1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pidato PM Inggris Tony Blair pada kongres Partai Buruh ; Pembebasan sandera di Irak

29 September 2004
Para sandera Italia Simona Torretta dan Simona Pari dibebaskan
Para sandera Italia Simona Torretta dan Simona Pari dibebaskanFoto: dpa

Perdana Menteri Inggris Tony Blair, hari Selasa lalu di kota pantai Brighton, mengimbau Partai Buruh bersatu kembali, setelah mengalami perpecahan karena soal Irak. Blair juga membela keputusannya untuk membantu AS menginvasi Irak. Dalam pidatonya Blair menekankan persatuan partai Buruh penting untuk memperkuat posisi menghadapi Pemilu 2005.

Harian Inggris Financial Times mengomentari pidato PM Tony Blair di kongres Partai Buruh:

Blair pada kongres partai berusaha menghilangkan kekeruhan akibat perang Irak. Perdana Menteri mengakui, informasi badan intelijen yang melegitimasikan invasi ke Irak adalah salah. Namun Blair segera menambahkan, ia tidak akan minta maaf atas jatuhnya Saddam Hussein. Meski ia di depan para delegasi berupaya mengkritik Presiden AS George W Bush, dengan mengatakan, aksi militer saja tidak ada gunanya bila akar terorisme tidak dibasmi. Blair minta maaf kepada partainya dan para pemilih Partai Buruh yang kehilangan ilusi. Namun meski demikian ia terikat dalam aliansi dengan Bush.

Harian Belgia De Standaard namun menekankan, tidak ada maaf bagi Blair untuk perang ke Irak. Kami kutip komentarnya:

Blair punya peluang baik untuk memenangkan Pemilu mendatang di Inggris. Namun dikhawatirkan banyak anggota Partai Buruh enggan mendukungnya, karena mereka tetap tidak dapat memaafkan keputusannya untuk mendukung George W Bush dalam perang ke Irak. Berbeda dengan pidatonya tahun lalu , Blair mengakui , Saddam Hussein mungkin tidak memiliki senjata pemusnah massal, ketika pasukan AS dan Inggris tahun lalu menginvasi Irak. Pernyataannya itu disambut dengan tepuk tangan besar. Namun tidak ada permintaan maaf dari Blair, yang diharapkan oleh banyak orang.

Sementara harian Belanda de Volkskrant menulis , posisi Blair kembali kokoh. Kami baca komentarnya:

Pada tahun ketujuh masa jabatannya sebagai perdana menteri , posisi Tony Blair tampaknya kokoh kembali. Ia bukan lagi tokoh partai yang menurut pengakuannya sendiri tidak bebas dari kesalahan. Dalam pidato tahunannya, ia tidak lagi menyampaikan pesan , ramalan dan menggambarkan visi. Ia hanya memberikan program Pemilu dan hanya sekedar meminta maaf untuk perang Irak. Blair minta maaf untuk informasi salah mengenai senjata pemusnah massal, namun tidak mengaku, bahwa ia sendiri membuat kesalahan. PM yang berdiri di atas semua partai , kalau tidak mau disebut sebagai pemimpin dunia, tidak lagi menantang. Ia tampil sebagai pemimpin partai biasa , yang dalam kampanye Pemilu tahun depan hendak mengkombinasikan ideologi kiri dengan slogan-slogan kanan. Yakni menindak keras kriminalitas , namun memperketat peraturan bagi para pemohon suaka.

Harian Denmark Politiken bahkan menganggap Tony Blair tokoh terbaik bagi Inggris dan Eropa.

PM Tony Blair, tokoh di bawah tekanan kuat, ketika ia berpidato di depan kongres Partai Buruh di Brighton. Dari sudut pandang Inggris dan AS perang di Irak tidak sukses. Basis luas partai dan fraksi di parlemen menentangnya. Di dalam negeri PM telah mengecewakan sejumlah pemilih setia Partai Buruh. Pendek kata, pamor Tony Blair mulai pudar. Tetapi Tony Blair masih tetap tergolong politisi top di Eropa, yang dalam situasi hubungan keruh antara AS dan negara-negara penting Eropa, mampu membuka dialog antara AS dan Eropa. Sebaliknya rival konservatif Blair, bersuara nasionalis dan anti orang asing, yang akan membawa Inggris kembali ke zaman buruk di bawah Margaret Thatcher.

Dua perempuan sandera asal Italia, Simona Pari dan Simona Torretta, setelah disandera tiga minggu, dibebaskan, dan telah tiba kembali di tanah airnya Italia. Dua warga Mesir yang juga disandera, Senin malam lalu , telah dibebaskan.

Kabar baik juga diutarakan Paul Bigley, kakak sandera asal Inggris Kenneth Bigley Paul mengatakan, Pemimpin Palestina Yasser Arafat juga telah bersedia membantu membebaskan adiknya. Mengenai dampak politik setelah pembebasan sandera, harian Italia Il Messaggero menulis:

Betapa indahnya bila tema Irak dapat didiskusikan tanpa saling tuduh-menuduh, misalnya pro dan anti AS, melainkan masalah itu dibicarakan secara mendasar. Apakah ada gunanya, terutama mengingat perkembangan , untuk tetap berada di Irak? Bila sudah tidak ada gunanya lagi, bagaimana caranya untuk keluar dari Irak? Kiranya sangat baik bila kini semua pihak mendiskusikan, bagaimana caranya membantu Irak dalam proses demokratisasi dan kemerdekaannya .

Sementara harian Italia lainnya Corriere della Sera mengingatkan:

Italia bukan Filipina. Tak seorang pun hendak menciptakan forum bagi para teroris untuk menunjukkan , kemampuannya menahlukkan sebuah negara. Itu sebabnya Italia dapat keluar dari tantangan itu tanpa menciderai politik Iraknya. Pada waktu bersamaan persatuan nasional di pekan-pekan terakhir memungkinkan pemerintah tanpa ketegangan bernegosiasi dengan para penyandera. Dan mungkin juga membayar uang tebusan bagi pembebasan kedua perempuan muda itu. Namun kini hendaknya jangan menjadi sentimental. Kedua perempuan muda tentu tidak dibebaskan karena kebaikan hati para penyandera di Baghdad. Sebab di Irak tidak ada penyandera yang baik hati terhadap warga Italia, tetapi kejam terhadap warga Amerika.