1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pipa Gas Nabucco dan Skandal Penyiksaan CIA

14 Juli 2009

Media internasional menyoroti kesepakatan untuk membangun pipa gas Nabucco di Eropa dan skandal penyiksaan oleh CIA.

Harian Luxemburger Wort mengomentari penandatanganan kesepakatan untuk proyek pipa minyak Nabucco antara lima negara Eropa dan Uni Eropa. Selanjutnya harian ini menulis:

"Bagi masyarakat industri modern, terjaminnya pasokan energi terkait langsung dengan upaya untuk bertahan hidup. Apalagi, selain energi atom, Uni Eropa saat ini sama sekali tidak memiliki sumber energi sendiri. Mengingat situasi ini tidak akan berubah dalam waktu dekat, meski ada potensi penghematan energi dan harapan besar bergantung pada sumber energi alternatif, jaminan pasokan energi tetap terfokus pada minyak dan gas bumi. Minyak bumi dapat ditranspor dengan kapal tanker dari seorang pemasok. Tapi untuk gas bumi yang sebagian besar disalurkan melalui pipa-pipa permasalahannya lebih rumit - alternatifnya adalah tanker gas bumi. Pasokan gas Russia ke Eropa yang berulang kali terputus menunjukkan betapa rentannya Eropa. Pipa gas Nabucco tidak menjamin pasokan gas ke Eropa. Proyek pembangunan jejaring pipa ini bukan solusi tunggal permasalahan ini, tapi adalah bagian penyelesaiannya. Dengan menambah keragaman pemasok gas bumi, Eropa yang haus energi mengurangi ketergantungan pada Rusia. Karena itu, proyek bernilai miliaran ini, walau hasilnya tidak dapat diprediksikan, tetap merupakan langkah awal ke masa depan."

Sementara harian Austria Salzburger Nachrichten menulis:

"Perjanjian untuk proyek Nabucco sudah disepakati. Tapi ini tak berarti pasokan gas ke Eropa jadi lebih terjamin. Peta negara Eropa menunjukkan bahwa negara yang berpotensi menjadi pemasok gas bumi dapat diragukan catatan HAM-nya, tidak bisa dikatakan damai atau demokratis. Di Aserbaijan, Turkmenistan atau Kasakstan, petinggi feodal peninggalan era Sovietlah yang berkuasa. Dan Irak tetap berpotensi menjadi sumber konflik. Sementara rezim Mullah di Iran, negara yang memiliki persediaan gas bumi terbesar kedua dunia, pekan-pekan belakangan menunjukkan wajah sesungguhnya kepada dunia."


Topik lainnya yang menjadi sorotan media adalah tuduhan yang dilontarkan terhadap pemerintahan Bush terkait dugaan penyiksaan tahanan. Harian Italia La Repubblica yang berhaluan liberal kiri menulis:

"Barack Obama dan direktur baru dinas rahasia CIA Leon Panetta menyadari bahwa setiap penyelidikan mengenai kuburan massal di Afghanistan atau pelanggaran HAM dan konstitusi di Guantanamo selalu berujung di dalangnya yaitu Bush dan Cheney. Ini menjelaskan kemarahan kubu Republik yang mengkuatirkan terjadinya proses raksasa terhadap masa lalu. Walau begitu, Obama tetap membutuhkan pihak oposisi untuk menyukseskan proyek yang dijadikannya patokan keberhasilan masa kepresidenannya yaitu reformasi sistem jaminan kesehatan yang tidak efisien dan tidak adil. Kini, Obama harus mengakui bahwa ia tidak dapat menghindar dari konfrontasi dengan CIA. Obama menyadari, kasus ini dapat menghancurkan proyek yang seharusnya melandasi Amerika yang baru, karena Amerika saat ini terlalu sibuk menghadapi hantu-hantu masa lalunya."

Terakhir harian liberal Denmark Politiken yang terbit di Kopenhagen menulis;

"Presiden AS George W. Bush dan wakilnya Dick Cheney selama delapan tahun masa pemerintahannya menggunakan metode interogasi yang oleh militer AS dikategorikan sebagai penyiksaan sejak tahun 2006. Seharusnya, keduanya dihadapkan ke pengadilan. Terutama, karena Cheney dalam upaya putus asanya untuk mengubah sejarah bersikeras bahwa metode yang digunakan pemerintahan Bush pasca 11 September 2001 menyebabkan Amerika Serikat tetap terlindung dalam perang anti-teror. Pernyataan ini dapat menguatkan mitos populer bahwa penyiksaan toh membuahkan hasil positif. Padahal sebenarnya, penyiksaan lebih terkait dengan perasaan dendam, sadisme dan pelecehan martabat lawan."

(ZER/HP/dpa)