Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam kesepakatan koalisi pemerintah baru yang akan melengserkannya. Di bawah koalisi partai kecil dan menengah, Naftali Bennett diusung untuk menggantikan Netanyahu.
Iklan
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Minggu (06/06) mencap koalisi pemerintahan baru sebagai "penipuan terbesar" dalam sejarah demokrasi Israel.
Netanyahu merupakan perdana menteri terlama Israel setelah menjabat selama 15 tahun. Namun, saat ini pria berusia 71 tahun itu tengah berjuang mempertahankan karier politiknya di tengah proses persidangan kasus korupsi, penyuapan, dan penipuan.
Pemimpin partai konservatif Likud ini mengecam koalisi pemerintahan baru yang terdiri dari partai kecil dan menengah dari berbagai spektrum. Tercatat delapan partai politik bergabung dalam aliansi tersebut.
"Kami menyaksikan kecurangan pemilu terbesar dalam sejarah negara ini, menurut pendapat saya dalam sejarah demokrasi mana pun," kata Netanyahu kepada sekelompok anggota parlemen Likud.
Pihak yang bergabung dalam koalisi
Koalisi pemerintahan baru dipimpin oleh pemimpin partai Yesh Atid, Yair Lapid, saingan terkuat Netanyahu pada pemilu sebelumnya.
Iklan
Lapid berhasil membujuk delapan partai, yakni New Hope pimpinan eks sekutu Netanyahu, Gideon Saar, dan partai nasionalis sekuler sayap kanan, Yisrael Beitenu, pimpinan Avigdor Lieberman, Partai Buruh, Maretz, Partai Biru dan Putih pimpinan Menhan Israel Benny Gantz, serta Yamina yang dipimpin Naftali Bennett. Di bawah kesepakatan koalisi baru, Naftali Bennett diusung menjadi perdana menteri menggantikan Benjamin Netanyahu.
Sumber-sumber senior yang dekat dengan mitra koalisi mengatakan kepada DW bahwa Lapid dan Bennett mendorong untuk pemungutan suara konfirmasi di Knesset, parlemen negara itu, "sesegera mungkin." Mereka membutuhkan 61 dari 120 suara agar kesepakatan itu disetujui.
Pakta koalisi baru itu bersejarah karena untuk pertama kalinya sebuah partai yang mewakili minoritas Arab Israel akan bergabung dalam pemerintahan.
Mansour Abbas, Kepala Fraksi Ra'am telah sepakat untuk bergabung dengan koalisi Lapid. Selain Ra'am, aliansi tersebut terdiri dari tiga partai sayap kanan, dua sayap tengah, dan dua partai sayap kiri.
Namun, keputusan tentang kapan kesepakatan itu disetujui ada di tangan pembicara Knesset, Yariv Levin, yang merupakan sekutu dekat Netanyahu.
The Times of Israel melaporkan pada Minggu (06/06) bahwa pemungutan suara dapat dilakukan pada Rabu (09/06), tetapi sumber-sumber oposisi menginformasikan kepada DW bahwa mereka mengharapkan mosi dapat ditunda hingga 14 Juni mendatang.
Tiga Skandal Mengancam Nasib Netanyahu
Tanpa oposisi kuat di dalam negeri, PM Israel Benyamin Netanyahu seharusnya bisa merasa jumawa. Namun karirnya kini berada di ujung tanduk menyusul skandal korupsi yang melibatkan orang-orang terdekatnya.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Lane
Tiga Menohok Netanyahu
Sejumlah skandal pernah menerpa orang nomor satu di Israel ini. Tapi karir politik Benjamin Netanyahu tidak pernah menyurut. Terutama ketika kelompok oposisi melemah dan Donald Trump menduduki Gedung Putih, Sang Perdana Menteri sepantasnya merasa tak tersentuh. Namun tiga kasus dugaan korupsi kini mengancam menamatkan karirnya.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Lane
Perhiasan buat Sara
Skandal pertama yang membelit Netanyahu melibatkan hadiah bernilai tinggi yang ia dapat dari Arnon Milchan, taipan Yahudi yang memiliki bisnis hiburan di Amerika Serikat. Polisi meyakini Milchan memberikan beragam hadiah bernilai hingga 180.000 Dollar AS, termasuk di antaranya cerutu, champagne dan perhiasan buat sang Isteri, Sara.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sultan
Kepentingan Bisnis Konglomerat Hiburan
Dugaan korupsi dilayangkan karena Milchan pada saat itu memiliki stasiun televisi Israel Channel 10 yang membutuhkan bantuan dana dari pemerintah untuk bertahan hidup. Polisi sedang menyidik apakah kepentingan bisnis Milchan berkaitan dengan pemberian hadiah bernilai mahal tersebut.
