1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Bencana

Pilot Lion Air JT610 Berjuang Hingga Akhir

23 November 2018

Pilot Lion Air JT610 dilaporkan berusaha mengoreksi arah terbang pesawat hingga sesaat sebelum menghujam laut. Sementara itu proses identifikasi jenazah korban diakhiri. Namun 64 jenazah hingga kini belum bisa dikenali.

BdTD Indonesien Turbine Flug JT610
Foto: Reuters/Antara Foto

Upaya identifikasi korban kecelakaan pesawat Lion Air JT610 resmi diakhiri. Menurut laporan terakhir sebanyak 125 jenazah berhasil dikenali, sementara 64 lainnya tidak teridentifikasi.

"Kami telah mengidentifikasi jenazah 89 pria dan 36 perempuan, termasuk dua warga negara asing, yakni dari Italia dan India yang merupakan kapten pesawat," kata Arthur Tampi, Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan di RS Polri, Jakarta.

Operasi identifikasi dihentikan setelah 24 hari karena semua jenazah sudah mengalami uji DNA, imbuhnya. Sejauh ini Lion Air sudah menjanjikan dana duka sebesar Rp. 1,25 miliar kepada semua keluarga korban.

Baca juga: Boeing Tunda Rencana Hubungi Maskapai Ihwal B737 MAX

Sementara itu kelayakan pesawat B737 MAX buatan Boeing kembali disoroti menyusul rencana Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memublikasikan temuan awal kecelakaan pesawat Lion Air JT610 pada 28 November mendatang. Laporan tersebut akan mencantumkan penyebab jatuhnya pesawat ke laut Jawa yang menewaskan 189 orang.

Meski demikian laporan awal KNKT hanya mengandalkan informasi dari kotak hitam yang menyimpan data teknis penerbangan. Adapun kotak hitam lain yang merekam suara dari cockpit pesawat hingga kini belum ditemukan.

Harian The Australian melaporkan, pilot dan co-pilot mendapat data yang berbeda soal kecepatan udara ketika pesawat menukik tak terkendali. Informasi itu dibeberkan Kepala KNKT, Nurcahyo Utomo, kepada anggota Komisi V DPR RI. Disebutkan pilot berusaha mengoreksi arah terbang pesawat sampai detik terakhir.

JT610 Alami Kerusakan Speed Indicator

01:06

This browser does not support the video element.

Atas dasar itu DPR meminta pemerintah lebih tegas memperketat aturan keselamatan penerbangan dan menghukum Lion Air dengan menjatuhkan sanksi berupa uang. Sejumlah anggota legislatif bahkan meminta pemerintah membubarkan maskapai milik Rusdi Kirana tersebut.

"Pak Menteri tutup saja perusahaannya, karena tidak mempunya komitmen baik dan bisa memberi nama buruk pada Kementerian Perhubungan," kata Anggota Komisi V DPR RI Bambang Haryo Soekartono dari fraksi Gerindra, kamis (22/11), seperti dilansir Kompas.

Baca juga: Keluarga Korban Lion Air JT610 Gugat Boeing

Komitmen keselamatan pada Lion Air menjadi sorotan media internasional, antara lain New York Times menurunkan laporan yang berdasarkan kesaksian sejumlah mantan pegawai. Beberapa mengakui Lion Air "terbiasa memindahkan perlengkapan bermasalah dari satu pesawat ke pesawat lain ketimbang membenahinya," tulis kedua jurnalis, Hannah Beech dan Muktita Suhartono dalam laporan tersebut.

Meski membukukan dua pembelian pesawat terbesar dalam sejarah penerbangan, yakni dengan Airbus dan Boeing, Lion Air tercatat setidaknya mengalami 15 insiden keselamatan besar, termasuk kecelakaan yang menewaskan 25 orang, serta ratusan insiden kecil lain yang luput dari perhatian publik.

rzn/hp (afp, rtr, bloomberg, nytimes, kompas)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya