Proposal kuota penerimaan pengungsi dari Presiden Komisi Uni Eropa memicu reaksi pro-kontra di negara-negara anggota. Terutama negara di Eropa Timur cemas jika usulan disahkan dan bersifat mengikat.
Iklan
Usulan Presiden Komisi Uni Eropa Jean-Claude Juncker kepada parlemen Eropa untuk solusi krisis pengungsi menjadi bahan perdebatan panas antar kepala negara dan pemerintahan anggota Uni Eropa. Juncker menegaskan, penampungan lebih dari 160.000 pengungsi yang saat ini sudah masuk ke Eropa harus dikelola lewat aturan yang tegas. Selain itu Eropa harus menciptakan rencana jangka panjang untuk menaggulangi krisis.
Proposal dari presiden Komisi Eropa di depan parlemen di Strassburg itu ditanggapi positif di Berlin, Paris dan Stockholm. Jerman yang memperkirakan akan menampung hingga 500.000 pengungsi menyatakan, pembagian kuota yang adil merupakan salah satu solusi krisis. Sementara Perancis menyatakan siap menampung 24.000 pengungsi pada tahun ini.
Cara Jerman Menolong Pengungsi
Hampir setiap hari ada tempat penampungan pengungsi yang dibakar di suatu tempat di Jerman. Tapi di samping berita buruk seperti itu, ada berita bagus. Yaitu bagaimana ribuan warga Jerman ulurkan tangan bagi pengungsi.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Endig
Pesta Penyambutan
Pengungsi dan sukarelawan menari bersama dalam pesta penyambutan. 600 pemohon suaka di Heidenau ditempatkan di gedung bekas toko bahan bangunan, dan dilindungi pagar tinggi. Sebelumnya mereka takut meninggalkan tempat penampungan, karena kelompok ekstrem kanan mengadakan perusakan dan meneriakkan kecaman berhari-hari. Pesta diorganisir ikatan Dresden Bebas dari kelompok NeoNazi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Willnow
Selamat Datang di Sylt
Joachim Leber (tengah) membimbing keluarga dari Suriah ini. Ia adalah anggota organisasi Integrationshilfe Sylt (bantuan integrasi Sylt). Di pulau itu sekitar 120 pengungsi ditampung. Sebagian besar dari mereka berasal dari Afghanistan, Somalia dan Suriah. Sukarelawan mengajar mereka bahasa Jerman, memberi sokongan moral, dan jadi anggota keluarga. "Jerman juga dibantu setelah PD II," kata Leber.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Marks
Klub Sepak Bola Welcome United O3
Henning Eich dari klub Lok Potsdam menyambut para pemain dari klub Welcome United 03. Inilah tim sepak bola pertama Jerman yang sepenuhnya terdiri dari pengungsi. Klub ini langsung menang 3:2 dalam pertandingan lawan klub Lok Potsdam. Mereka bisa ikut main karena upaya klub SV Babelsberg . "Sepak bola menyatukan," kata Manja Thieme, yang mengurus tim internasional beranggotakan 40 orang.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Mehlis
Sepeda bagi Pengungsi
Tobias Fleiter memompa ban sepeda bagi seorang pengungsi dari Togo. Proyek "Bikes without Borders" adalah inisiatif dua sukarelawan. Awalnya mereka hanya punya lima sepeda. Sekarang tim sudah beranggotakan 15 sukarelawan, dan sudah memperbaiki serta menyediakan 200 sepeda. Inisiatif di Karlsruhe ini beri kesempatan kepada pemohon suaka untuk punya sarana transportasi.
