Pfizer dan BioNtech Ajukan Izin Vaksin ke Regulator Eropa
2 Desember 2020
Pfizer dan BioNTech telah mengajukan permohonan kepada Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) untuk mendapatkan izin bersyarat penggunaan vaksin corona. Perusahaan farmasi itu juga mengambil langkah serupa di AS dan Inggris.
Iklan
Pfizer dan BioNTech telah mengajukan permohonan kepada regulator pengawas obat Eropa agar diberikan otorisasi bersyarat terkait penggunaan vaksin virus corona yang mereka kembangkan, demikian disampaikan perusahaan farmasi itu pada Selasa (01/12).
Uji klinis menunjukkan bahwa vaksin corona yang mereka kembangkan (bernama BNT162b2), 95% efektif melawan COVID-19. BioNTech mengatakan vaksin bisa tersedia di Eropa sebelum akhir tahun.
“Kami tahu sejak awal pengembangan ini pasien sedang menunggu, dan kami siap mengirimkan dosis vaksin COVID-19 segera setelah permohonan otorisasi kami dikabulkan,” kata kepala eksekutif Pfizer, Albert Bourla dalam sebuah pernyataan.
Permohonan yang diajukan oleh Pfizer dan BioNTech kepada Badan Pengawas Obat Eropa (European Medicines Agency/EMA) itu dilakukan setelah perusahaan farmasi AS Moderna juga mengajukan permohonan persetujuan darurat serupa.
Pada Senin (30/11) Moderna telah mengajukan permohonan kepada regulator Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) untuk mendapatkan izin penggunaan darurat vaksin virus corona yang mereka kembangkan.
Sementara itu, EMA yang berbasis di Amsterdam mengatakan bahwa jika datanya mencukupi, maka penilaian terhadap vaksin BioNTech-Pfizer paling lambat bisa selesai pada 29 Desember mendatang. Sementara, vaksin Moderna paling lambat selesai 12 Januari 2021.
Karakteristik vaksin Moderna dan BioNTech-Pfizer memang memiliki perbedaan cukup signifikan. Vaksin Moderna dapat disimpan dalam penyimpanan jangka panjang pada suhu minus 20 derajat Celcius, sementara vaksin BioNTech-Pfizer harus disimpan pada suhu minus 70 derajat Celcius.
Vaksin Covid-19 yang Sudah Siap Pakai dan Masuki Uji Fase Akhir
Ada 4 vaksin Covid-19 yang sudah berizin dan digunakan secara massal. Efikasinya diklaim antara 70% hingga 95%. Sedikitnya ada 7 kandidat vaksin lainnya yang masuk fase akhir uji klinis dan akan segera diluncurkan.
Foto: H. Pennink/AP Photo/picture-alliance
Vaksin BioNTech/Pfizer dari Jerman
Perusahaan Bio-farmasi BioNTech dari Jerman yang digandeng Pfizer dari AS menjadi yang pertama umumkan sukses memproduksi vaksin anti-Covid-19 yang diberi nama BNT162b2 dengan efektifitas 95%. Vaksinnya sudah mendapat izin. Vaksinasi massal di AS dan Jerman dimulai bulan Desember 2020. Satu-satunya kendala, vaksin harus didinginkan hingga minus 70°C sebelum dipakai.
Foto: SvenSimon/picture alliance
Vaksin Moderna dari Amerika Serikat
Perusahaan Bio-farmasi Moderna dari AS menyusul umumkan sukses dengan vaksin yang diberi nama mRNA-1273 dengan efektifitas 94,5%. Belum lama ini UE izinkan vaksin. Sama dengan BioNTech, vaksin dikembangkan dengan teknologi teranyar berbasis mRNA virus. Keunggulan vaksin Moderna adalah hanya perlu pendinginan minus 30° C dan tahan seminggu dalam lemari pendingin biasa.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/J. Porzycki
Vaksin AstraZeneca/Oxford dari Inggris
Perusahaan farmasi AstraZeneca dari Inggris menjadi yang ketiga umumkan sukses uji coba vaksin yang ampuh 70% hingga 90%. Pengembangan vaksin menggandeng para ilmuwan dari Oxford University. Unsur aktifnya AZD1222 berasal dari gen virus corona yang dilemahkan dan sudah diuji klinis pada 60.000 responden.
Foto: picture-alliance/Flashpic
Vaksin Janssen/Johnson&Johnson dari AS
AS dan Kanada sudah memberikan izin bagi vaksin Johnson & Johnson. Vaksin berasal dari vektor virus yang memicu jawaban imunitas perlindungan tubuh. Disebutkan pemberian satu dosis vaksin mencukupi untuk mengembangkan antibodi pencegah Covid-19.Juga penyimpanan vaksin relatif mudah pada kulkas yang lazim.
Foto: Michael Ciaglo/Getty Images
Vaksin Sinovac dari Cina
Perusahaan farmasi Sinovac Biotech dari Cina sedang menuntaskan fase tiga uji klinis vaksin Covid-19 dengan sekitar 29.000 responden. Uji klinis skala besar dilakukan di Brazil, Indonesia dan Turki. Vaksin dikembangkan dari virus corona yang inaktif.
Foto: Wang Zhao/AFP/Getty Images
Vaksin Sinopharm dari Cina
Perusahaan farmasi lain dari Cina, Sinopharm juga sudah masuki fase tiga uji klinis kandidat vaksinnya pada 55.000 responden. Uji klinis antara lain dilakukan di Uni Emirat Arab, Bahrain, Yordania, Maroko, Peru dan Argentina. Sinopharm menggunakan virus yang inaktif sebagai basis pembuatan vaksinnya.
Foto: picture-alliance/Photoshot/Z. Yuwei
Vaksin Sputnik V dari Rusia
Berdasar klaim sendiri, Rusia menyatakan vaksin Sputnik V buatan Gamaleya ampuh perangi Covid-19. Vaksin yang kini sudah mendapat izin regulasi dari Moskow itu dilaporkan baru melakukan uji klinis fase 1 dan 2 tanpa kejelasan berapa jumlah sampelnya. Vaksinnya berbasis vektor adenovirus manusia yang diizinkan WHO. Penulis: Agus Setiawan
Foto: picture-alliance/dpa/V. Pesnya
7 foto1 | 7
Jerman targetkan vaksinasi di Januari 2021
Sementara itu, Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan pemerintah menargetkan vaksinasi pertama terhadap orang-orang berisiko terinfeksi virus corona dapat dilakukan pada Januari 2021.
Iklan
“Betul, dan kami selalu mengatakan bahwa bulan-bulan musim dingin, di mana kita menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan, akan menjadi bagian yang lebih sulit. Dan ini sebenarnya berlaku sampai akhir musim dingin,” kata Spahn kepadaa lembaga penyiaran publik Deutschlandfunk.
Spahn menambahkan bahwa vaksin akan diberikan oleh petugas melalui vaksin keliling dan di pusat vaksinasi khusus. Orang yang rentan, serta perawat dan dokter, kemungkinan besar akan menjadi yang pertama mendapatkan vaksin.
Pada bulan lalu, Spahn mengatakan bahwa Jerman diperkirakan mendapatkan hingga 100 juta dosis vaksin BioNTech-Pfizer.