1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pidato Obama Sarat Kata Hebat Tapi Kurang Berisi

24 September 2009

Pidato Obama diwarnai kata-kata hebat tapi kandungan isinya sedikit. Kharisma saja tidak akan cukup untuk mengubah situasi.

Pidato presiden AS Barack Obama di depan Sidang Umum PBB menjadi tema komentar dalam tajuk harian internasional.

Harian liberal kiri Inggris The Guardian yang terbit di London dalam tajuknya berkomentar : Pesan presiden Barack Obama di depan Sidang Umum PBB sebetulnya sederhana. Jika AS di era baru ini tidak dapat lagi mendiktekan persyaratan ekonomi dan militernya, maka negara-negara lainnya yang harus mengambil alih tanggung jawab internasional ini, sekaligus menanggung beban sebagai pemimpin dunia. Dalam perundingan perlucutan senjata dengan Rusia, AS juga akan lebih mudah mengurangi jumlah hulu ledak atomnya, karena angkatan bersenjata konvensional AS jauh lebih kuat dan lebih banyak ketimbang Rusia. Intinya, dalam apa yang disebut dunia multilateral baru, AS masih harus mengerjakan banyak hal secara unilateral, untuk mendorong negara lain yang lebih lemah agar dapat mengubah aturan mainnya. Dalam pidatonya Obama memang mengubah nada bicaranya. Tapi sebetulnya yang harus diubah adalah isi pidato tsb.

Harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma juga menulis komentar senada : Kharisma saja tidak cukup. Di balik kata-kata hebat dan kemampuan berpidato yang tidak ada bandingannya, presiden Barack Obama di depan delegasi Sidang Umum PBB memaparkan kegagalan masyarakat internasional maupun Amerika. Masyarakat internasional dinilai gagal, menimbang bencana kelaparan dan perang yang sebetulnya tidak perlu terjadi. Obama juga mengimbau tanggung jawab kolektif, dimana AS tidak perlu lagi berperan sebagai kesatria yang berjuang sendirian. Tapi Obama juga membatasi neracanya pada dunia yang dihancurkan oleh krisis moral dan krisis lingkungan serta oleh perang dan krisis keuangan. Pertanyaannya kini, apakah dunia akan menyambut politik tangan terbuka dari Obama, setelah membela diri melawan politik kepalan tangan dari George W.Bush.

Harian Italia lainnya Corriere della Sera yang terbit di Milan berkomentar : Obama sebetulnya tidak jauh berbeda dengan Bush. Di kawasan dunia dimana terjadi krisis nyata, kelihatannya kebijakan Barack Obama tidak banyak bedanya dengan politik pendahulunya, George W.Bush. Politik luar negeri AS secara mendasar menunjukkan kontinuitasnya. Yakni kedekatan dan keterikatan pada politik Bush, yang membiarkan pragmatisme berkuasa dengan bersembunyi di balik retorika perang. Pesan yang disampaikan presiden baru AS itu kepada Israel dan Palestina, kepada Iran maupun Korea Utara, pada intinya tidak terlalu jauh dari pesan presiden sebelumnya. Hanya konteksnya yang berubah. PBB tidak lagi dilihat sebagai sebuah organisasi yang harus dihormati, melainkan sebuah instrumen untuk mempersatukan kepentingan global dan terutama kepentingan yang terpecah-pecah.

Terakhir harian Jerman Tagesspiegel yang terbit di Berlin berkomentar : Nada bicara Obama jauh lebih bersahabat ketimbang Bush. Tapi perhatian terhadap kepentingan nasional negara mitranya maupun situasi dunia, tetap tidak banyak berubah. Kita memang tidak dapat menuduh Obama menipu dunia menyangkut sasarannya atau ia tidak memenuhi janjinya. Namun semua pihak menilainya dari aspek terwujudnya harapan bagi reformasi, yang dikaitkan dengan terpilihnya Obama sebagai presiden AS. Obama juga memberikan kontribusi pada kesalahan pahaman ini, dengan melanjutkan tampilannya yang menimbulkan kesan ia dapat mendorong terjadinya perubahan.

AS/AR/dpa/afpd