Shuttleworth
Di bawah Bayang IS
Juni silam Islamic State berhasil merebut kota Mossul, Irak. Kelompok teror itu juga sukses merekrut pejabat tinggi militer Irak dari jaman Saddam Hussein. Untuk pertamakalinya IS mendeklarasikan terbentuknya kekhalifahan Islam di Suriah dan Irak.
Foto: picture alliance/abaca
Perang 50 Hari
Situasi antara Israel dan Palestina tetap panas sepanjang 2014. Pada 8 Juni, Israel memulai serangan baru untuk menghentikan tembakan roket dari Jalur Gaza. Pertengahan bulan negara Yahudi itu mengirimkan pasukan infanteri. Selama 50 hari, perang di Gaza menelan lebih dari 2100 korban jiwa di pihak Palestina dan 70 warga Israel. Lebih dari 20.000 rumah di Gaza hancur oleh bom.
Foto: picture-alliance/dpa
Pelarian Kaum Yasidi
Ketika kota Sindjar jatuh ke tangan IS Agustus silam, ratusan penduduk tak berdosa dari suku Yasidi tewas dalam eksekusi mati. Sementara puluhan ribu lainnya mengungsi ke gunung. Mereka bertahan hingga pertengahan Agustus, saat pasukan Peshmerga mengirimkan helikopter untuk evakuasi.
Foto: picture-alliance/abaca/Depo Photos
Serangan Udara terhadap IS
Pada bulan yang sama Presiden AS, Barack Obama merestui serangan udara terhadap IS di Irak. Pada bulan September serangan itu diperluas hingga wilayah Suriah. Lima negara Arab ikut serta dalam operasi militer tersebut: Arab Saudi, Qatar, Bahrain dan Yordania.
Foto: Getty Images
Membidik Jurnalis
Mata dunia tertuju pada Irak selambatnya sejak IS mempublikasikan video eksekusi mati terhadap jurnalis barat dan serdadu Irak atau Kurdi. Pada 9 Agustus video pembunuhan pertama beredar di internet. Pada video tersebut terlihat reporter AS, James Foley yang tewas setelah digorok lehernya.
Foto: dapd
Libya di Ambang Kekacauan
Di tengah pertempuran antara milisi-milisi yang bertikai, parlemen baru Libya diresmikan pada Agustus di Tobruk. Ke kota itulah pemerintahan Libya berpindah setelah situasi keamanan yang memburuk di Tripolis dan Benghazi. Sejak itu dua parlemen bersaing berebut kekuasaan. Sementara parlemen lama yang dikuasai oleh kelompok Islam garis keras terus bekerja seperti normal di Tripolis.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Gerilayawan buat Kobani
Bulan September menandai awal pertempuran di kota Kobani, di utara Suriah. IS berupaya merebut kota ini sebagai simbol kemenangannya atas Suriah. Bulan Oktober ratusan gerilyawan Peshmerga berdatangan ke Kobani buat memerangi IS. Mereka dipersenjatai oleh negara-negara barat.
Foto: picture-alliance/AP/Vadim Ghirda
Drama Mubarak
Lebih dari tiga tahun sejak lengsernya Hosni Mubarak, sebuah pengadilan di Kairo membatalkan gugatan terhadap bekas presiden itu atas tuduhan pembunuhan terhadap lebih dari 800 demonstran. Sebagian besar warga Mesir turun ke jalan buat memrotes keputusan tersebut. Mubarak sendiri sudah divonis tiga tahun penjara pada bulan Mai.