1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pimpinan Lokal Hamas Terbunuh di Tepi Barat Yordan

4 Oktober 2006

Beberapa jam sebelum kunjungan menteri luar negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice di kawasan Palestina, seorang pimpinan lokal Hamas terbunuh di Tepi Barat Yordan. Latar belakang insiden tersebut masih belum jelas.

Pertemuan Rice-Abbas dibayangi pembunuhan pimpinan lokal Hamas
Pertemuan Rice-Abbas dibayangi pembunuhan pimpinan lokal HamasFoto: AP

Menurut saksi mata, tiga pria bertopeng melepaskan tembakan dari sebuah mobil terhadap pimpinan lokal Hamas Mohammed Odeh, di sebuah desa dekat Kalkiliya di Utara Tepi Barat Yordan. Saat pimpinan lokal Hamas tersebut meninggalkan sebuah mesjid selepas Sholat Subuh di desa Habla. Mohammed Odeh meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Demikian keterangan petugas medis.

Kendaraan para pelaku yang tidak dikenal itu memiliki plat nomor Israel. Fungsionaris Fatah di kota Kalkiliya membantah terlibat dalam insiden tersebut. Kelompok Hamas sendiri menerangkan mereka tidak tahu menahu siapa yang berada di belakang serangan tersebut, sementara militer Israel menyatakan tidak tersangkut paut dengan insiden itu.

Beberapa hari terakhir persaingan perebutan kekuasaan antara kelompok Fatah dan Hamas kembali meruncing. Kemarin Brigade Al Aksa yang merupakan sayap bersenjata dari kelompok Fatah, dari Presiden Mahmud Abas mengancam akan membunuh sejumlah pimpinan Hamas. Saksi mata di Hableh tidak menutup kemungkinan serangan terhadap Odeh dilancarkan oleh dinas rahasia Israel.

Pembunuhan Odeh terjadi beberapa jam sebelum kedatangan menteri luar negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice untuk pembicaraan dengan sejumlah pimpinan Palestina. Kunjungan Rice berlangsung saat konflik dalam negeri Palestina antara kelompok Fatah dan Hamas kembali meruncing.

Dalam pertemuannya dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas, Rice akan membicarakan kemungkinan dukungan bagi partai Fatah dalam tarik ulur dengan Hamas sehubungan pembentukan pemerintahan koalisi serta menjajagi jalan untuk menghidupkan kembali proses perdamaian dengan Israel. Menjelang keberangkatannya dari Kairo Rice mengatakan

Rice: “Palestina membutuhkan pemerintahan yang mewakili kepentingan rakyat Palestina dan melibatkan diri untuk dapat mewujudkan kesejahteraan mereka, dan mereka membutuhkan sebuah pemerintahan yang dapat berhubungannya dengan masyarakat internasional. Pemerintahan semacam itu harus sesuai dengan konsensus yang luas di kawasan tersebut untuk pemecahan dua negara yang mencakup harapan Palestina maupun Israel.”

Sementara dalam konferensi pers di Arab Saudi kemarin, Rice menyerukan kepada Palestina untuk melakukan pergantian pemerintahan. Palestina membutuhkan pemerintah yang konsekuen pada perjanjian perdamaian, mengakui Israel dan menghindari kekerasan. Sementara itu Perdana Menteri Palestina Ismail Haniya dari kelompok Hamas menuduh menteri luar negeri Amerika Serikat itu melakukan politik pecah dan jajahlah untuk melemahkan posisi negara-negara di kawasan tersebut.

Haniya: “Saya meminta negara-negara Arab tidak mengikuti rencana Amerika dan tidak membirkan dirinya dipecah belah.”

Dari lingkungan pemerintah Palestina disebutkan, Amerika Serikat ingin agar Abbas membubarkan pemerintahan dan membentuk pemerintahan baru tanpa kelompok radikal Islam. Abbas akan meminta bantuah Rice untuk dukungan keuangan bagi Fatah serta untuk aparat keamanan yang loyal. Tanpa uang dan senjata, ancaman yang semakin besar dari Hamas tidak akan dapat dihadapi.