Foto: picture-alliance/dpa/U. Deck
Aman di Jalan
Bagaimana caranya naik kereta dari A ke B? Apa artinya tanda-tanda ini? Di mana saya bisa beli karcis? Itu dipelajari pengungsi dari Suriah di Halle, negara bagian Sachsen-Anhalt, di stasiun utama kota itu. Seorang polisi juga menunjukkan, bahwa mereka harus berdiri di belakang garis putih, jika sebuah kereta datang. Jika tidak bisa berbahaya.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Schmidt
Ikatan Perenang Pertama bagi Pengungsi
Di Schwäbisch Gmünd, pengungsi bisa belajar berenang. Ludwig Majohr (pakai topi) memberikan pelajaran berenang. Ikatan yang baru didirikan terutama harus mendorong integrasi, demikian Majohr. "Kami para perenang saling bantu", kata sukarelawan lain, Roland Wendel. "Kami tidak menanyakan nasionalitas." Delapan orang yang sudah pensiun dari profesi mereka aktif membantu pengungsi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Puchner
Bayi Pengungsi Pertama
49 sentimeter, 3.000 gram. Sophia nama bayi perempuan ini. Ia adalah bayi pertama, yang lahir di kapal angkatan bersenjata Jerman "Schleswig-Holstein". Ibunya, Rahmar Ali dari Somalia, jadi pengungsi yang beruntung mendapat bimbingan dokter menjelang melahirkan. "Dalam momen seperti inilah orang merasakan telah melakukan sesuatu yang berguna," kata seorang tentara, yang hadir saat Sophia lahir.
Foto: Reuters/Bundeswehr/PAO Mittelmeer
#WelcomeChallenge
Dengan tagar ini, lewat YouTube dan Facebook sekelompok orang yang memberikan bantuan sukarela menyerukan lebih banyak orang untuk ikut aktif. Mereka yang menolong, sumbangkan foto aksinya. Koki kenamaan Sarah Wiener juga diminta membantu. Ia membawa 150 porsi sup dan roti ke tempat penampungan di Berlin dan membaginya dengan senyum.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Fischer
Bahasa Jerman untuk Sehari-Hari
Sebagi salah satu sukarelawan, Karl Landherr mengajarkan bahasa Jerman kepada seorang pemohon suaka di Thannhausen, Bayern. Landherr yang pensiunan kepala sekolah bersama beberapa rekan juga membuat buku untuk belajar bahasa Jerman bagi pengungsi. Bukunya berorientasi pada hidup sehari-hari, berisi banyak tips, dan sekarang digunakan di seluruh Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Puchner
Aktif di Tempat Penampungan Pakaian
Di tempat penampungan pengungsi di Berlin semua tempat penuh. Sebelumnya sudah ada tiga tempat baru yang dibuka. Salah satunya adalah sekolah Teske di Berlin Schöneberg yang tidak digunakan. Gedung ini bisa tampung 200 orang. Banyak sukarelawan juga aktif di sini, misalnya untuk mengatur tempat penampungan pakaian hasil sumbangan.
Foto: picture-alliance/dpa/B. von Jutrczenka
10 foto1 | 10
Negara anggota Uni Eropa di kawasan timur, seperti Hongaria, Polandia, Republik Ceko dan Slowakia sudah menyatakan penolakannya terhadap skema alokasi pengungsi. Secara senada, anggota baru di kawasan timur menekankan, agar jumlah pengungsi yang diterima, harus ditentukan sendiri oleh pemerintahan bersangkutan.
Tahun 2015 ini lebih dari 380.000 pengungsi memasuki Eropa, sebagian besar dengan melintasi Laut Tengah menuju Yunani dan Italia. Pemerintah Hongaria memperkirakan, hingga akhir tahun ini sekitar 160.000 pengungsi yang ingin masuk ke Jerman, Austria atau Swedia akan melintasi negaranya.
Sekitar 85 persen pengungsi berasal dari kawasan konflik di Suriah, demikian laporan lembaga pengungsi PBB UNHCR. Berdasar statistik UHNCR, jumlah pengungsi Suriah yang melarikan diri ke negara tetangga jauh lebih banyak, ketimbang yang berusaha masuk Eropa. Tapi diakui, gelombang pengungsi yang masuk Eropa memicu krisis berat. Kondisi dan peryaratan penerimaan pengungsi di Eropa, terutama di Jerman jauh lebih baik, dibanding persyaratan di negara lain.