Bagaimana limbah mikro dari sungai dan danau bisa dibersihkan? Di Basel, Swiss, ilmuwan meneliti senyawa apa yang dapat membersihkan limbah cair agar kembali menjadi air murni.
Iklan
Roberto Frei adalah manajer teknis pengolahan limbah di Basel. Tempat bekerjanya gelap dan bau. Sumber bau ditemukan dengan cepat, melalui selokan kota yang mengalirkan limbah masyarakat modern. Di pagi hari ini tampak darah hewan mengalir dari pemotongan hewan terdekat.
"Di sini mengalir sekitar 80.000 meter kubik per hari, sehingga rata-rata 1.000 liter per detik," demikian Roberto. Ini gabungan cairan dari beribu bahan-bahan industri, pertanian dan rumah tangga. Sangat beracun sampai batas tertentu. Tidak ada yang tahu persis apa saja jenis senyawa kimia ini. Penghasil limbah tidak punya kewajiban mengumumkannya. Namun pabrik pengolahan limbah punya kewajiban membersihkan air sebaik mungkin.
Empat pompa raksasa mengolah air limbah hingga 10.000 liter per detik sampai ke tahap pembersihan pertama. Sepuluh meter di atasnya terus menyapu keluar elemen kasar air limbah. Isinya: kertas toilet, pembersih, kondom, daun, hewan mati dan apa pun bisa mendarat dalam limbah cair.
Dalam perangkap pasir, kerikil, pasir dan pecahan kaca terhimpun. Apa yang tidak bisa didaur ulang berakhir di pembakaran. Akhirnya, air limbah dari sini mengalir ke pengolahan Biological Treatment: Dengan ventilasi terbaik dan lingkungan hangat, bakteri mulai bekerja. Mereka membusukkan senyawa organik dalam air, CO2, nitrat, fosfat dan sulfat.
Ulat Pemakan Plastik Penyelamat Bumi?
Para peneliti di Spanyol secara tidak sengaja menemukan ulat yang memakan plastik dengan kecepatan mengagumkan. Masih diteliti, enzim dalam tubuh ulat yang mencerna plastik. Sebuah harapan solusi masalah sampah plastik.
Foto: Hernandez/CSIC
Sampah Plastik Masalah Global
Volume sampah plastik di seluruh dunia terus membengkak hingga 200 juta ton per tahun. Masalahnya plastik sangat sulit terurai. Juga mikroplastik jadi ancaman bagi banyak spesies di lautan. Sekitar 80 juta ton sampahnya berupa plastik polyethilene .
Foto: Fotolia/paul prescott
Hama di Sarang Lebah
Federica Bertocchini, pakar biologi evolusi di Institute of Biomedicine and Biotechnology di Cantabria, Spanyol punya hobi beternak lebah. Salah satu masalah yang dihadapi: hama kupu-kupu lilin (Galleria mellonella) yang bertelur di dalam sarang lebah. Larvanya hidup 6 minggu di dalam sarang lebah sebagai hama, sebelum menetas jadi kupu-kupu.
Foto: Reuters
Ulat Pemakan Plastik
Geram dengan hama ulat, Bertocchini membersihkan sarang lebah, dan memasukkan ulatnya ke dalam kantong plastik polyethilene. Tapi hanya dalam waktu singkat, ratusan ulat memakan kantong plastik dan membuat banyak lubang. Sebetulnya fenomena ini sudah lama dikenal oleh peternak lebah, pemelihara reptil dan yang punya hobi mancing. Mereka mendiskusikan kasus plastik berlubang secara online.
Foto: Paolo Bombelli
Makan Plastik dengan Rakus
Uji coba dengan 100 ekor ulat dalam sebuah kantong plastik berbobot 300 gram menunjukkan kecepatan makan plastik relatif tinggi. Dalam pengamatan selama 12 jam, 100 ekor ulat memakan sekitar 92 gram plastik polyethilene.(Grafik) Ini rekor mengagumkan, karena bakteri pemakan plastik menguraikan plastik jauh lebih lambat.
Hanya Dimakan atau Dicerna?
Kini pakar biologi Bertocchini melakukan penelitan lebih lanjut. Apakah ulat hanya memakan plastik dan mengeluarkannya lagi sebagai kotoran berupa mikro plastik? Atau ulat mencerna plastik polyethilene dan mengeluarkan kotoran berupa senyawa yang samasekali berbeda? Senyawa kimia atau enzim apa yang bekerja?
