Pemilihan Gatot Nurmantyo sebagai panglima TNI dinilai melanggar tradisi. Seharusnya angkatan udara yang mendapat giliran. Terlebih tugas utama panglima baru adalah modernisasi alutsista TNI, terutama di angkatan udara
Iklan
Bukan Gatot Nurmantyo, tapi seharusnya Agus Supriatna. Itu jika tradisi rotasi jabatan panglima TNI diikuti. Hingga Juni silam nama Kepala Staf Angkatan Udara itu juga masih digunjingkan sebagai kandidat terkuat pengganti Jendral Moeldoko. Supriatna sebenarnya bukan pilihan yang sulit.
Pria berpangkat Marsekal itu tergolong muda dengan usianya yang 56 tahun. Karirnya juga cukup mentereng. Komisi I DPR pernah mengisyaratkan pemilihan Supriatna sebagai Panglima TNI. Bahkan Moeldoko pun berucap serupa akhir Juni lalu.
Terlebih karena Angkatan Udara adalah matra TNI yang kini seharusnya mendapat giliran mendapat jatah kursi panglima. "Mana ada prajurit tidak siap, tugas dimana saja saya siap," ujar Agus kepada Merahputih.com soal kansnya diangkat sebagai panglima.
Tapi Jokowi berkata lain. Maka Jendral Angkatan Darat, Gatot Nurmantyo yang kini memegang tongkat komando tertinggi militer Indonesia.
Jokowi Acuhkan Tradisi Rotasi TNI
TNI sejatinya sedang membangun tradisi perputaran matra di pucuk pimpinannya. Sebelum Moeldoko yang berasal dari Angkatan Darat, Laksamana Agus Suhartono yang memegang kendali. Sebelum Djoko Santoso, Djoko Suyanto dari Angkatan Udara yang terpilih menjadi panglima.
Namun kini pemerintahan Jokowi secara sadar melanggar tradisi seumur jagung tersebut. "Saya kira mengikuti tradisi rotasi akan lebih baik," kata Hendardi, Direktur Setara Institut. Menurutnya pemilihan Nurmantyo menandakan Angkatan Darat sedang mendapat perlakuan "istimewa" dari pemerintah.
Hendardi meyakini, pemilihan Gatot Nurmantyo adalah "permainan politik" Jokowi untuk memperkuat posisinya yang sempat melemah. "Ini menunjukkan dia tidak mengacuhkan alasan utama di balik sistem rotasi yang ikut melunturkan dominasi Angkatan Darat di TNI," kata pengamat lain, Natalie Sambhi dari Australian Strategic Policy Institute.
Tugas Nurmantyo Diemban Supriatna
Pilihan Jokowi menarik, karena tugas pertama panglima yang baru adalah memodernisasi sistem alutsista TNI, terutama pesawat terbang dan armada kapal perang. "Presiden bilang pengadaan alutsista harus baru semuanya," kata Gatot seperti dikutip Republika.
Terutama setelah jatuhnya pesawat Hercules A-1301 di Medan belum lama ini, Jokowi memerintahkan evaluasi terhadap semua alat utama sistem persenjataan TNI. Tragedi di Medan dianggap momentum untuk memodernisasi persenjataan yang telah usang.
Dari semua matra TNI, sistem alutsista milik Angkatan Udara yang paling terpuruk lantaran embargo suku cadang pesawat oleh Amerika Serikat.
Sebab itu sebagian besar tugas momodernisasi alutsista TNI akan dilimpahkan pada Agus Supriatna. "Kami telah melakukan studi untuk mengganti Hercules C-130 dengan pesawat baru buatan Perancis, Amerika Serikat atau Rusia," ujarnya kepada awak media.
"Rencana strategis kami untuk 2015-2019 adalah mengganti pesawat tempur F5 dan pengadaan pesawat dan helikopter angkut berat," kata Supriatna lagi.
Sementara tugas Gatot? Ia dilimpahkan tanggungjawab untuk ikut memajukan industri persenjataan di dalam negeri. "Sehingga kelak kita tidak bergantung dengan cara sekarang ini yang hanya bisa beli alat baru tanpa ada transfer teknologi," ujarnya.
rzn/as (dari berbagai sumber)
Saling Tikam Berebut Laut Cina Selatan
Konflik Laut Cina Selatan menjadi ujian terbesar Cina buat menjadi negara adidaya. Meski bersifat regional, konflik itu mendunia dan mengundang campur tangan pemain besar, termasuk Amerika Serikat dan Indonesia.
