PM Bangladesh Selidiki Pembunuhan dalam Demo Mahasiswa
18 Juli 2024
Sekolah dan universitas di seluruh Bangladesh ditutup hingga batas waktu yang belum ditentukan setelah insiden tewasnya enam orang dalam demonstrasi. PM Sheikh Hasina sebut, mereka yang bertanggung jawab akan dihukum.
Iklan
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina berjanji akan menghukum mereka yang bertanggung jawab atas kematian enam orang, termasuk para pengunjuk rasa anti-pemerintah, setelah aksi protes besar mahasiswa terjadi pada hari Selasa (16/07).
Enam orang tewas dalam bentrokan antara polisi dan para pengunjuk rasa terkait kuota pekerjaan sektor publik untuk anak-anak pejuang kemerdekaan yang bertempur dalam Perang Kemerdekaan tahun 1971.
"Saya dengan tegas menyatakan bahwa mereka yang melakukan pembunuhan, penjarahan, dan kekerasan - siapa pun mereka - saya akan memastikan bahwa mereka akan diberi hukuman yang setimpal,” kata Hasina dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi.
Kepolisian menyebut tiga korban tewas di kota pelabuhan selatan Chittagong, 300 kilometer dari ibu kota Dhaka, sementara dua korban tewas lainnya di Dhaka, dan satu di distrik utara Rangpur.
Pada hari Rabu (17/07), para pelajar di Dhaka berduka dan beri penghormatan kepada para korban tewas, seraya meneriakkan yel-yel: "Kami tidak akan membiarkan darah saudara-saudara kami terbuang sia-sia.”
Polisi kemudian membubarkan aksi tersebut dengan menembakkan peluru karet dan gas air mata.
"Polisi menyerang kami dengan gas air mata dan granat setrum ketika kami baru saja memulai aksi,” ujar pemimpin aksi, Nahid Islam, kepada kantor berita AFP.
Universitas ditutup sementara
Pihak berwenang memerintahkan semua universitas dan sekolah di seluruh negeri untuk ditutup sampai batas waktu yang belum ditentukan, mulai hari Rabu (17/07).
Salah satunya adalah Universitas Dhaka, yang menjadi lokasi terjadinya kekerasan. Universitas tersebut telah menangguhkan kelas dan menutup asramanya sampai pemberitahuan lebih lanjut, kata seorang pejabat universitas kepada The Associated Press, yang berbicara tanpa menyebut nama karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
Juru bicara Kementerian Pendidikan M. A. Khair mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa perintah penutupan tersebut dikeluarkan demi "keamanan para siswa.”
Bangladesh shuts down universities amid unrest
02:21
Asif Mahmud, salah satu demonstran, mengatakan di Facebook bahwa hanya rumah sakit dan layanan darurat lainnya yang akan diizinkan untuk beroperasi. Tidak ada tanggapan langsung dari pihak berwenang terkait hal ini.
Pihak berwenang mengerahkan pasukan paramiliter Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB) di lima kota besar, termasuk Dhaka dan Chittagong, ketika para pengunjuk rasa memblokir beberapa jalan raya utama di negara itu.
Iklan
Pemicu aksi protes besar mahasiswa
Protes besar-besaran mulai pecah sejak dua minggu yang lalu di sejumlah universitas.
Para pengunjuk rasa menuntut diakhirinya sistem kuota yang mencadangkan lebih dari separuh jabatan pegawai negeri sipil untuk kelompok-kelompok tertentu, termasuk anak-anak para veteran Perang Kemerdekaan Pakistan pada tahun 1971, perempuan, orang-orang di distrik-distrik miskin, etnis minoritas, dan para penyandang disabilitas.
Para kritikus mengatakan bahwa sistem ini menguntungkan anak-anak dari kelompok-kelompok pro-pemerintah yang mendukung Perdana Menteri Sheikh Hasina, yang kembali memenangkan pemilu keempat berturut-turut pada Januari lalu setelah pemungutan suara tanpa ada adanya oposisi yang sebanding.
Apa Arti Warna dari Sebuah Revolusi?
Dari baju hitam yang dipakai demonstran Hong Kong, sampai spanduk oranye yang digunakan demonstran Ukraina, beginilah cara mereka mengadopsi warna untuk mewakili gerakan perubahan.
Foto: AFP/Getty Images/F. Belaid
Hong Kong berpakaian hitam
Hitam, yang dipilih karena berkaitan dengan berkabung dan duka, adalah warna pilihan ratusan ribu demonstran yang turun ke jalan di Hong Kong untuk memperjuangkan demokrasi di metropolis mereka. Demonstran penentang, yang mendukung walikota pro Beijing, memilih putih untuk membedakan diri.
Foto: AFP/H. Retamal
Revolusi payung kuning Hong Kong
Aksi protes Hong Kong tidak selalu hitam putih. Di tahun 2014 pada masa yang disebut Revolusi Payung, para demonstran menuntut diadakannya pemilu yang bebas dan reformasi-reformasi demokratis untuk kota semi otonom mereka. Payung-payung kuning dipilih sebagai simbol. Para demonstran menggunakannya untuk menangkis gas air mata yang ditembakkan polisi.
