Bahan makanan secara umum bisa dipilah sebagai good guys dan bad guys. Pemicu atau pencegah kanker. Mewaspadai konsumsi makanan karsinogenik adalah cara ampuh hindari munculnya kanker.
Iklan
Ulrike Gonder adalah pakar bahan pangan. Ia mengenali, mana bahan pangan yang bisa memicu kanker atau yang melindungi dari kanker. Istilahnya adalah Bad Guys dan Good Guys. Inilah beberapa contohnya:
Ulrike Gonder mengatakan; "Brokkoli adalah bintangnya jenis sayuran. Mengandung senyawa belerang yang disebut Glukosinolate, yang akan terlepas saat dikunyah atau dipotong-potong. Dalam riset ilmiah terbukti memiliki sifat mencegah kanker. Kadarnya dua kali lipat lebih tinggi pada tangkai, daripada pada bunganya. Jadi kita harus memasak seluruhnya. Tapi saat dimasak, tentu ada senyawa yang rusak. Artinya kita boleh memotong-motong atau menumisnya, tapi jangan sampai terlalu matang, karena sebagian unsur aktifnya akan rusak."
Rahasia Lawan Kanker dengan Bumbu Tepat
Indonesia punya banyak rempah-rempah yang membuat makanan jadi enak. Di samping itu sejumlah rempah-rempah mengandung rahasia berupa manfaat untuk melawan kanker, dan mengurangi sakit selama terapi.
Foto: Imago/Science Photo Library
Jahe
Jahe sudah lama digunakan untuk mengobati flu sampai sakit perut. Jahe bisa digunakan dalam bentuk segar atau dikeringkan, atau juga bubuk. Menambahkan jahe pada makanan atau menikmati produk mengandung jahe, bisa menenangkan perut saat pengobatan dan terapi untuk melawan kanker, di samping menggunakan obat anti mual dari dokter.
Foto: Fotolia/kostrez
Kunyit
Kunyit membuat warna kuning dan menyumbangkan aroma serta rasa istimewa pada makanan. Sejauh ini sudah ada riset yang membuktikan, kunyit bisa mencegah dan membantu perawatan beberapa jenis kanker seperti kanker usus dan kanker kulit. Tapi penelitian lebih menyeluruh masih harus dilakukan.
Foto: picture-alliance/Arco Images GmbH
Cabe Merah
Cabe merah mengandung capsaicin, yang bisa membantu mengatasi nyeri. Jika capsaicin digunakan pada kulit, ia menyebabkan terbentuknya molekul kecil yang disebut "substance P". Jika digunakan teratur, molekul yang digunakan sel saraf untuk berkomunikasi ini bisa bertambah jumlahnya dan berefek mengurangi nyeri. Tapi untuk penggunaan secara tepat sebaiknya berkonsultasi dengan dokter pakar kanker.
Foto: Colourbox
Bawang Putih
Bawang putih mengandung kadar belerang atau sulfur dalam jumlah besar juga sejumlah kandungan unsur lain yang baik bagi kesehatan. Menurut sejumlah riset, konsumsi bawang putih bisa kurangi risiko kanker pada usus, perut, pankreas dan payudara. Bawang putih bisa dorong pencegahan kanker dengan cegah infeksi, kurangi pembentukan zat yang menguntungkan sel kanker dan mendorong regenerasi sel.
Foto: Colourbox/Nataliya Hora
Pepermin
Menurut catatan sejarah, khasiat pepermin sudah diketahui sejak ribuan tahun lalu. Tumbuhan ini terutama membantu mengatasi masalah pada pencernaan, keram pada perut dan diare. Jika pengobatan terhadap kanker atau terapi kanker menyebabkan gangguan pada perut, minum teh pepermin bisa membantu mengurangi gangguan itu. Foto: secangkir teh dengan daun pepermin (kanan).
Foto: Fotolia/Heike Rau
Camomile
Khasiat camomile bagi kesehatan juga sudah lama diketahui. Camomile bisa menolong orang yang mengalami gangguan tidur, jika dimium menjelang tidur. Jika dikumur, camomile juga bisa mengobati luka atau gangguan lain pada mulut akibat kemoterapi dan terapi dengan radiasi. Walaupun kesuksesan bisa berbeda pada tiap pasien, mencoba dan mengkonsultasikan pada dokter tidak ada salahnya.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Rosemary
Rempah ini adalah bumbu khas makanan yang berasal dari negara-negara di kawasan Laut Tengah. Di Indonesia, ini bisa dibeli dalam bentuk bubuk atau dikeringkan. Rosemary bisa membantu tubuh mengeluaran racun, mengurangi rasa tak enak di lidah akibat obat kanker, mencerna makanan, dan mengatasi masalah pencernaan lain yang muncul selama pengobatan kanker, juga atasi hilangnya nafsu makan.
7 foto1 | 7
Di penjual buah-buahan, pakar bahan pangan ini terutama berorientasi pada warnanya. Good Guys berwarna merah atau kuning terang. Ini sinyal warna untuk pelindung kanker.