Foto: Ben Horton/Getty Images for Magnolia Pictures
Bola Panas Mozes
Skandal kedua melibatkan konglomerat lain, Arnon Mozes, pemilik koran beroplah terbesar kedua di Israel, Yedioth Achronoth. Meski awalnya bermusuhan secara politis, Netanyahu kemudian bersedia membantu Mozes menggembosi oplah Israel Today yang merupakan pesaing terbesar Yedioth Achronoth. Sebagai imbalannya Mozes menjanjikan dukungan lewat harian miliknya tersebut.
Foto: Reuters/G. Tibbon
Pengkhianatan Teman Lama
Rekaman percakapan antara Mozes dan Netanyahu jatuh ke tangan kepolisian secara tidak sengaja, ketika penyidik sedang menginvestigasi kasus lain. Kebocoran itu menjadi petaka buat Netanyahu karena Sheldon Adelson, pemilik harian Israel Today, banyak membiayai kampanye Netanyahu sebelum menjadi perdana menteri. Sheldon lantas terang-terangan mengaku "kecewa" terhadap bekas anak didiknya itu.
Foto: Getty Images/W. McNamee
Kapal Selam Datangkan Petaka
Adapaun skandal terakhir yang menerpa Netanyahu dipicu oleh perjanjian pembelian kapal selam dari Jerman senilai dua miliar Dollar AS. Tersangka utama kasus korupsi dalam pembelian kapal selam itu adalah David Shimron, kuasa hukum dan keponakan Netanyahu. Ia ditangkap polisi bersama Mickey Ganor yang melobi pemerintah Israel untuk membeli produk ThyssenKrupp.
Foto: picture alliance/Photoshot/Pool/A. Cohen
Status Tersangka dari Kepolisian
Kasus terakhir tergolong pelik karena bekas kepala staf Netanyahu, Ari Harow, telah sepakat untuk menjadi saksi kunci dalam kasus tersebut. Bersamaan dengan itu polisi mengumumkan bahwa Netanyahu secara resmi menjadi tersangka dalam setidaknya dua kasus "penipuan dan korupsi."
Foto: Getty Images/AFP/J. Guez
Tak Surutkan Dukungan Politik
Skandal seputar Netanyahu akhirnya membuat Partai Likud ketar ketir. Petinggi partai berulangkali terlibat adu mulut antara satu sama lain di depan publik mengenai masa depan sang Perdana Menteri. Namun hingga kini Likud belum mengubah sikap terkait Netanyahu. "Perdana menteri tidak perlu mengundurkan diri. Dia cuma harus membuktikan diri tak bersalah," kata Ketua Dewan Koalisi Likud, David Bitan.
Foto: DW/T. Kraemer
8 foto1 | 8
Muncul potensi terjadinya kekerasan
Pada Sabtu (05/06), Kepala Badan Keamanan Internal Shin Bet Israel, Nadav Argaman, mengeluarkan pernyataan publik yang langka, yang memperingatkan tentang kemungkinan kekerasan dan hasutan ketika PM Netanyahu dijatuhkan. "Wacana ini dapat dipahami oleh kelompok atau individu tertentu untuk melakukan kekerasan ilegal yang bahkan dapat menelan korban jiwa," kata Argaman.
Lawan Netanyahu mengklaim pernyataan Argaman adalah peringatan bagi perdana menteri.
"Ada garis yang sangat tipis antara kritik politik dan menghasut kekerasan," kata Netanyahu.
"Kami tidak bisa mengatakan bahwa ketika kritik datang dari kanan, itu adalah hasutan untuk melakukan kekerasan, dan ketika datang dari kiri, itu adalah penggunaan kebebasan berekspresi yang dibenarkan," tambahnya.
Ketegangan politik terjadi hanya beberapa minggu setelah konflik 11 hari antara Israel dan Hamas.