Foto: AFP/Getty Images/A. Wallace
Oranye pilihan Ukraina
Menggantikan warna merah, yang sering dikaitkan dengan komunisme pada zaman Uni Soviet, oranye adalah warna pilihan pihak oposisi pada masa “Revolusi Oranye” Ukraina di tahun 2004. Selama 17 hari di musim dingin Ukraina yang keras, warga dari berbagai kelas sosial bersatu untuk mendukung kandidat oposisi Viktor Yushenko.
Foto: Sergey Dolzhenko/picture-alliance/dpa
Revolusi Safron di Myanmar
Demonstrasi damai di Myanmar pada tahun 2007 menjadi terkenal dengan warna safron, yang merupakan warna khas jubah biksu Buddha. Di garis depan aksi protes menentang pemerintah militer, mahasiswa dan aktivis politik ikut bergabung dengan para biksu. Banyak perempuan juga ikut berdemonstrasi.
Foto: picture alliance/AP Photo
Revolusi Kuning Filipina
Setelah tiga tahun berdemonstrasi menentang presiden Ferdinand Marcos dan rezimya dari tahun 1983 sampai 1986, warga Filipina memenangkan sebuah revolusi damai. Ini sering disebut sebagai “Revolusi Kuning” karena warna pita yang dipegang para demonstran ketika berkumpul. Foto ini menunjukkan konfeti kuning yang dilemparkan untuk mengenang hari peringatan revolusi tersebut pada tahun 2013.
Foto: imago
Gerakan Hijau Iran
Warna hijau dianggap sebagai warna Islam dan dipilih oleh para demonstrantan yang menentang pemerintah pada masa pemilihan umum di Iran tahun 2009-2010. Para demonstran menuduh rezim waktu itu memalsukan hasil pemilihan. Rezimnya bereaksi dengan cepat, melukai para demonstran yang tidak berdaya dan menahan sekitar 4.000 orang. Sekarang aksi demonstrasi ini masih disebut sebagai “Gerakan Hijau”.
Foto: picture-alliance/dpa/Stringer
Revolusi warna-warni Makedonia
Kenapa memilih satu warna saja jika bisa menggunakan semuanya? Untuk memprotes menentang keputusan pemerintah untuk menghentikan penyelidikan dalam skandal penyadapan pada tahun 2016, para demonstran Makedonia berkumpul di ibu kota negara ini pada pertengahan April untuk menunjukkan ketidakpuasan mereka. Banyak yang melemparkan cat berwarna-warni ke gedung-gedung pemerintah.
Foto: Getty Images/AFP/R. Atanasovski
Revolusi Anyelir di Portugal
Berbagai bunga juga digunakan untuk melambangkan protes penting di sejarah modern. Setelah kudeta sukses di Portugal pada tanggal 25 April 1974, yang mengakhiri kediktatoran selama bertahun-tahun, warga yang sangat gembira merayakan ini dengan menaruh anyelir merah di senjata-senjata para pejuang mereka. Ini adalah bentuk mekarnya sebuah era demokrasi baru, yang diikuti oleh Spanyol dan Yunani.
Foto: picture-alliance/dpa/M. de Almeida
Revolusi Anggur di Moldova
Di Moldova, “Revolusi Anggur” adalah nama yang diberikan kepada aksi protes menentang hasil pemilu pada tahun 2009. Setelah partai komunis menang, para demonstran turun ke jalan. Nama ini dilaporkan mengacu kepada banyak kebun anggur yang ada di Moldova. Revolusi ini tidak berkembang sampai sebesar yang terjadi di negara-negara mantan Uni Soviet lainnya, seperti di Ukraina.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Doru
Revolusi Melati di Tunisia?
Selama 28 hari pada tahun 2011, warga Tunisia turun ke jalan untuk memprotes korupsi, pengangguran dan kondisi hidup yang miskin. Menariknya, nama “Revolusi Melati” populer di media Barat, tetapi tidak di Tunisia sendiri. Sebaliknya, rakyat Tunisia menyebut ini sebagai “Revolusi Kehormatan”, karena penggulingan Presiden Ben Ali pada tahun 1987 sudah disebut “Revolusi Melati”. (ag/pkp)
Foto: AFP/Getty Images/F. Belaid
10 foto1 | 10
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta pemerintah Bangladesh "untuk melindungi para demonstran dari segala bentuk ancaman atau kekerasan,” menurut juru bicaranya, Stephane Dujarric.
"Adalah hak asasi manusia yang mendasar untuk dapat berdemonstrasi secara damai dan pemerintah harus melindungi hak-hak tersebut,” ujar juru bicara tersebut.
Sementara itu, Amnesty International mendesak Bangladesh untuk "segera menjamin keselamatan semua pengunjuk rasa.”
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Matthew Miller juga mengutuk "kekerasan terhadap para pengunjuk rasa damai,” yang memicu kecaman dari Kementerian Luar Negeri Bangladesh.