"Yang membuat warna Apel atau anggur merah adalah Anthocyane. Sementara warna oranye pada labu besar dan pepaya adalah Karotinoide. Ini bukan hanya zat warna, melainkan juga unsur pencegah kanker. Unsur tanaman sekunder seperti zat warna merah, berdampak antioksidan serta melindungi sel. Tentu tidak ada jaminan, bahwa kita tidak akan terserang kanker. Tapi jika pola makan sehat, tubuh disiagakan agar mampu memanfaatkan unsur pelindung secara optimal untuk dapat mencegah kanker ", demikian kata pakar bahan pangan
Orientasi warna dan rasa pencegah kanker
Juga di Supermarket, banyak bahan pangan Good Guys. Pakar bahan pangan ini berorientasi pada warna dan rasa. Ulrike Gonder menjelaskan: "Di sini ada yang rasanya pedas. Semua yang rasanya pedas, mengandung senyawa ikatan belerang yang melindungi dari kanker seperti pada Brokkoli. Di sini pilihannya banyak." Ia menunjukkan Good Guys berikutnya. Misalnya kacang-kacangan, selain mengandung banyak unsur balast, juga ada senyawa berkhasiat.
"Kacang banyak keunggulannya. Misalnya kacang Brazil mengandung Selenium yang amat penting untuk perlindungan kanker. Semua jenis kacang mengandung Polyphenol, yang terbukti melindungi dari kanker usus. Namun ada sedikit masalah, karena kacang mudah jamuran dan ini memicu kanker. Saya sarankan membeli kacang utuh dan giling sendiri di rumah. Jika sudah digiling, juga jangan dibiarkan terlalu lama", ujar pakar bahan pangan itu.
Manfaat Doyan Pedas Bagi Kesehatan
Hobi makan pedas? Riset membuktikan bahan makanan pedas keluarga cabai dan rempah-rempah memberi sejumlah manfaat kesehatan. Selain mencegah flu, masih banyak manfaat lainnya.
Foto: Fotolia/Yeko Photo Studio
Mengurangi Berat Badan
Rasa panas yang ‘nendang’ dalam cabai berasal dari kandungan capsaisin. Menurut "The New York Times", makan hidangan pedas dapat meningkatkan metabolisme hingga 8 persen dan membakar kalori. Tapi hati-hati jangan malah jadi kebanyakan makan, karena selera makan bertambah akibat sengatan sambal.
Foto: Fotolia/karepa
Membuat Jantung Jehat
Capsaisin bahan aktif yang ditemukan dalam jalapeños, cabai rawit dan cabai merah menurunkan kolesterol jahat, dan berdaampak positif meningkatkan fungsi jantung. Menurut penelitian yang dipresentasikan dalam American Chemical Society, capsaisin juga melancarkan aliran darah dalam pembuluh.
Foto: picture alliance/blickwinkel/G. Franz
Tambahan Nilai Gizi
Membubuhkan cabai segar dalam makanan membantu konsumen mencapai asupan harian vitamin dan mineral yang cukup. Menurut USDA National Nutrient Database, paprika hijau dan merah memiliki berbagai mineral penting dan tingkat vitamin C yang tinggi. Vitamin C dapat mengurangi risiko flu dan dapat membantu mencegah kanker serta penyakit jantung.
Foto: picture alliance/blickwinkel/McPhoto
Melawan Kanker
Selain membantu memicu produksi keringat, beberapa rempah-rempah mengandung antioksidan pelawan kanker yang dapat membantu mencegah atau memperlambat pertumbuhan sel tumor. Beberapa bahan makanan pedas memiliki potensi anti-kanker. Riset American Cancer Society menunjukkan bahwa capsaisin dapat membantu memperlambat pertumbuhan sel kanker prostat.
Foto: picture-alliance/dpa
Mengatasi Flu
Unsur aktif capsaisin dalam cabai bisa membantu melancarkan jalan pernafasan, membuat lega hidung tersumbat, mencegah sinusitis dan gejala flu lainnya yang mengganggu.
Foto: Colourbox
5 foto1 | 5
Belanja berlanjut ke bahan makanan terpenting, yang hampir tiap hari dikonsumsi: Daging. Ulrike membeli daging, campuran daging ayam, babi dan sapi. Seluruhnya setengah kilo.
Setengah kilo daging adalah porsi konsumsi mingguan yang disarankan Organisasi Pangan. Tidak lebih. Sebab konsumsi daging meningkatkan risiko kanker. Terutama daging merah dengan kandungan zat besinya yang diduga memicu kanker. Tapi riset terbaru membantah teori zat besi. Walau begitu, terlalu banyak daging meningkatkan risiko.
"Masalah sebenarnya dari konsumsi daging, adalah pengolahannya. Jika digoreng atau dibakar terlalu lama hingga coklat tua, tercipta beragam unsur pemicu kanker. Misalnya hidrokarbon poli-aromatik saat dibakar. Yang lainnya adalah Amino hetero-siklik, yang selalu tercipta jika daging dimasak hingga kecoklatan. Artinya, jika kita ingin mereduksi risiko kanker, jangan makan daging terlalu banyak. Terutama jangan makan bagian yang gosong. Memasak juga jangan sampai gosong", tegas Ulrike Gonder.