Foto: Hernandez/CSIC
Enzym Khusus Penyelamat Bumi
Peneliti lakukan uji coba melumat beberapa ekor ulat, dan membubuhkannya pada plastik polyethilene. Hasilnya, plastik mulai berlubang dimakan bubur ulat. Kini tim Federica Bertocchini memburu enzym yang ampuh mengurai plastik itu. Diharapkan, ekstrak enzym dan produk rekayasanya secara massal, bisa jadi salah satu solusi pembersih sampah plastik di Bumi. Ed:Fabian Schmidt (as/ap)
Foto: Hernandez/CSIC
6 foto1 | 6
Pembersihan yang efektif: Di kolam pembersih ini, bau itu hampir tidak tercium. Namun demikian, air masih terkontaminasi dengan polutan mikro, karena fasilitas pengolahan air limbah saat ini tidak bisa menyaring partikel-partikel kecil. Tapi ini akan berubah. Seperti Swiss, banyak negara di Eropa yang ingin meningkatkan upaya perlindungan air. Antara lain dengan langkah pembersihan keempat, yakni menghilangkan kontaminasi mikro di air lewat senyawa kimia atau mekanis.
Tahap pemurnian keempat ini penting untuk alam. Inilah yang diteliti ilmuwan pada ganggang dan ikan. Di laboratorium mereka mencatat, ada pengaruh positif terutama pada perkembangan embrio. Percobaan dengan udang air tawar, sudah ke arah ini. Hewan kecil tersebut sensitif terhadap polutan mikro. Untuk mengetahui reaksi kepiting terhadap air tersebut, para peneliti menempatkan hewan bersama dengan makanan favorit mereka selama tiga minggu di tangki uji coba.
Ada Bambu di Dalam Minuman
Menikmati minuman sambil sadar lingkungan? Mengapa tidak? Seorang aktivis lingkungan memprakarsai penggunaan sedotan dari bahan bambu yang bisa didaurulang. Tujuannya memerangi penggunaan plastik.
Foto: Saarti
Menghindari Kuman-Kuman
Sedotan dari plastik digunakan dibanyak tempat. Sebenarnya, dedotan tidak perlu digunakan jika orang minum langsung dari botol atau kaleng. Tapi di Kamboja, dan mungkin negara Asia lain, sedotan plastik banyak digunakan dengan alasan menjaga kebersihan. Orang takut di bagian luar botol atau kaleng ada kuman-kuman.
Foto: Vanillaechoes/colourbox
Mencari Alternatif
Aktivis Lingkungan Chivorn Sokh, yang jadi sekretaris proyek Eco-Life Cambonia menilai masalah sedotan plastik jadi masalah besar di Kamboja, dan harus dihentikan. Ia bercerita ia merasa syok ketika melihat video yang menunjukkan kura-kura laut tidak bisa bernafas akibat sedotan plastik yang terhisap dan menghambat pernafasannya.
Foto: Saarti
Sedotan dari Bambu
Sejak itu ia memutusakn menggunakan sedotan dari bambu. Ia mulai menggunakan sedotan ini setahun lalu. Setelah dipakai tidak dibuang, melainkan direndam sebenar di air hangat, kemudian dikeringkan dengan kain. Ia berharap orang lain akan mengikuti langkahnya.
Foto: Fotolia/Tran-Photography
Menggunakan Plastik dalam Jumlah Besar
Negara asal Chivorn Sokh menghadapi masalah serius soal penggunaan plastik yang sangat banyak. Menurut riset organisasi anti kemiskinan, Fondazione ACRA, seorang penduduk kota di Kamboja rata-rata menggunakan 2.000 tas plastik per tahun. Itu sekitar 10 kali lebih banyak daripada di Eropa.
Foto: Imago/Imagebroker/V. Wolf
Murah, Mudah, Tidak Ada Alternatif
Menurut Chivron sedotan plastik banyak digunakan di negaranya karena harga yang murah, mudah diperoleh, dan tidaka da alternatif lain. Tapi kini sudah ada alternatif untuk menggunakan sedotan bambu. Kini bersama timnya, Chivorn bekerjasama dengan perusahaan Saarti yang memang memproduksi sedotan bambu untuk membuat kampanye dan mendistribusikannya.