Foto: Getty Images/R. Pudyanto
Bersekutu dengan Rusia
Cina sendirian dalam konflik seputar Kepulauan Spratly dan Paracel di Laut Cina Selatan. Kecuali Rusia yang rutin menggelar latihan militer bersama (Gambar), negeri tirai bambu itu tidak banyak mendulang dukungan atas klaim teritorialnya. Terutama karena klaim Beijing bertentangan dengan hukum laut internasional.
Foto: picture-alliance/AP Images/Color China Photo/Z. Lei
David Versus Goliath
Secara umum Cina berhadapan dengan enam negara dalam konflik di Laut Cina Selatan, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Brunai dan Filipina yang didukung Amerika Serikat. Dengan lihai Beijing menjauhkan aktor besar lain dari konflik, semisal India atau Indonesia. Laut Cina Selatan tergolong strategis karena merupakan salah satu jalur dagang paling gemuk di dunia dan ditengarai kaya akan sumber daya alam.
Foto: DW
Diplomasi Beton
Ketika jalur diplomasi buntu, satu-satunya cara untuk mengokohkan klaim wilayah adalah dengan membangun sesuatu. Cara yang sama ditempuh Malaysia dalam konflik pulau Sipadan dan Ligitan dengan Indonesia. Berbeda dengan Malaysia, Cina lebih banyak memperkuat infrastruktur militer di pulau-pulau yang diklaimnya.
Foto: CSIS, IHS Jane's
Reaksi Filipina
Langkah serupa diterapkan Filipina. Negara kepulauan itu belakangan mulai rajin membangun di pulau-pulau yang diklaimnya, antara lain San Cay Reef (gambar). Beberapa pulau digunakan Manila untuk menempatkan kekuatan militer, kendati tidak semewah Cina yang sudah membangun bandar udara di kepulauan Spratly.
Foto: CSIS Asia Maritime Transparency Initiative/DigitalGlobe
Di Bawah Naungan Paman Sam
Filipina boleh jadi adalah kekuatan militer terbesar selain Cina dalam konflik di perairan tersebut. Jika Beijing menggandeng Rusia, Filipina sejak dulu erat bertalian dengan Amerika Serikat. Secara rutin kedua negara menggelar latihan militer bersama. Terakhir kedua negara melakukan manuver terbesar dengan melibatkan lebih dari 1000 serdadu AS.
Foto: Reuters/E. De Castro
Indonesia Memantau
Indonesia pada dasarnya menolak klaim Cina, karena ikut melibas wilayah laut di sekitar kepulauan Natuna. Kendati tidak terlibat, TNI diperintahkan untuk sigap menghadapi konflik yang diyakini akan menjadi sumber malapetaka terbesar di Asia itu. Tahun lalu TNI mengerahkan semua kekuatan tempur milik Armada Barat untuk melakukan manuver perang di sekitar Natuna.
Foto: AFP/Getty Images/J. Kriswanto
Bersiap Menghadapi Perang
TNI juga membentuk Komando Operasi Khusus Gabungan untuk menangkal ancaman dari utara. Komando tersebut melibatkan lusinan kapal perang, tank tempur amfibi dan pesawat tempur jenis Sukhoi.
Foto: Getty Images/R. Pudyanto
Indonesia Tolak Klaim Cina
Cina berupaya menjauhkan Indonesia dari konflik dengan mengakui kedaulatan RI di kepualuan Natuna dan meminta kesediaan Jakarta sebagai mediator. Walaupun begitu kapal perang Cina berulangkali dideteksi memasuki wilayah perairan Natuna tanpa koordinasi. Secara umum sikap kedua negara saling diwarnai kecurigaan, terutama setelah Presiden Jokowi mengatakan klaim Cina tidak memiliki dasar hukum
Foto: Getty Images/R. Pudyanto
AS Tidak Tinggal Diam
Pertengahan Mei 2015 Kementrian Pertahanan AS mengumumkan pihaknya tengah menguji opsi mengirimkan kapal perang ke Laut Cina Selatan. Beberapa pengamat meyakini, Washington akan menggeser kekuatan lautnya ke Armada ketujuh di Pasifik demi menangkal ancaman dari Cina.