Saran jitu bagi pecinta daging
Pakar bahan pangan ini punya saran bagus untuk pecinta daging. "Pada dasarnya ini menyangkut kombinasi. Bad Guys di piring selalu diimbangi sayuran campur, herbal, unsur sekunder tanaman dan unsur serat. Dengan itu saya berkontribusi mencegah kanker", paparnya.
Tapi Bad Guys tidak selalu mudah dikenali. "Ada potensi lain pemicu kanker, akril-amida. Ini tercipta jika bahan pangan mengandung banyak pati dipanaskan. Jadi ada pada keripik, kue atau kopi. Karena itu pabrik diminta mereduksi kandungannya saat diproduksi. Di rumah kita bisa melakukan pencegahan, agar tidak tercipta akril-amida, misalnya saat menggoreng dan membakar, jangan sampai warnanya terlalu gelap."
Di bagian penjualan ikan, Ulrike Gonder mencari Good Guys dengan nama asam lemak Omega-3. "Untuk tindakan preventif, cukup sedikit asupan Omega-3, dengan sekali atau dua kali mengkonsumsi ikan dalam seminggu. Itu porsi mingguan. Asam lemak tersebut berfungsi memblokir peradangan dan ini sangat bagus. Pasalnya, banyak penyakit termasuk kanker, asalnya dari peradangan", tegas pakar bahan pangan itu.
Jadi resepnya, makan lebih sedikit Bad Guys dan lebih banyak Good Guys. Dengan itu risiko kanker akan turun. Pada dasarnya, jangan berpantang ketat, tapi kombinasikan dengan campuran berimbang.
DW Inovator
Makanan Sehari-hari yang Memicu Kanker
Sederet produk yang hampir pasti bisa ditemukan di dapur rumah ternyata mengandung zat yang dapat memicu penyakit kanker. Inilah daftar beberapa bahan makanan itu.
Foto: Fotolia
Daging Merah
Dalam jumlah normal, daging merah tidak membahayakan kesehatan tubuh. Tapi jika berlebihan, konsumsinya bisa menggandakan risiko terkena kanker usus atau prostat. Menurut penelitian University of California, daging merah mengandung molekul gula Neu5Gc, sejenis asam silikat yang bisa memicu kanker.
Foto: Fotolia/hjschneider
Minuman Bersoda
Coca Cola, Pepsi dkk. tidak cuma mengandung gula dalam jumlah besar, tapi juga zat pewarna buatan. Versi diet minuman bersoda ditengarai lebih berbahaya, karena menggunakan pemanis buatan dan banyak mengandung Sodium. Menurut penelitian Food and Drug Administration di Amerika Serikat, otak manusia bisa mengembangkan ketergantungan kimiawi terhadap minuman bersoda yang memicu konsumsi berlebihan.
Foto: Fotolia/B. Hofacker
Tepung Putih
Tepung menjadi berwarna putih setelah melalui proses pemutihan dengan gas klorin. Dalam bentuk cair, senyawa ini juga sering digunakan buat memutihkan pakaian. Proses pemutihan terhadap tepung melenyapkan nyaris semua nutrisi yang ada.
Foto: Fotolia/BK
Cemilan Bergaram
Selain karena kandungan garam yang tinggi, keripik kentang atau sejenisnya patut dihindari lantaran mengandung zat pemicu kanker. Demi menjaga kerenyahan keripik, produsen menggunakan Acrylamide yang juga terdapat dalam rokok. International Agency for Research on Cancer menyebut Acrylamide sebagai Karsinogen alias zat pemicu kanker.
Foto: picture-alliance/Romain Fellens
Minyak Nabati
Dalam pembuatannya, minyak nabati yang kebanyakan didapat dari bunga matahari berulangkali mengalami proses pewarnaan agar terlihat menggiurkan. Minyak ini mengandung asam lemak Omega 6 yang sebenarnya sehat, tapi bisa menggandakan risiko terkena kanker payudara atau prostata jika dikonsumsi berlebihan. Temuan tersebut dipublikasikan dalam The Journal of Clinical Investigation.
Foto: Printemps / Fotolia
Daging Olahan
Kendati terasa nikmat, daging olahan seperti sosis dan daging kornet memiliki kandungan garam dan bahan pengawet yang sangat tinggi. Adalah Carcinogenic Precursor atau Sodium Nitrit yang terkandung dalam daging olahan yang meningkatkan pertumbuhan sel kanker.
Foto: eyewave - Fotolia.com
Buah-buahan Non Organik
Buah-buahan jenis ini tergolong berbahaya lantaran telah terpapar zat pestisida dan pupuk nitrogen. Kendati kandungan residu kimia yang dimiliki setiap buah berada di bawah batas yang ditetapkan WHO, konsumsi secara berkala dalam kurun waktu lama akan berujung pada "penumpukan" zat-zat berbahaya di dalam tubuh, tulis tim peneliti dari Newcastle University.