Energi listrik dari PLTN kini makin mahal dan tidak ekonomis. Makin banyak perusahaan energi nuklir bangkrut dan membiarkan reaktor nuklirnya tak terpelihara. Sebuah risiko keamanan serius.
Iklan
Mengelola perusahaan energi nuklir kini semakin tidak menguntungkan. Akibatnya pemeliharaan dan reparasi reaktor atom sering diabaikan. Berulangkali terjadi kasus pemalsuan sertifikat keamanan dan kualitas PLTN. Muncul risiko global bagi keamanan warga terkait ancaman bencana nuklir.
Redaktur DW Gero Rueter mewawancarai pakar atom Mycle Schneider terkait risiko tersebut.
Deutsche Welle: Setiap tahun Anda menerbitkan World Nuclear Industry Status Report. Tren global apa yang Anda cemati?
Mycle Schneider: Ongkos produksi listrik dari PLTN dalam beberapa tahun belakangan terus naik. Ini perkembangan dramatis. Pasalnya semua teknologi, khususnya di sektor energi terbarukan, menunjukkan penurunan ongkos. Energi terbarukan jadi saingan berat energi atom. Selain itu, kebutuhan listrik di Eropa juga turun. Bagi pengelola PLTN yang punya utang besar, tren ini jadi masalah berat.
DW: Bagaimana reaksi sektor keuangan?
Mycle Schneider: Sekarang ini nyaris tidak ada lagi bank-bank komersial besar yang membiayai pembangunan PLTN. Semua lembaga pemeringkat kini menilai investasi bagi pembangunan sebuah PLTN baru sebagai poin negatif bagi pemberian kredit. Sebaliknya, langkah hengkang dari teknologi nuklir dinilai positif, contohnya pada perusahaan Siemens.
DW : Apakah industri energi nuklir sudah kalah ?
Mycle Schneider: Perspektif bagi perluasan pembangunan PLTN di seluruh dunia kini sudah memudar. Masa keemasan sudah lewat. Tapi, industri enegri uklir punya lobby sangat kuat. Mereka mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk beriklan dan melakukan propaganda. Dan propaganda ini ternyata berfungsi.
DW: Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Mycle Schneider: Ini Propaganda sangat rumit - melibatkan uang dalam jumlah sangat besar. Juga korupsi memainkan peranan besar. Ada analis yang mengatakan, satu-satunya argumen bagi pembangunan PLTN di Cina adalah korupsi. Dan juga ada sebuah studi pakar korupsi Eropa Timur yang menegaskan bahwa risiko korupsi dalam pembangunan PLTN sangat besar.
Bahaya Unsur Radioaktif
Nuklir mengancam secara tidak langsung. Tambang dan pemerkayaan Uranium untuk tujuan sipil atau militer, bencana dan limbah nuklir melepaskan elemen radioaktif ke udara. Ratusan ribu manusia pernah menjadi korban
Foto: picture-alliance/dpa
Lebih dari 2000 Ledakan Nuklir Sejak 1945
Amerika Serikat meledakkan 1039 bom nuklir sejak berakhirnya Perang Dunia II. Sementara Uni Sovyet 718, Perancis 198, Inggris dan Cina 45 ledakan, India dan Korea Utara masing-masing tiga kali, Pakistan dua kali. Puluhan ribu manusia terpapar zat radioaktif secara langsung akibat uji coba tersebut.
Foto: Getty Images/AFP
1945: Bom Atom di Hiroshima
140.000 dari 350.000 penduduk Hiroshima meninggal dunia sebulan setelah ledakan nuklir akibat kanker, jantung atau perubahan hormon dan Chromosom. Hingga kini tingkat pengidap Leukimia di Hiroshima tertinggi di antara penduduk Jepang di kawasan lain.
Foto: picture-alliance/dpa
Seribu Uji Coba Nuklir di Nevada
Uji coba di sekitar kamp Mercury dari 1950 hingga 1992 mengkontaminasi sebagian wilayah AS. Pada gigi balita misalnya ditemukan Strontium yang memancarkan zat radioaktif. Selain itu angka penderita penyakit Kanker juga meningkat tajam. Dari 1963 hingga 1992 pemerintah AS melakukan uji coba nuklir di bawah tanah.
Foto: Getty Images
Kompleks Nuklir Sellafield
Sejak 1952 reaktor pertama Inggris memproduksi Plutonium untuk membuat bom atom. Empat tahun kemudian pemerintah mulai menggunakan energi nuklir buat memproduksi listrik. 1957 salah satu reaktor terbakar yang disusul dengan berbagai insiden. Tanah dari air terpapar zat radioaktif. Sebagian putra putri pegawai di kompleks nuklir Sellafield hingga kini masih menderita Leukimia.