Foto: Saarti
Langkah Kecil tapi Penting
Memang berhenti menggunakan sedotan plastik tidak tampak sebagai langkah besar. Tapi bagi negara seperti Kamboja, di mana warganya menggunakan plastik dalam jumlah besar tanpa menyadari dampaknya bagi lingkungan, ini langkah penting.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Sedotan Yang Bisa Dimakan
Ini sedotan dari gula-gula. Awalnya bisa digunakan untuk menyedot minuman dan kemudian bisa dimakan. Sedotan ini dipamerkan dalam pameran makanan, Süßwarenmesse 2004 di Köln. Di Kamboja, Chivorn berusaha agar warga semakin sadar akan dampak plastik dan menggantikannya dengan produk yang bisa diuraikan kembali di alam. Penulis: Bormey Chy (ml/hp)
Foto: AP
7 foto1 | 7
Tes serupa dilaksanakan di dekat pabrik pengolahan limbah. Hasilnya, kepiting dalam air limbah konvensional, berkurang nafsu makannya. Tapi saat hidup di air yang bersih dari limbah, maka nafsu makan mereka hampir sepenuhnya kembali. Dengan penelitian mereka di tahap pengolahan limbah keempat, kelak, pemurnian air yang dirintis para ilmuwan Swiss akan bermanfaat bagi negara lain. Dan air pengolahan limbah dari Basel, yang kemudian mengalir ke Sungai Rhein di Jerman, di antaranya, kemungkinan jadi air terbersih di dunia.
Penulis: Jo Siegler (ap/as)
Istana dari Botol Plastik Bekas
Sampah plastik adalah masalah global, khususnya bagi lautan. Seorang entrepreneur menunjukkan bagaimana botol bekas bisa didaur ulang untuk membangun rumah bagai istana di kepulauan Karibik, Panama.
Foto: Oliver Ristau
Istana Botol Plastik
Bangunan aneh ini mirip dengan istana abad pertengahan, letaknya di tengah-tengah tanaman tropis di pulau Bocal del Toro di Panama. Sekitar 40.000 botol dari plastik PET digunakan. Tujuannya: meningkatkan kesadaran masyarakat akan masalah sampah plastik.
Foto: Oliver Ristau
Sampah Plastik Ancam Laut
Pada dinding luar "istana" dan di dalam bangunan tampak karya seni yang menggambarkan masalah sampah di lautan dunia. Menurut kelompok peneliti The Future Ocean, setiap tahunnya ada lebih dari 300 juta ton sampah plastik yang diproduksi. Namun hanya sebagian kecil yang didaur ulang. Sebagian besar sampah mendarat di laut.
Foto: Oliver Ristau
Impian Robert
Robert Bezeau, dari Kanada, sebenarnya ingin pensiun saat datang ke Bocas del Toro sembilan tahun yang lalu. Tapi saat ia bekerja sebagai relawan bagi pemerintah lokal untuk menganalisa produksi sampah, ia beralih menjadi aktivis anti sampah plastik.
Foto: Oliver Ristau
Karibik Tujuan Wisata Idaman
Setiap tahunnya, ratusan ribu turis datang ke kepulauan ini. Kebanyakan dari AS dan Kanada. Selain bar dan restoran, kepulauan juga kaya akan keindahan alam. Mulai dari hutan bakau, perairan bersih dan pantai indah. Namun, sampah yang dihasilkan juga tidak kalah banyak.
Foto: Oliver Ristau
Jutaan Botol Plastik
Sekitar 1,5 juta plastik metumpuk setiap tahunnya di pulau seluas 62 kilometer persegi ini. Robert Bezeau mengumpulkannya di lahan miliknya. Hanya botol plastik dari PET yang bisa digunakan - jenis botol lain mengandung terlalu banyak minyak dan mudah terbakar.
Foto: Oliver Ristau
Plastik dan Besi
Botol plastik disusun dalam kerangkeng yang terbuat dari rangka baja dan kawat. Fungsinya sebagai elemen fasad "benteng" tersebut. Setiap komponen bisa menampung 120 botol dengan volume 1,5 liter. Hanya bagian tertentu seperti jendela gaya abad pertengahan berbentuk segitiga yang tidak mengikuti pola ini.
Foto: Oliver Ristau
Memberi Ilmu
Konstruksi semacam ini sesuai untuk bungalow yang sederhana. Bezeau ingin mendirikan pusat pelatihan yang mengajarkan warga negara berkekuatan ekonomi baru bagaimana memanfaatkan botol plastik sebagai material bangunan berharga murah. Salah satu keuntungannya adalah udara dalam botol bisa melindungi dari sinar panas matahari.
Foto: Oliver Ristau
Resor Informasi
Benteng atau istana plastik ini masih dibangun. Setelah selesai akan menjadi resor wisata dimana turis bisa belajar mengenai masalah sampah plastik. Pemasukan dari resor akan digunakan Bezeau untuk mengadakan pelatihan. Ia berharap, sampah setidaknya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan yang berarti. Oliver Ristau (vlz/yf)