Foto: Getty Images
Tambang Uranium Mematikan
Kawasan Wismut di timur Jerman pernah menjadi tambang Uranium terbesar di dunia antara 1946 hingga 1990. Tambang tersebut mengirimkan bahan baku buat program nuklir Uni Sovyet. Menurut pemerintah Jerman, satu dari delapan buruh tambang meninggal dunia akibat radioaktivitas, keseluruhannya mencapai 7000 orang. Sementara penduduk di sekitar banyak yang menghidap kanker paru-paru.
Foto: Wismut GmbH
Pancaran Radioaktif dari Kota Misterius
Di kota nuklir Tomsk-7 di Siberia yang hingga 1992 masih dirahasiakan terjadi sebuah insiden ketika 1993 sebuah tanki penyimpanan meledak. Zat-zat radioaktif semisal Plutonium dan Sesium meracuni wilayah sekitar. Uni Sovyet tercatat merahasiakan 38 insiden nuklir di kota Tomsk-7 dan Majak. Ratusan ribu buruh dan keluarganya terpapar zat radioaktif.
Foto: imago/ITAR-TASS
1979: Bencana Nuklir Harrisburg
Kebocoran nuklir di pembangkit listrik Three Mile Island di Amerika Serikat adalah bencana nuklir terbesar sebelum Chernobyl dan Fukushima. Zat-zat radioaktif dalam jumlah besar mengotori lingkungan sekitar. Sebuah studi independen membuktikan tingginya angka penduduk berpotensi mengidap penyakit Kanker pasca bencana. Sebaliknya lobi industri nuklir menepis temuan tersebut dengan studi tandingan
Foto: picture-alliance/dpa
1986: Bencana di Chernobyl
Saudara kembar ini dilahirkan setelah bencana. Sang ayah adalah Liquidator, pegawai harakiri yang ditugaskan membersihkan reaktor sesaat setelah ledakan nuklir. Adapun sang ibu hidup di kota yang terkontaminasi. Kebocoran nukilr dan ledakan yang menyertainya melepaskan zat radioaktif dalam jumlah besar ke udara. Journal of Cancer melaporkan lebih dari 15.000 penduduk meninggal dunia akibat kanker.
Foto: picture alliance/dpa
2011: Tsunami Menyusul Insiden Nuklir di Fukushima
Kebocoran nuklir di Fukushima yang disebabkan oleh Tsunami hingga kini masih tercatat sebagai pencemaran radioaktif di laut paling parah. Pakar nuklir memperkirakan 22.000 hingga 66.000 kematian tambahan akibat kanker. Sejak 2011, anak-anak di wilayah sekitar Fukushima menderita kanker tiroid.
Foto: Reuters
Bahaya Limbah Nuklir
Limbah nuklir tingkat tinggi membutuhkan jutaan tahun hingga tidak lagi memancarkan zat radioaktif. Namun Tempat Penyimpanan Akhir untuk limbah atom hingga kini belum ada di seluruh dunia. Jerman menganggarkan miliaran Euro per tahun untuk mengelola tempat penyimpanan sementara limbah nuklir.
Foto: dapd
Irak: Leukimia Lewat Amunisi Uranium
Penggunaan amunisi yang mengandung Uranium selama Perang Teluk di awal dekade 1990-an mengancam nyawa penduduk secara tidak langsung. Hingga kini penduduk kota Bashra mencatat tingginya angka kelahiran cacat dan penderita kanker. Selain itu jumlah anak-anak yang menderita Kanker juga meningkat drastis.
Foto: picture-alliance/dpa
11 foto1 | 11
DW: Umur operasi reaktor atom rata-rata sekitar 29 tahun. Apakah reaktor lama sesudah itu harus dibongkar dan apakah pengelola PLTN punya uangnya?
Mycle Schneider: Faktor ini sangat diremehkan. Salah satu masalah terbesar, banyak PLTN yang sebetulnya saat ini sudah harus dipensiunkan. Tapi banyak perusahaan tidak mau melakukannya, karena ongkos pembongkaran reaktor tua amat mahal. Karena itu dilakukan pemalsuan neraca. Sejumlah pengusaha PLTN juga sudah bangkrut.
DW: Ekonomi energi atom terus memburuk, apakah bahaya di balik itu juga meningkat?
Mycle Schneider: Betul. Begitulah situasinya. Dan karena itu sangat mencemaskan saya. Misalnya saja di Belgia beberapa bulan silam ditemukan ribuan retakan kecil pada instalasi reaktor atom. PLTN semacam itu harusnya segera dimatikan. Atau di Korea Selatan, tiga tahun silam terjadi pemalsuan sertifikat kualitas ribuan reaktor atom. Juga di Jepang, 10 tahun silam terjadi skandal besar pemalsuan serifikat. Akibatnya 17 PLTN milik TEPCO harus dinonaktifkan.
Mycle Schneider adalah pakar energi atom yang sejak 30 tahun mengamati perkembangan industri energi atom dan penerbit laporan tahunan World Nuclear Industry Status Report. Tahun 1997 ia dianugerahi hadiah Nobel Alternatif "Right Livelihood Award".